Penyakit Blas Pada
Tanaman Padi
(Pyricularia oryzae)
a. Penyebab Penyakit
Penyakit blas disebabkan oleh cendawan Pyricularia
grisea (Cooke) Sacc. (sinonim dengan Pyricularia oryzae)
(Rossman et al., 1990).
b. Ciri Mikro Patogen
Secara morfologi, cendawan Pyricularia
oryzae mempunyai konidia berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan
bersekat dua (3 ruangan) (Ou, 1985). Satu daur penyakit dimulai ketika spora
cendawan menginfeksi dan rnenghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan
berakhir ketika cendawan bersporulasi dan rnenyebarkan spora baru rnelalui
udara. Apabila kondisi lingkungan menguntungkan, satu daur dapat terjadi dalam
waktusekitar 1 minggu. Selanjutnya dari satu bercak dapat rnenghasilkan ratusan
sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus rnenghasilkan spora selama
lebih dari 20 hari. Pada kondisi kelembapan dan suhu yang mendukung, cendawan
blas dapat mengalami banyak daur penyakit dan menghasilkan kelimpahan spora
yang dahsyat pada akhir musim. Tingkat inokulum yang tinggi ini sangat
berbahaya bagi tanaman padi yang rentan (Scardaci et al., 1997).
e. Bioekologi Patogen
Daur penyakit blas meliputi tiga fase yaitu infeksi,
kolonisasi, dan sporulasi (Leung dan Shi, 1994). Fase infeksi diawali dengan
pembentukan konidia bersepta tiga yang dilepaskan oleh konidiator. Konidia
berpindah ke permukaan daun yang tidak terinfeksi melalui percikan air atau
bantuan angin. Konidia menempel pada daun karena adanya perekat atau getah di
ujungnya (Hamer et al., 1988). Konidia akan berkecambah pada
kondisi optimum dengan cara membentuk buluh-buluh perkecambahan yang
selanjutnya menjadi appresoria (Bourett dan Howard, 1990).
Appresoria akan menembus kutikula daun dengan bantuan melanin yang
ada pada dinding appresoria. Proses penetrasi appresoria pada
kondisi optimum berlangsung 8-10 jam (Chumley dan Valent, 1990). Pertumbuhan
hifa yang terus terjadi menyebabkan terbentuknya bercak. Pada kelembapan yang
tinggi, bercak pada tanaman yang rentan menghasilkan konidia selama 3-4 hari.
Konidia ini sangat mudah tersebar dan merupakan inokulum untuk infeksi
selanjutnya (Leung dan Shi 1994).
Penyebaran spora terjadi selain oleh angin juga oleh
biji dan jerami. Cendawan P. oryzae mampu bertahan
dalam sisa jerami sakit dan gabah sakit. Dalam keadaan kering dan suhu kamar,
spora masih bertahan hidup sampai satu tahun, sedangkan miselia mampu bertahan
sampai lebih dari 3 tahun. Sumber inokulasi primer di lapang pada umumnya
adalah jerami. Sumber inokulasi benih biasanya memperlihatkan gejala awal pada
pesemaian. Untuk daerah tropis, sumber inokulasi selalu ada sepanjang tahun,
karena adanya spora di udara dan tanaman inang lain selain padi (Tasugi dan
Yoshida, 1959).
f. Gejala
Cendawan P. oryzae dapat membentuk
bercak pada daun padi, buku batang, leher malai, cabang malai, bulir padi, dan
kolar daun (Chen, 1993; Scardaci et al., 1997). Bercak pada
pelepah daun jarang ditemukan. Bentuk khas dan bercak blas daun adalah belah
ketupat dengan dua ujungnya kurang lebih runcing. Bercak yang telah
berkembang. bagian tepi berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih
keabu-abuan. Bercak bermula kecil berwarna hijau gelap, abu-abu sedikit
kebiru-biruan. Bercak ini terus membesar pada varietas yang rentan, khususnya
bila dalam keadaan lembab. Bercak yang telah berkembang penuh mencapai panjang
1—1,5 cm dan lebar 0,3—0,5 cm dengan tepi berwarna coklat. Bercak
pada daun yang rentan tidak membentuk tepi yang jelas. Bercak tersehut
dikelilingi oleh warna kuning pucat (halo area), terutama pada
lingkungan yang kondusif, seperti keadaan lembab dan ternaungi. Selain itu,
perkembangan bercak juga dipengaruhi oleh kerentanan varietas dan umur bercak
itu sendiri. Bercak tidak akan berkembang dan tetap seperti titik kecil pada
varietas yang tahan. Hal ini karena proses perkembangan konidia dan cendawan P.
oryzae dalam jaringan inangnya terhambat. Bercak akan berkembang
sampai beberapa millimeter berbentuk bulat atau elips dengan tepiberwarna
coklat pada varietas dengan reaksi moderat (Nisikado, 1926; Ou, 1985; dan
Sueda, 1928). Pada lingkungan yang kondusif, blas daun dapat menyebabkan
kematian keseluruhan tanaman varietas rentan yang masih muda sampai stadia
anakan (Scardaci et al., 1997).
Infeksi pada buku batang menyebabkan bercak berwarna
coklat atau hitam dan batang patah (Ou, 1985) dan kematian yang menyeluruh pada
batang sebelah atas dan buku yang terinfeksi (Scardaci et al.,
1997). Infeksi pada malai menyebabkan blas leher, bercak coklat pada cabang
malai dan bercak coklat pada kulit gabah (Ou, 1985). Apabila
blas leher terjadi lebih awal akan mengakibatkan malai mati secara prematur,
putih dan kosong secara menyeluruh, sedangkan jika blas leher terjadi kemudian
menyebabkan pengisian bulir padi tidak sempurna dan mutu biji menjadi rendah
(Scardaci et al., 1997). Infeksi P. oryzae pada
malai akan menyebabkan leher malai membusuk dan bulir padi menjadi hampa
(Semangun, 1991).
Serangan P. oryzae pada kolar daun
(daerah pertemuan antara helaian daun dan pelepah) menimbulkan gejala blas
kolar berwarna coklat. Blas kolar yang terjadi pada daun bendera atau pada daun
kedua terakhir dapat menyebabkan pengaruh yang nyata pada produksi padi
(Scardaci et al., 1997).
Gambar
2. Gejala penyakit blas daun (A), blas leher (B), blas buku (C), dan blas kolar
(D) (Santoso dan Nasution ,2012)
Gambar
3. Gejala penyakit blas daun (Encyclopedia of life, 2012)
g. Pengendalian
Menurut
Santoso dan Nasution (2012) pengendalian penyakit blas dapat dilakukan dengan
menggunakan varietas tahan, diversifikasi varietas padi, cara bercocok tanam dan
pendekatan kimiawi.
Ketahanan Varietas
Cara
yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian blas adalah
penggunaan varietas unggul baru yang tahan dengan blas
Diversifikasi
Varietas Padi
Diversifikasi varietas
padi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Penanaman varietas
yang berbeda secara berseling-seling;
2. Pelepasan galur
secara terus-menerus;
3. Penanaman sejumlah
varietas/galur dalam suatu hamparan.
Pendekatan
Cara Bercocok Tanam
Pengendalian penyakit blas dengan pendekatan cara bercocok tanam dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Pemakaian jerami sebagai kompos;
2. Penggunaan pupuk nitrogen dengan dosis;
3. Waktu tanam yang tepat.
Pendekatan Kimiawi
Pengendalian penyakit blas dengan pendekatan kimiawi dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
1. Cara perendaman benih (soaking) dalam fungisida;
2. Penyemprotan tanaman dengan fungisida.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso
dan Anggiani Nasution. Pengendalian Penyakit Blas Dan Penyakit Cendawan
Lainnya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php/in/download/finish/19/485/0.
Diakses 26 Desember 2012
Scardaci,
S.C. et al. 1997. Rice Blast: a New Disease in
California. Agronomy Fact Sheet Series 1997-2. Davis: Department of Agronomy
and Range Science, University of California. 3p.
Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di
Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 449p.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar