CONTOH LAPORAN EVALUASI DAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh...
Kali ini saya bahas tentang Evaluasi dampak dari kegiatan penyuluhan
pertanian, tulisan ini saya tunjukan kepada teman-teman penyuluh pertanian
kabupaten Pati wabil khusus kepada rekan-rekan saya senasib seperjuangan
THL-TBPP (TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUHAN PERTANIAN) Di Kabupaten
Pati Jawa Tengah, Semoga bermanfaat sehingga menjadi catatan amalan Sholih
Amiin
TERUS BERJUANG KAWAN THL-TBPP
INGAT SEMUA PASTI ADA HIKMAHNYA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pengertian Evaluasi menurut Raudabaugh dalam Yayasan Pengembangan Sinar
Tani (2001), mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses untuk menentukan
nilai atau jumlah keberhasilan dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses
ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut; merumuskan tujuan,
mengidentifikasi kriteria yang cocok untuk mengukur keberhasilan dan untuk
menentukan dan menjelaskan tingkat keberhasilan.
Sedangkan Frutchey (1973) dalam Mardikanto (2008), menjelaskan pengertian
evaluasi adalah kegiatan lumrah yang biasa kita lakukan sehari-hari. Dalam semua kegiatan evaluasi terdapat tiga
unsur,yaitu sebagai berikut :
1)
Observasi
(pengamatan)
2)
Membanding-bandingkan
antara hasil pengamatan dengan pedoman yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
3)
Membuat kesimpulan
atau pengambilan keputusan
Menurut PUSLUH DEPTAN (1995) evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian adalah
upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator, melalui pengumpulan dan
penganalisaan informasi secara sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan,
hasil dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas, efisiensi
pencapaian hasil kegiatan, atau untuk perencanaan dan pengembangan selanjutnya
dari suatu kegiatan. Sedangkan menurut Padmowihardjo (1996) evaluasi penyuluhan
pertanian adalah sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang
relevan tentang sejauhmana program tujuan program penyuluhan pertanian disuatu
wilayah dapat dicapai sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian
digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap
program penyuluhan yang dilakukan.
Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan seberapa jauh suatu
hal itu berharga, bermutu dan bernilai. Jadi dalam evaluasi ada dua
unsur utama yaitu menilai dan mengukur (Thomas,2005).
Evaluasi Dampak penyuluhan pertanian adalah upaya penilaian terhadap suatu
kegiatan, melalui pengumpulan dan penganalisisan informasi dan fakta-fakta
secara sistematis mengenai perencanaan, pelaksanaan hasil dan dampak kegiatan
tersebut, untuk menilai hasil relevansi, efektivitas dan efisiensi pencapaian
hasil kegiatan. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pengolahan dan analisis data
dilakukan oleh petugas penyuluh yang bertugas diwilayah yang bersangkutan.
Prinsip-prinsip evaluasi yang merupakan acuan dasar dalam melaksanakan
evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut:
1)
Evaluasi
harus berdasarkan fakta
2)
Evaluasi
penyuluhan merupakan bagian integral dari proses kegiatan atau program
penyuluhan
3)
Evaluasi
hanya dapat dilakukan dalam hubungannya dengan tujuan dari program penyuluhan
bersangkutan
4)
Evaluasi
penyuluhan pertanian harus menggunakan alat ukur yang berbeda, untuk mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula.
5)
Evaluasi
penyuluhan pertanian perlu dilakukan terhadap hasil-hasil kuantitatif dan
kualitatif.
6)
Evaluasi
penyuluhan pertanian harus dilakukan terhadap metode penyuluhan yang digunakan.
7)
Evaluasi
perlu di pertimbangkan dengan teliti
8)
Evaluasi
harus dijiwai dengan prinsip mencari kebenaran
Kegiatan penyuluhan pertanian dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu
sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Pengembangan sumberdaya manusia sangat
ditentukan oleh faktor internal dan faktor ekternal. Faktor-faktor tersebut
akan menyebabkan perbedaan antara rencana yang akan dicapai dengan hasil sangat
nyata, sesuai kondisi yang mempengaruhinya.Untuk mengukur tingkat keberhasilan
kegiatan penyuluhan berdasarkan parameter tertentu yang disusun secara
sistimatis dalam bentuk suatu kajian. Parameter tersebut meliputi :
- Perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
- Efektifitas alat bantu dan metode penyuluhan pertanian
- Ketepatan materi penyuluhan pertanian.
- Penyelenggaraan penyuluhan pertanian
Kegunaan dari evaluasi ini adalah untuk memberikan informasi tentang
efektifitas pelaksanaan dan metode penyuluhan pertanian kepada petani, sehingga dapat menjadi acuan
dan perbaikan dalam penentuan kebijakan di masa yang akan datang, Evaluasi yang
dilakukan dilakukan pada tiga aspek yaitu: Evaluasi input yang mencakup
Ketepatan kelompok sasaran, kegiatan penyuluhan pertanian.. Evalusi yang ke
dua adalah Evaluasi Dampak yang terdiri
dari dampak langsung dan dampak tidak langsung. Pada dampak langsung mencakup
penguatan modal, penerapan tekhnologi (pupuk dan bibit), pendapatan petani, air
irigasi, kegiatan penyuluhan, pengembangan usaha, perilaku kolektif, dan
ketersediaan kredit. Sedangkan pada dampak tidak langsung mencakup mekanisme pemasaran,
surplus pangan, dan kemitraan usaha.
Adapun beberapa hal yang ditemukan dalam evaluasi yang dilakukan, secara
umum dapat digambarkan bahwa dengan sebuah input yang baik akan menimbulkan
dampak yang positif. Pemilihan kelompok sangat penting dalam menentukan
keberhasilan program ini, karena kelompok tani adalah instrumen utama yang
melaksanakan program ini. Kelompok tani yang tepat dengan manajemen yang
teratur dan tenaga pemberdaya yang bekerja dengan baik akan memiliki dampak
yang baik dalam pelaksanaan program. Proses pengelolaan dana pada saat dana
mulai masuk di rekening kelompok, baik penggunaan maupun perputaran dana yang
dilakukan juga sangat berpengaruh pada dampak yang ditimbulkan nantinya
B.
Masalah
Evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di wilayah Bapeluh Kabupaten Blora diperlukan untuk menelaah setiap hasil kegiatan yang
tercantum dalam Programa Penyuluhan Pertanian
Tahun 2010. Meskipun secara umum kegiatan pernyuluhan pertanian
memberikan dampak yang baik ,tetapi masih belum tercapai secara optimal.
Khusunya untuk metode penyuluhan pertanian temu karya, temu usaha dan sekolah
lapang
C. Tujuan
Tujuan Evaluasi Dampak Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian di wilayah Bapeluh Kabupaten Blora Tahun 2010 adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui dampak pelaksanaan metode, alat bantu, penyelenggaraan dan perubahan perilaku sasaran.
- Mengurangi resiko kegagalan kegiatan tahun berikutnya.
- Mengetahui mutu Programa penyulah yang telah dilaksanakan.
- Mengembangkan rasa tanggungjawab penyuluh pertanian.
- Memuat kerangka pedoman atau tindakan untuk memecahkan masalah yang menyebabkan kegagalan kegiatan penyuluhan pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Tinjauan
Pustaka Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal
yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan
membawa dua tujuan utama yang diharapkannya. Untuk jangka pendek adalah
menciptakan perubahan perilaku termasuk di dalamnya sikap, tindakan dan
pengetahuan, serta untuk jangka panjang adalah menciptakan kesejahteraan
masyarakat dengan jalan meningkatkan taraf hidup mereka (Sastraadmadja, 1993).
Tujuan penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku (behavior) petani
dan anggota keluarganya yaitu mengubah pengetahuan, sikap, serta
keterampilannya. Perubahan pengetahuan, sikap, serta keterampilannya. Perubahan
pengetahuan, sikap dan keterampilani ini akan merupakan “pintu gerbang”
terjadinya penghayatan (Characterization, habitually) dan penerapan
(adopsi) dari inovasi (pembaharuan) pertanian yang disuluhkan atau yang menjadi
misinya. Tanpa terjadi perubahan perilaku ini tidak akan terjadi proses
penghayatan atau penerapan dalam diri petani dan anggota keluarganya. Adapun
misi atau pesan penyuluh pertanian adalah bertani lebih baik (better farming),
berusahatani lebih menguntungkan (better business), hidup lebih
sejahtera (better living) dan membentuk masyarakat tani yang lebih
sejahtera (better community) (Padmowiharjdjo. S, 2001).
Sasaran penyuluhan pertanian dapat
berupa individu, kelompok, maupun organisasi. Sasaran individu atau perorangan
dalam penyuluhan pertanian dapat dicapai dengan menggunakan metode khusus yaitu
melakukan pendekatan secara individu. Sasaran kelompok dalam penyuluhan
pertanian dapat dicapai dengan melakukan pendekatan secara kelompok, sedangkan
untuk mencapai sasaran dalam organisasi yang lebih besar dapat dilakukan dengan
pendekatan massal. Penggunaan metode ini selain didasarkan pada jumlah sasaran
yang ingin dicapai, perlu juga mempertimbangkan situasi dan kondisi sasaran
penyuluhan pertanian. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan pendekatan
massal agar lebih efisien. Untuk mengubah sikap, pendekatan kelompok dapat
memberikan motivasi yang kuat bagi para petani untuk melaksanakan suatu
inovasi, sedangkan untuk meningkatkan keterampilan, pendekatan perorangan akan
lebih efektif (Mardikanto, 1993). Dalam melakukan penyuluhan, faktor
penyampaian (pengkomunikasian) hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting
karena itu penyuluh menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu disain secara
terperinci dan spesifik, yang menggambarkan hal-hal pokok sebagai berikut :
1.
Masalah yang
dihadapi?
2.
Siapa yang
akan disuluh?
3.
Apa tujuan
yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan?
4.
Apa
pendekatan yang dipakai?
5.
Metode atau
saluran apa yang dipakai?
6.
Sistem
evaluasi apa yang ada di dalam rencana keseluruhan kegiatan yang dimaksud?
(Nasution. Z, 1990).
Penyuluhan pertanian di Indonesia
telah mempunyai sejarah yang cukup panjang, yang dimulai sejak awal abad 20 di
masa penjajahan. Penyuluhan bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan
hasil pertanian, baik untuk kepentingan penjajah maupun untuk mencukupi
kebutuhan pribumi. Penyuluhan dilandadi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan
yang cukup jauh antara praktek-praktek yang dilakukan para petani di satu pihak
dan adanya teknolog-teknologi yang lebih maju dilain pihak. Kebutuhan
peningkatan produksi pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya
teknologi-teknologi maju yang ditemukan oleh para ahli dapat dipraktekkan oleh
para petani sebagai produsen primer (Margono. S, 2003).
Secara umum, peran penyuluh hanya
dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran
penyuluhan melalui metoda dan teknik-teknik tertentu sampai sasaran penyuluhan
itu dengan kesadaran dan kemampuannya sendiri mengadopsi inovasi yang
disampaikan. Akan tetapi, dalam pengembangannya, peran penyuluh tidak hanya
terbatas pada fungsi menyampaikan iinovasi dan mempengaruhi proses pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhannya, akan tetapi, ia harus
mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan
yang diwakilinya dengan masyarakat sasaran, maupun untuk menyampaikan umpan
balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah/lembaga penyuluhan yang
bersangkutan. Sebab, hanya dengan menempatkan diri pada kedudukan atau posisi
seperti itulah ia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik (Mardikanto. T,
1993).
Dengan adanya jalinan keterkaitan
antara penyuluh pertanian dengan petani maka pada suatu saat nanti didalam
menghadapi masala-masalah penyuluhan tidak tergantung kepada program dari
pemerintah semata-mata tetapi merupakan kemandirian petani itu sendiri. Dengan
adanya suatu program yang direncanakan oleh petani dan terjaminnya dukungan
operasional dari aparatur-aparatur penyuluhan pertanian, penyediaan sarana
produksi, pemasaran, pengolahan hasil, permodalan maka dengan demikian
produktivitas usaha tani terus menerus meningkat dan permintaan pasar terpenuhi
dengan kata lain mampu memanfaatkan setiap peluang ekonomi yang melintas
dihadapannya (Suryadi. A, 1995). Ada tiga model penyuluhan pertanian yang dapat
digunakan untuk lesson learned yang pernah dilaksanakan di indonesia
yaitu sebagai berikut:
1. Sistem kerja LAKUSUSI (Latihan Kunjungan dan
Supervisi)
2. Sekolah Lapangan, dan
3. FMA (Farmers Manage Activities)
Ada berbagai masalah penyuluhan pertanian yang kita jumpai sampai saat ini
yaitu adalah:
1. Kelembagaan
2. Ketenagaan
3. Kompetisi Penyuluhan
4. Kesadaran penyuluh terhadap perubahan budaya petani
5. Kebiasaan (habit) penyuluh
6. Penyusunan program
7. Sarana
8. Sikap petani
9. Kepemimpinan petani
10.Kelembagaan petani
11. Pembiayaan
12. Intensitas kegiatan
13. Perubahan keterkaitan penelitian dan penyuluhan
14. Inovasi
15.Kerjasama SDM
(Soedijanto, 2004). Program
penyuluhan yang baik sebaiknya dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat yang
ada di daerah tersebut (sistem bottom up). Pemerintah harus mengetahui
apa yang menjadi kebutuhan masyarakat lalu kemudian menentukan program apa yang
cocok dilakukan di daerah tersebut. Untuk mengetahui keberhasilan program
penyuluhan, maka diperlukan penelitian secara ilmiah. Ada beberapa kegunaan
evaluasi dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu sebagai berikut:
1.
Kegunaan
bagi kegiatan penyuluhan itu sendiri, yakni:
a.
Untuk
mengetahui seberapa jauh kegiatan yang telah dicapai.
b.
Untuk
mencari bukti apakah sekuruh kegiatan telah dilaksanakan seperti yang
direncanakan.
c.
Untuk
mengetahui segala masalah yang muncul/dijumpai yang berkaitan dengan tujuan
yang diinginkan
d.
Untuk
mengukur efektifitas dan efesiensi sistem kerja dan metoda-metoda penyuluhan
yang telah dilaksanakan.
e.
Untuk
menarik simpati aparat dan warga masyarakat bahwa program tersebut memang
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sehingga diharapkan mereka dapat
berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan berikutnya.
2.
Kegunaan
bagi aparat penyuluhan, yakni meliputi:
a.
Penyuluh
merasa diperhatikan dan tidak dilupakan, sehingga memberikan kepuasan
psikologis yang akan mendorong aktivitas penyuluhannya di masa mendatang.
b.
Melalui
evaluasi, seringkali juga digunakan untuk melakukan penilaian terhadap
aktivitas atau mutu kegiatan penyuluhan itu sendiri, sehingga berpengaruh dalam
menentukan masa depan bagi pengenbangan karier penyuluh yang bersangkutan.
c.
Dengan adanya
evaluasi maka penyuluh akan selalu mawas diri dan berusaha agar kegiatannya
berjalan dengan baik sehingga membiasak diri untuk selalu rajin, tekun dan
bertanggung jawab.
3.
Kegunaan
bagi pelaksana evaluasi, yakni meliputi:
a.
Kebiasaan
untuk mengemukakan pendapat berdasarkan data atau fakta dan bukan didasarkan
kepada asumsi atau praduga semata.
b.
Kebiasaan
bekerja sistematis, sesuai dengan prosedur dan pedoman yang telah ditetapkan.
c.
Memperolah
peningkatan pengetahuan dan keterampilan. (Mardikanto.T, 1993).
Program adalah pernyataan tertulis
tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam
bentuk dan sistematika yang teratur. Program dapat dihasilkan melalui proses
perencanaan program yang diorganisasikan secara sadar dan terus menerus, untuk
memilih kriteria yang terbaik dalam mencapai tujuan. Rencana kerja adalah
pernyataan tertulis yang memuat secara lengkap tentang apa, mengapa, bagiamana,
siapa, bilamana, dimana, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan penyuluhan. (Mardikanto dan Sutarni, 1990). Efektifitas suatu program
penyuluhan pertanian harus memenuhi beberapa persyaratan, persyaratan tersebut
adalah sebagai berikut:
a.
Peyuluhan
pertanian haruslah diberikan di tempat petani berada.
b.
Materi
penyuluhan bersifat khusus sesuai dengan perhatian dan kebutuhan petani,
contohnya adalah bagaimana menaikkan produksi, bagaimana memperbesar selisih
antara biaya dan penerimaan, bagaimana meningkatkan taraf hidup keluarganya dan
sebagainya.
c.
Mempertimbangkan
kenyataan bahwa petani adalah orang dewasa, sehingga penyuluhan pertanian harus
menggunakan metode yang khusus untuk orang dewasa.
d.
Setiap
teknologi baru yang disampaikan haruslah memungkinkan secara teknis untuk
dilakukan didalam usaha taninya dan secara ekonomi layak untuk diterapkan serta
secara sosial dapat diterima oleh masyarakat setempat (Sinar Tani, 2001).
Evaluasi Kegiatan Penyuluhan
Pertanian adalah upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator melalui
pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai perencanaan,
pelaksanaan dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas dan
efisiensi pencapaian hasil kegiatan untuk pengembangan selanjutnya. Tujuan
evaluasi pertanian adalah untuk menentukan arah penyempuranaan kegiatan
penyuluhan, memberikan gambaran kemajuan pencapaian tujuan, perbaikan program
dan rencana kerja, mengukur efektifitas metode penyuluhan yang digunakan.
Bagian-bagian program dan rencana kerja yang dapat dievaluasi yaitu :
a.
Penetapan
Program yang meliputi pengumpulan data situasi, perumusan kebutuhan, perumusan
masalah, perumusan tujuan, penetapan prioritas alternatif pencapaian tujuan dan
partisipasi petani/kontak tani.
b.
Pelaksanaan
Program yaitu meliputi metode dan proses belajar-mengajar, proses pembinaan
sasaran, informasi dan rekomendasi yang diberikan penyuluh, proses dan kualitas
pelaporan serta respon dan partisipasi sasaran penyuluhan.
c.
Hasil
Program yang meliputi kualitas perubahan perilaku yang diharapkan, yakni:
pengetahuan, keterampilan, sikap, penerapan inovasi, dan peningkatan
kesejahteraan petani. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data evaluasi
adalah wawancara langsung menggunakan kuesioner terstruktur untuk data
kuantitatif dan atau menggunakan kuesioner terbuka untuk data kualitatif,
angket (diisi oleh petani sendiri), observasi (pengamatan langsung) untuk
mengukur pembentukan kebiasaan atau keterampilan (Ban dan Hawkins, 1999).
Evaluasi dan penelitian merupakan
tindakan yang dilakukan untuk menentukan apakah program telah mencapai
sasarannya, dan apakah sasaran tersebut dapat dicapai lebih efektif dengan
menggunakan cara lain. Hal ini memungkinkan semua yang terlibat dalam program
penyuluhan dapat berjalan lebih efektif dari pengalaman dengan melakukan
pengamatan yang sistematis serta analisis terhadap pengalamannya (Ban dan
Hawkins, 1999). Sesungguhnya yang menjadi titik berat dalam kegiatan evaluasi
adalah mengetahui apakah jenis kegiatan penyuluhan telah memberi perubahan baru
yang positif pada pengelolaan usaha tani atau tidak perubahan yang positif
dalam pengelolaan usaha tani meliputi perubahan yang mengarah ke arah perbaikan
cara bercocok tanam, cara pemungutan hasil, termasuk perubahan sarana pertanian
yang telah atau sedang dipakai oleh petani (Kartasapoetra, 1994). Menurt
Stephen Isaac dan William B. Michael seperti yang dikutip oleh Lababa (2008),
model-model evaluasi dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu :
1.
Goal
Oriented Evaluation
Dalam model ini, seorang evaluator
secara terus-menerus melakukan pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
Penilaian yang terus-menerus ini menilai kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta
program serta efektifitas temuan-temuan yang dicapai oleh sebuah program. Salah
satu model yang bisa mewakili model ini adalah discrepancy model yang
dikembangkan oleh Provus. Model ini melihat lebih jauh tentang ada kesenjangan
( Discrepancy) yang ada dalam setiap komponen yakni apa yang seharusnya
dan apa yang secara riil telah dicapai.
2.
Decision
Oriented Evaluationram.
Dalam model ini, evaluasi harus
dapat memberikan landasan berupa informasi-informasi yang akurat dan obyektif
bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan
program. Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu
contoh model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu model yang paling
sering dipakai oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi
sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context,
Input, Process dan Product.
3. Transactional Evaluation
Dalam model ini, evaluasi berusaha
melukiskan proses sebuah program dan pandangan tentang nilai dari orang-orang
yang terlibat dalam program tersebut.
4.
Evaluation
Research
Sebagaimana disebutkan diatas,
penelitian evaluasi memfokuskan kegiatannya pada penjelasan dampak-dampak
pendidikan serta mencari solusi-solusi terkait engan strategi instruksional.
5.
Goal Free
Evaluation
Model yang dikembangkan oleh Micheal
Scriven ini yakni Goal Free Evaluation Model justru tidak memperhatikan
apa yang menjadi tujuan program sebagaimana model Goal Oriented Evaluation. Yang
harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program, dengan
jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi salama pelaksanaannya,
baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negatif.
6.
Adversary
Evaluation
Model ini didasarkan pada prosedur
yang digunakan oleh lembaga hukum. Dalam prakteknya, model adversary terdiri
atas empat tahapan yaitu :
a.
Mengungkapkan
rentangan isu yang luas dengan cara melakukan survey berbagai kelompok yang
terlibat dalam satu program untuk menentukan kepercayaan itu sebagai isu yang
relevan.
b.
Mengurangi
jumlah isu yang dapat diukur
c.
Membentuk
dua tim evaluasi yang berlawanan dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk
berargumen.
d.
Melakukan
sebuah dengar pendapat yang formal. Tim evaluasi ini kemudian mengemukakan
argumen-argumen dan bukti sebelum mengambil keputusan.
Salah satu contoh Model Evaluasi Decision
Oriented Evaluation adalah Model CIPP (Context, Input, Process, Product)
yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Model ini melihat kepada empat dimensi
yaitu Dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses, dan dimensi Produk.
Keuniakan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat
pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan
operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format
evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks,
masukan, proses dan produk.
Evaluasi konteks mencakup analisis
masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang
akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek
tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang
mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan. Suatu kebutuhan dirumuskan
sebagai suatu kesenjangan (discrepancy view) kondisi nyata (reality) dengan
kondisi yang diharapkan (ideality). Dengan kata
lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan
kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks
memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program
yang akan on going. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana
rasionalnya suatu program. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan
keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih
terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan
yang selayaknya tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang.
Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana
penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi yang
harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan
menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur untuk
strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat
untuk membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan
prosedural. Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk menentukan
sumber dan strategi dalam keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar
adalah bagaimana rencana penggunaan sumber-sumber yang ada sebagai upaya
memperoleh rencana program yang efektif dan efisien.
Evaluasi proses merupakan evaluasi
yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktek implementasi kegiatan. Termasuk
mengidentifikasi permasalah prosedur baik tata laksana kejadian dan aktivitas.
Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan
cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian penting karena berguna bagi
pengambil keputusan untuk menentukan tidak lanjut penyempurnaan. Disamping itu
catatan akan berguna untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program
ketika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan.
Tujuan utama evaluasi proses seperti
yang dikemukakan oleh Worthen dan Sanders, yaitu :
1.
Mengetahui
kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahanka
2.
Memperoleh
informasi mengenai keputusan yang ditetapkan
3.
Memelihara
catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi
dilaksanakan Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan judgement
outcomes dalam hubungannya dengan konteks, input, proses kemudian
diinterpretasikan harga dan jasa yang diberikan. Evaluasi produk adalah
evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan
catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan dan
aktualisasi. Aktivitas evaluasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil
yang telah dicapai. Pengukuran dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat
dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan
pengajuan saran sesuai standar kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi
produk meliputi kegiatan penetapan tujuan operasional program,
kriteria-kriteria pengukuran yang telah dicapai, membandingkannya antara
kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan, dan menyusun penafsiran secara
rasional.
4.
Analisis
produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan dalam rancangan
dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai berupa skor tes,
presentase, data observasi, diagram data, sosiometri dll, yang dapat ditelesuri
kaitannya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya dilakukan analisis
kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu. Keputusan-keputusan yang
diambil dari penilaian-penilaian implementasi pada setiap tahapan evaluasi
program diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu rendah, moderat dan tinggi.
Model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan.
Model ini membagi evaluasi dalam
empat macam, yaitu:
a.
Evaluasi
konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu membantu merencanakan
pilihan
keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai dan merumuskan tujuan program.
b. Evaluasi
masukan (input) untuk keputusan strukturiasi yaitu menolong mengatur keputusan
menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil,
rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja untuk
mencapai tujuan yang dimaksud.
c.
Evaluasi
proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu keputusan sampai sejauh
mana program telah dilaksanakan.
d.
Evaluasi
produk untuk melayani daur ulang keputusan.
(Isaac and Michael, 1981).
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
Tujuan dari penyuluhan pertanian
adalah melakukan perubahan pada petani dan keluarganya yaitu perubahan sikap
serta prilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial ekonomi
diantaranya berusaha tani yang lebih baik (better farming), usaha tani
yang lebih menguntungkan (better business), kehidupan keluarga yang
lebih layak (better living), masyarakat tani yang lebih sejahtera (better
community) dan lingkungan yang lebih mendukung (better environment).
Program penyuluhan pertanian dibuat dan disusun berdasarkan kepentingan petani,
karena petani memiliki gambaran mengenai program yang mereka inginkan
disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi mereka (sistem bottom up).
Program penyuluhan pertanian juga dibuat dengan melihat potensi desa ada.
Petani tergabung dalam kelompok tani yang merupakan suatu kelembagaan yang
dibentuk berdasarkan kepentingan dan kesepakatan bersama guna mencapai tujuan
bersama. Penyuluh dalam menjalankan tugasnya haruslah memiliki acuan yang
menjadi pedoman dalam menjalankan tugasnya di lapangan. Acuan yang menjadi
pedoman ini disusun secara sistematis dan memiliki tujuan, baik itu tujuan
jangka pendek maupun tujuan jangka panjang yang akan dicapai setiap pelaksanaan
tugasnya. Acuan sistematis yang dijadikan pedoman inilah yang selanjutnya
disebut dengan program penyuluhan pertanian. Dalam pelaksanaan program
penyuluhan pertanian terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh petani maupun
PPL sendiri sehingga diperlukan upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapi oleh petani maupun PPL tersebut. Untuk melihat apakah sebuah
program yang telah disusun tersebut masih efektif dilakukan dan sesuai dengan
kondisi daerah, maka diperlukan kegiatan evaluasi dampak terhadap suatu program
tersebut.
Evaluasi ini sangat diperlukan untuk
menilai apakah program tersebut perlu penambahan, sehingga program yang disusun
selanjutnya benar-benar efektif dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan
dengan baik. Evaluasi juga diperlukan untuk menentukan apakah program
penyuluhan pertanian berhasil atau tidak berhasil dalam pelaksanaannya.
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN PENYULUHAN
PERTANIAN
A.
Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Ketrampilan
No
|
Topik Kegiatan
|
Pengetahuan
|
Sikap
|
Ketrampilan
|
||||||
R
|
S
|
T
|
R
|
S
|
T
|
R
|
S
|
T
|
||
1.
|
Sistem
tanam jajar legowo
|
v
|
v
|
v
|
||||||
2.
|
Budidaya
padi hibrida
|
v
|
v
|
v
|
||||||
3.
|
Penggunaan
pestisida organik
|
v
|
v
|
v
|
||||||
4.
|
Penerapan
PHT dalam budidaya cabe
|
v
|
v
|
v
|
||||||
5
|
Penggunaan
pupuk organik / Bokashi
|
v
|
v
|
v
|
||||||
6
|
Pengolahan
hasil pertanian oleh KWT
|
v
|
v
|
v
|
||||||
7
|
Pengendalian
hama wangwung pada tanaman kelapa
|
v
|
v
|
v
|
||||||
8.
|
Penanaman
empon-empon di lahan pekarangan
|
v
|
v
|
v
|
||||||
9
|
Penanaman
rumput jenis unggul
|
v
|
v
|
v
|
||||||
10
|
Pembuatan fermentasi jerami
|
v
|
v
|
v
|
||||||
11
|
Pembuatan
Urea Molases Block (UMB)
|
v
|
v
|
v
|
||||||
12
|
Pembuatan
kandang panggung untuk ternak kambing
|
v
|
v
|
v
|
||||||
13
|
Kolam ikan
pekarangan
|
v
|
v
|
v
|
||||||
14
|
Pembuatan
AD/ART Poktan/Gapoktan
|
v
|
v
|
v
|
||||||
15
|
Pembuatan
lumbung desa
|
v
|
v
|
v
|
||||||
Jumlah
|
1
|
9
|
5
|
3
|
12
|
-
|
4
|
7
|
4
|
B.
Efektifitas Alat Bantu dan Metode
Penyuluhan Pertanian
No
|
Topik Kegiatan
|
Alat Bantu
|
Metode Penyuluhan
|
||||
R
|
S
|
T
|
R
|
S
|
T
|
||
1.
|
Sistem
tanam jajar legowo
|
v
|
v
|
||||
2.
|
Budidaya
padi hibrida
|
v
|
v
|
||||
3.
|
Penggunaan
pestisida organik
|
v
|
v
|
||||
4.
|
Penerapan
PHT dalam budidaya cabe
|
v
|
v
|
||||
5
|
Penggunaan
pupuk organik / Bokashi
|
v
|
v
|
||||
6
|
Pengolahan
hasil pertanian oleh KWT
|
v
|
v
|
||||
7
|
Pengendalian
hama wangwung pada tanaman kelapa
|
v
|
v
|
||||
8.
|
Penanaman
empon-empon di lahan pekarangan
|
v
|
v
|
||||
9
|
Penanaman
rumput jenis unggul
|
v
|
v
|
||||
10
|
Pembuatan
fermentasi jerami
|
v
|
v
|
||||
11
|
Pembuatan
Urea Molases Block (UMB)
|
v
|
v
|
||||
12
|
Pembuatan
kandang panggung untuk ternak kambing
|
v
|
v
|
||||
13
|
Kolam ikan
pekarangan
|
v
|
v
|
||||
14
|
Pembuatan
AD/ART Poktan/Gapoktan
|
v
|
v
|
||||
15
|
Pembuatan
lumbung desa
|
v
|
v
|
||||
Jumlah
|
1
|
8
|
6
|
1
|
7
|
7
|
|
Keterangan :
R =Rendah S
= Sedang T = Tinggi
|
|||||||
.Ketepatan
Materi Penyuluhan Pertanian
No
|
Topik Kegiatan
|
Materi Penyuluhan
|
||
R
|
S
|
T
|
||
1
|
Sistem tanam jajar legowo
|
v
|
||
2
|
Budidaya padi hibrida
|
v
|
||
3
|
Penggunaan pestisida organik
|
v
|
||
4
|
Penerapan PHT dalam budidaya cabe
|
v
|
||
5
|
Penggunaan pupuk organik / Bokashi
|
v
|
||
6
|
Pengolahan hasil pertanian oleh KWT
|
v
|
||
7
|
Pengendalian hama wangwung pada tanaman kelapa
|
v
|
||
8
|
Penanaman empon-empon di lahan pekarangan
|
v
|
||
9
|
Penanaman rumput jenis unggul
|
v
|
||
10
|
Pembuatan fermentasi jerami
|
v
|
||
11
|
Pembuatan Urea Molases Block (UMB)
|
v
|
||
12
|
Pembuatan kandang panggung untuk ternak kambing
|
v
|
||
13
|
Kolam ikan pekarangan
|
v
|
||
14
|
Pembuatan AD/ART Poktan/Gapoktan
|
v
|
||
15
|
Pembuatan lumbung desa
|
v
|
||
Jumlah
|
-
|
10
|
5
|
|
Keterangan.
R = Rendah S = Sedang T = Tinggi.
|
D.Penyelenggaraan
Penyuluhan
No.
|
Topik
Kegiatan
|
Metode
|
Penyelenggaraan
(kali/unit)
|
Penca
paian
(%)
|
|
Rencana
|
Realisasi
|
||||
1.
|
Sistem tanam jajar legowo pada tanaman padi
|
PTT
|
16 unit
|
16 unit
|
100
|
2.
|
Budidaya padi hibrida
|
PTT
|
5 unit
|
5 unit
|
100
|
3.
|
Penggunaan pestisida organik
|
Ceramah, diskusi
Demcara
|
6 unit
|
6 unit
|
100
|
4.
|
Penerapan PHT dalam budidaya cabe
|
Demplot
PHT
|
3 unit
|
3 unit
|
100
|
5
|
Penggunaan pupuk organik / Bokashi
|
Dem cara
|
28 unit
|
16 unit
|
88,89
|
6
|
Pengolahan hasil pertanian oleh KWT
|
Ceramah, diskusi
Demcara
|
4 unit
|
2 unit
|
50
|
7
|
Pengendalian hama wangwung pada tanaman kelapa
|
Ceramah, diskusi
|
3 unit
|
2 unit
|
66,67
|
8.
|
Penanaman empon-empon di lahan pekarangan
|
Ceramah, diskusi
Demplot
|
2 unit
|
2 unit
|
100
|
9
|
Penanaman rumput jenis unggul
|
Demplot
Gerakan
tan am rumput
|
8 unit
|
6 unit
|
75
|
10
|
Pembuatan fermentasi jerami
|
Diskusi, ceramah
Demcara
|
5 unit
|
5 un it
|
100
|
11
|
Pembuatan Urea Molases Block (UMB)
|
Ceramah, diskusi, Demcara
|
2 unit
|
2 unit
|
100
|
12
|
Pembuatan kandang panggung untuk ternak kambing
|
Ceramah, diskusi;
Demplot
|
2 unit
|
2 unit
|
100
|
13
|
Kolam ikan pekarangan
|
Dem plot
|
5 unit
|
3 unit
|
60
|
14
|
Pembuatan AD/ART Poktan/Gapoktan
|
Ceramah, Kunjungan, Pelatihan
|
26 unit
|
20 unit
|
76,92
|
15
|
Pembuatan lumbung desa
|
Demplot
|
2 unit
|
1 unit
|
50
|
BAB V
PENYAMPAIAN
TEKNOLOGI PENYULUHAN DILUAR PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN
No
|
Judul Materi
|
Bentuk Materi
|
Metode
|
Volume (kali)
|
1.
|
Pengendalian hama tikus
|
Liptan/CD
|
Kunjungan
|
17
|
2.
|
Panen dan pasca panen padi
|
Liptan
|
Kunjungan
|
14
|
3.
|
Pengeloaan pesemaian
|
Liptan
|
Kunjungan
|
17
|
4
|
Tanam sistem Legowo
|
Liptan
|
Kunjungan
|
17
|
5
|
Pemupukan N Berdasarkan Bagan warna daun
|
Liptan
|
Kunjungan
|
16
|
6
|
Penendalian OPT Ssesuai prinsip PHT
|
Liptan
|
Kunjungan
|
17
|
7
|
Sistem Pengairan Berselang
|
brosur
|
Kunjungan
|
17
|
8.
|
Persyaratan teknis kandang Kambing/Domba
|
Liptan
|
Kunjungan
|
4
|
9.
|
Pemupukan Spesifik Lokasi
|
modul
|
Kunjungan
|
14
|
10
|
Pengendalian Hama dengan musuh alami
|
Liptan
|
Kunjungan
|
15
|
11
|
Medayagunakan musuh alami
|
Liptan
|
Kunjungan
|
17
|
12
|
Antisifikasi Iklim ektrim
|
Liptan
|
Kunjungan
|
17
|
13
|
Pendugaan Populasi hama
|
Liptan
|
Kunjungan
|
17
|
14
|
Kemitraan dalam penjualan gabah
|
Liputan
|
Kunjungan
|
5
|
15
|
Pembuatan pupuk organik
|
Liptan
|
Kunjungan
|
17
|
16
|
Penggunaan disinfektan
|
Liptan
|
Kunjungan
|
17
|
17
|
Penyusunan Rencana Keja Kelompoktani/Gapoktan
|
modul
|
Kunjungan
|
21
|
18
|
Penumbuhan LKMA
|
modul
|
Kunjungan
|
21
|
19
|
Pembukuan Keuangan dan non Keuangan Gapoktan
|
modul
|
Kunjungan
|
21
|
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Dampak
Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Ketrampilan
1.
Pengetahuan
Perubahan pengetahuan petani secara
umum dari 15 kegiatan masuk katagori sedang sebanyak 9 kegiatan atau 60 %
2.
Sikap
Perubahan
sikap petani secara umum dari 15 kegiatan masuk katagori sedang sebanyak
12 kegiatan atau 80 %
3.
Ketrampilan
Perubahan Ketrampilan petani secara
umum dari 33 kegiatan masuk katagori sedang sebanyak 7 Kegiatan atau 46,66 %
B. Dampak Efektifitas Alat bantu dan Metode Penyuluhan
Pertanian
1.
Efektifitas
Alat Bantu.
Efektifitas alat bantu penyuluhan
pertanian secara umum dari 15 kegiatan
termasuk dalam katagori sedang sebanyak 8 kegiatan atau 53 %. Dan masuk
katagori tinggi sebanyak 6 kegiatan atau 40 % Alat bantu berupa Buku Budidaya (
pertanian dan peternakan), Liflet, Liptan, Brosur, BWD, PUTS dan lain-lain.
2.
Efektifitas
Penyuluhan
Efektifias metode penyuluhan
pertanian secara umum dari 15 kegiatan termasuk katagori sedang sebanyak7
kegiatan atau 46,66 %.dan masuk katagori tinggi sebanyak 7 kegiatan atau 46,66
%Metode penyuluhan yang paling banyak digunakan berupa kunjungan, tatap muka
kepada petani dan tatap muka kepada kelompoktani
C. Dampak
Ketepatan Materi Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan bentuk dan sifat materi
disesuaikan dengan topik kegiatan. Secara umum dari 15 kegiatan masuk katagori
sedang sebanyak 10 kegiatan atau 66,66 %. Bentuk materi penyuluhan yang
terbanyak berupa lembar informasi Pertanian. Komposisi judul penyuluhan pertanian
antara sub sektor pertanian tanaman pangan,sub sektar tanaman Hortikultura, Sub
sektor Peternakan dan sub sektor Perikanan.
D. Dampak penyelenggaraan
Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan aspek penyelenggaraan penyuluhan pertanian
berjumlah 115 kali tercapai 91 kali atau 79,13 % . Adapun jika diperinci
berdasarkan metode penyuluhan diperoleh data sebagai berikut :
1.
Kunjungan : 115 kali
2.
Demplot : 22 unit
3.
Demcara : 46 Kali
4.
Sekolah
lapang : 21 unit
5.
Pelatihan : Orang
6.
Temu Karya
/usaha :
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Setelah dikaji berdasarkan kreteria
evaluasi hasil kegiatan penyuluhan pertanian diwilayah
Bapeluh Kabupaten Blora dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Pelaksanaan
penyuluhan pertanian berdasarkan Programa penyuluhan Pertanian tahun 2010 dapat
dijalankan dengan baik
2.
Dengan
memperhatikan penyelenggaraan penyuluhan pertanian dengan 5 metode penyuluhan yang bisa dilaksanakan
dan 1 metode penyuluhan pertanian belum
bisa dilaksanakan .
3.
Ada kegiatan
yang tidak direncanakan dalam programa penyuluhan pertanian tapi dapat
dilaksanakan dengan baik
4.
Dukungan
aparat Pemerintahan Desa belum kuat,terutama masalah dana atau biaya.
B.
Saran
Dengan memperhatikan aspek
penyelenggaraan penyuluhan pertanian terlihat sebagian besar metode penyuluhan
pertanian belum dengan efektif, dan efisien. Untuk itu
diperlukan :
- Pelatihan atau kursus bagi pemuda tani dengan topik dan kegunaan relevan sesuai sesuai kebutuhan.
- Metode Temu Usaha ,Temu Karya ,Sekolah lapang, Kursus tani harus dikembangkan dan didukung dana /anggaran dari APBN maupun APBD
- Metode Demplot, Demfarm, Demcara Area, Demcara harus makin dikembangkan dan didukung anggaran APBN maupun APBD
- Fasilitas dari Stake Holdel ( Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Perikanan) untuk program yang berhubungan dengan kemitraan(perusahaan dan perbankan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar