Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)
(Paddy Soil Test Kit)
Pemupukan berimbang merupakan salah satu
faktor kunci untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya
di daerah tropik basah dimana pada umumnya
tingkat kesuburan tanahnya
rendah karena tingkat
pelapukan dan pencucian
hara yang tinggi.
Pembatas pertumbuhan tanaman
yang umum dijumpai adalah rendahnya kandungan
hara di dalam tanah terutama hara
makro N, P dan K.
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu
ditambahkan pupuk dalam jenis dan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan
tingkat kesuburan tanah (uji tanah). Penetapan
dosis pupuk berdasar uji tanah membutuhkan data status N,P, dan K tanah yang ditetapkan sebelum mulai tanam. Dengan diketahuinya status hara tanah,
maka dapat dihitung
jumlah pupuk yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai produksi
optimal.
Namun yang harus kita hindari adalah Pemupukan berimbang
tidak harus memberikan semua unsur makro/mikro yang dibutuhkan, tetapi memberikan unsur yang jumlahnya
tidak cukup tersedia untuk tanaman. Penambahan hara yang sudah cukup tersedia justru menyebabkan masalah
pencemaran lingkungan (tanah dan perairan), terlebih bila
status hara tanah sudah sangat tinggi. Sebagai
contoh pemupukan P terus menerus
pada sawah intensifikasi menyebabkan kejenuhan P dan ketidakseimbangan hara di dalam tanah. Pemupukan P tidak lagi memberikan peningkatan hasil tanaman yang nyata. Efisiensi
pemupukan menjadi rendah,
dan kemungkinan unsur hara lain seperti Zn menjadi tidak tersedia.
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) adalah suatu alat untuk analisis kadar hara tanah secara
langsung di lapangan dengan relatif
cepat, mudah, murah dan cukup akurat. PUTS ini dirancang untuk mengukur kadar N, P, K dan pH tanah. Hasil pengukuran kadar hara N, P, dan K tanah dengan PUTS dikatagorikan menjadi tiga kelas status hara mengacu pada
hasil penelitian uji tanah, yaitu : status
rendah (R), sedang (S) dan tinggi (T). PUTS ini merupakan penyederhanaan dari pekerjaan analisa
tanah di laboratorium yang didasarkan pada hasil penelitian
uji tanah.
Satu Unit Perangkat Uji Tanah Sawah
terdiri dari: (1) satu paket bahan kimia dan alat untuk ekstraksi kadar N,
P, K dan pH, (2) bagan warna
untuk penetapan kadar pH, N, P, dan K, (3) Buku Petunjuk Penggunaan serta Rekomendasi Pupuk untuk padi sawah,
(4) Bagan Warna Daun (BWD). Rekomendasi pemupukan pada berbagai kelas status hara tanah yang diberikan mengacu pada hasil kalibrasi uji tanah.
PUTS ini dapat digunakan untuk analisa contoh tanah sebanyak ± 50 sampel. Jika dirawat dan ditutup rapat segera setelah dipergunakan maka masa kadaluarsa
bahan kimia yang ada dalam PUTS ini berkisar
1 - 1,5 tahun dari pertama kali kemasan dibuka.
Prinsip Kerja PUTS
Prinsip yang digunakan untuk menyusun PUTS
ini adalah dapat mengukur
hara N, P, dan K tanah dengan metode kolorimetri (pewarnaan). Bentuk hara tersedia
menggambarkan suatu indeks ketersediaan
hara yang terdapat dalam larutantanah dan dapat dengan mudah diambil/diserap oleh tanaman. Bentuk hara inilah
yang diukur di laboratorium maupun dengan PUTS. Kadar hara dalam tanah ditentukan dengan cara
mengekstrak hara tersedia dari tanah
dan kemudian mengukur kadar hara yang terekstrak tersebut.
Oleh karena itu, pereaksi atau bahan kimia yang digunakan dalam alat uji tanah pada
umumnya terdiri atas larutan pengekstrak dan
pembangkit warna. Bentuk hara yang diekstrak dengan PUTS untuk nitrogen adalah N-NO3- dan N-NH4+, untuk fosfat bentuk orthophosphate
yaitu PO43-, HPO42-, dan H2PO4- dan untuk kalium adalah K+.
PUTS ini telah diuji dengan menggunakan
contoh tanah mineral dari lahan sawah
yang mempunyai sifat dan karakteristik kandungan
P dan K serta pH tanah yang bervariasi dari rendah hingga tinggi. Uji
validasi PUTS telah dilaksanakan pada tanah Inceptisol, Ultisol, Entisol, dan Vertisol yang tersebar di 146 lokasi lahan sawah di Pulau Jawa. Namun demikian,
untuk lebih memantapkan hasil penetapan atau pengukuran N, P, K dan pH serta rekomendasinya pada jenis tanah yang lebih beragam, pada tahun 2005 tetap akan dilakukan pengujian atau validasi PUTS.
Manfaat PUTS
Secara umum PUTS ini dapat digunakan untuk
penilaian status kesuburan tanah
sawah secara cepat. Tanah sawah yang mempunyai
kandungan hara N, P, dan K tinggi dinyatakan sebagai
tanah-tanah sawah yang subur sehingga
upaya pelestarian produktivitas lahannya sedikit lebih
ringan dibandingkan tanah- tanah sawah yang berstatus
hara rendah. Manfaat secara khusus adalah pemberian rekomendasi pupuk
N, P, dan K untuk padi sawah dapat lebih tepat dan efisien
sehingga diperoleh penghematan pupuk. Jumlah pupuk yang diberikan untuk masing-
masing kelas status hara tanah berbeda sesuai kebutuhan tanaman.
Implikasi penggunaan PUTS
Adanya PUTS yang dapat dioperasikan oleh penyuluh pertanian atau petani terlatih, dosis
pupuk untuk padi sawah lebih tepat
dan efisien dan penerapannya dapat menjangkau wilayah yang luas. Bagi petani, penggunaan PUTS ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan menambah
keuntungan secara ekonomi. Dari sisi
lingkungan, pemakaian pupuk yang tepat dan efisien
dapat menekan pencemaran lingkungan dari badan air (nitrat) dan dalam tanah (logam berat dari pupuk). Penerapan pemupukan berimbang berdasar uji tanah
dengan PUTS dapat menghemat pemakaian pupuk secara nasional
dan devisa negara.
Komponen PUTS
a. |
Pereaksi |
|
1. |
Pereaksi P-1 : |
250 ml |
2. |
Pereaksi P-2 : |
2 g |
3. |
Pereaksi K-1 : |
120 ml |
4. |
Pereaksi K-2 : |
15 ml |
5. |
Pereaksi K-3 : |
15 ml |
6. |
Pereaksi pH-1 : |
250 ml |
7. |
Pereaksi pH-2 : |
25 ml |
8. |
Air destilata : |
250 ml |
b. |
Bagan warna |
|
1.
Bagan warna N tanah
2.
Bagan warna P tanah
3.
Bagan warna K tanah
4.
Bagan warna pH tanah
c. Peralatan
1.
Tabung reaksi volume 10 ml : 6 buah
2.
Sendok stainless : 1 buah
3.
Pengaduk dari kaca : 1 buah
4.
Rak tabung reaksi : 1 buah
5.
Kertas tissue pengering : 1 buah
6.
Syringe 2 ml : 1 buah
7.
Sikat pembersih tabung reaksi : 1 buah
Cara
Pengambilan Contoh Tanah
Sebelum
contoh tanah diambil,
perlu diperhatikan keseragaman areal/hamparan dan intensitas
pengelo-laan lahan yang akan dimintakan rekomendasinya, isalnya keadaan kemiringan
lahan, tekstur dan warna tanah, drainase, dan kondisi tanaman. Berdasarkan pengamatan di lapangan daninformasi yang diperoleh, ditentukan satu hamparan lahan yang kurang lebih seragam
(homogen) seluas 3-5 ha mewakili
1 contoh tanah komposit.
Contoh tanah komposit (campuran 5-8 anak contoh tunggal) diambil dari kedalaman 0 - 20 cm dari permukaan tanah.
Alat yang digunakan
1. Bor tanah
(auger) atau
bisa dengan
cangkul, sekop
dan pisau,
2.
Ember plastik tempat mengaduk
kumpulan contoh tanah
tunggal.
Cara pengambilan contoh tanah
komposit
1.
contoh tanah komposit diambil
setelah panen atau menjelang pengolahan tanah pertama, sekali dalam satu tahun.
2.
Tentukan cara pengambilan contoh tanah tunggal dengan
salah satu dari 4 yaitu diagonal,zig zag sistematik dan cara acak
3.
Rumput-rumput,
batu-batuan atau kerikil, sisa-sisa tanaman atau bahan organik segar/serasah yang terdapat di permukaan tanah disisihkan.
4.
Pada saat pengambilan contoh,
sebaiknya tanah dalam kondisi lembab, tidak terlalu
basah atau terlalu
kering.
4.
Contoh tanah tunggal diambil
menggunakan bor tanah, cangkul, atau sekopdari
tanah lapisan olah (0-20 cm).
5.
Contoh tanah tunggal yang diambil dengan cangkul atau sekop diusahakansama banyak (kedalaman dan ketebalannya) antara satu titik dengan
titiklain nya, misalnya
sekitar setengah kg dari masing-masing titik
.
7.
Contoh-contoh
tanah tunggal dari masing-masing titik dicampur dan diaduksampai merata dalam ember plastik, jika ada
sisa tanaman, akar, atau kerikil dibuang.
6.
Dari campuran contoh tanah tersebut
lalu diambil kurang lebih
½ kg dandisimpan di plastik
bening dan diberi keterangan lokasi, waktu dan pengambilan
7.
Contoh tanah uji siap dianalisa.
Hal yang perlu diperhatikan pengambilan contoh tanah
1.
Jangan mengambil contoh tanah dari
pinggir jalan, pematang/ galengan,
selokan, tanah sekitar rumah, bekas pembakaran
sampah/sisa tanaman jerami, tempat penggembalaan ternak yang banyak kotoran ternak,
bekas timbunan pupuk dan kapur.
2. Hasil pengukuran kadar hara dengan perangkat uji tanah ini tidak dapat digunakan untuk pembuatan Peta Status Hara P dan K Tanah Sawah, karena dalam pembuatan peta status hara P dan K memerlukan angka kuantitatif untuk penarikan garis batas (delineasi) kelas pada peta. Ketepatan hasil analisa tanah ini sangat ditentukan oleh pengambilan contoh tanah yang tepat dan mewakili.
4.
Pada tanah dengan kandungan liat berat, seperti tanah Vertisols di Ngawi dan Madiun, maka contoh tanah yang digunakan untuk
analisa dengan PUTS dikurangi ¼ nya (dari 0,5 ml dengan syringe menjadi
0,3 ml).
5.
Dalam rangka monitoring produktivitas tanah di wilayah
binaan yang sangat berguna bagi pemilik lahan serta penyuluh
pertanian, maka sangat dianjurkan untuk mencatat hasil pengukuran
kadar hara N, P, K, dan pH tanah dari waktu ke
waktu.
Cara
Penetapan Status N Tanah Sawah dengan PUTS dan Rekomendasi Pemupukannya
A.
Kadar N di dalam tanah
Nitrogen (N) di dalam tanah berasal dari bahan organik,
hasil pengikatan N dari udara oleh mikroba,
pupuk, dan air hujan. Nitrogen yang dikandung tanah pada umumnya rendah,
sehingga harus selalu ditambahkan dalam bentuk pupuk atau sumber lainnya pada setiap awal pertanaman. Selain kadarnya rendah,
N di dalam tanah mempunyai sifat yang dinamis
(mudah berubah dari satu bentuk
ke bentuk lain seperti NH4 menjadi NO3, NO, N2O dan N2) dan mudah hilang menguap
dan tercuci bersama
air drainase. Untuk
meningkatkan efisiensi penggunaannya, pupuk N dalam bentuk
urea atau ZA harus diberikan
2-3 kali untuk satu musim
tanam, serta dimonitor tingkat kecukupannya dengan Bagan Warna Daun (Balitpa-IRRI). Namun bila pupuk N yang digunakan adalah pupuk yang zat haranya tersedia lambat seperti urea tablet/briket/granul, maka pemberiannya cukup satu kali untuk satu
musim tanam.
Tanaman yang kekurangan Nakan tumbuh
kerdil, daunnya berwarna kuning dan
mudah gugur, pembungaan terlambat, dan pertumbuhan akar terbatas sehingga produksi
rendah. Kekurangan N dapat diperbaiki dengan pemupukan N
dalam berbagai bentuk seperti Urea,
ZA, DAP, pupuk majemuk NPK, dan pupuk organik
seperti kompos, azolla, pupuk
hijau, dan kotoran ternak. Pemberian pupuk
N yang tepat jenis, jumlah, waktu, cara dan tempat, dapat meningkatkan
efisiensi biaya dan efisiensi pupuk sehingga tanaman akan tumbuh secara optimal. Dengan pemberian N yang tepat (tidak berlebihan) diharapkan pula tidak terjadi
pencemaran lingkungan tanah
dan air.
B. Penetapan status N tanah
1.
Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok
spatula contoh tanah uji atau 0,5 cm tanah yang diambil
dengan syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak garis 0.5 ml yang tertera pada tabung reaksi,
2. Tambahkan
2 ml Pereaksi N-1, kemudian diaduk rata sampai
homogen dengan pengaduk
kaca,
3.
Tambahkan 2 ml Pereaksi N-2, dikocok sampai rata,
4.
Tambahkan 3 tetes Pereaksi
N-3, dikocok sampai
rata,
5. Tambahkan 5-10 butir Pereaksi
N-4, dikocok sampai rata, Diamkan + 10 menit,
6. Bandingkan warna yang muncul pada larutan
jernih di permukaan tanah dengan bagan warna N tanah dan baca status hara N tanah.
C. Rekomendasi
Pemupukan N
Rekomendasi pupuk Urea untuk tanaman padi varitas setara IR-64 atau mempunyai potensi hasil 5-7 t
GKG/ha pada status N tanah Rendah, Sedang atau Tinggi untuk tanah berliat
atau berpasir dalam tabel
berikut ini :
Tekstur Tanah |
Target Hasil (T/Ha) |
Rekomendasi (Kg/Ha) Pada Tanah
Status N*** |
||
R |
S |
T |
||
Berliat (Liat 20 – 40 %)* |
5 |
250 |
200 |
200 |
6 |
300 |
250 |
250 |
|
Berpasir (Liat < 20%)** |
5 |
300 |
250 |
200 |
6 |
350 |
250 |
250 |
*
Diberikan 2 kali (masing - masing 1/3 pada 1-2 minggu setelah tanam (MST), dan 2/3bagian 6-7 MST).
** Diberikan 3 kali (masing - masing 1/3 bagian pada 1-2 MST, 3-5 MST, dan 6-7 MST).
*** Untuk optimalisasi pemupukan N, tingkat kecukupan
N dimonitor dengan BWD atau LCC setelah
tanaman berumur > 3 MST dalam periode 7-10 hari sekali sampai
fase primordia.
Jika yang ditanam adalah padi hibrida atau
VUTB dengan potensi hasil sebesar
>7 t GKG per ha maka dosis rekomendasi pupuk urea
harus dikalikan dengan faktor koreksi sebesar 1,2 (dengan asumsi potensi hasil
padi hibrida atau VUTB 20% lebih tinggi dari
VUB). Pada tanah sawah bereaksi alkalin, disarankan untuk menggunakan pupuk ZA yang dosisnya setara pupuk Urea.
D. Cara pemberian pupuk N
Sumber pupuk N yang banyak digunakan
petani adalah Urea. Cara pemupukan yang umum dilakukan
petani adalah menebar pupuk di permukaan tanah yang
macak-macak. Cara demikian
kurang efisien karena menyebabkan kehilangan N melalui penguapan (volatilisasi) ke udara
dapat mencapai 60% dari pupuk
yang diberikan. Pupuk Urea/ZA setelah disebar harus dibenamkan dengan cara diinjak-injak.
Cara Penetapan Hara P Tanah Sawah dengan PUTS dan Rekomendasi Pemupukannya
A. Kadar P dalam Tanah
Fosfor (P) dalam
tanah terdiri dari P-anorganik dan P-organik
yang berasal dari bahan organik dan mineral
yang mengandung P
(apatit). Unsur P dalam tanah ketersediaannya
(availability) bagi tanaman rendah
karena P terikat oleh liat, bahan organik, serta oksida Fe dan Al pada tanah yang pH-nya rendah (tanah masam dengan pH 4-5,5) dan oleh Ca dan Mg pada
tanah yang pH-nya tinggi (tanah netral dan alkalin dengan pH 7-8).
Tanah mineral yang disawahkan
pada umumnya mempunyai pH netral antara 5,5-6,5 kecuali untuk tanah sawah bukan baru, sehingga ketersediaan P tidak menjadi
masalah.
Akibat pemupukan P dalam jumlah banyak dan
kontinyu di tanah sawah
intensifikasi selama bertahun-tahun, telah terjadi penimbunan (akumulasi) P di dalam tanah. P tanah yang terakumulasi ini dapat digunakan kembali oleh tanaman berikutnya apabila reaksi tanah mencapai kondisi
optimal untuk pelepasan P tersebut.
Fosfor berperan penting
dalam sintesa protein,
pembentukkan bunga, buah dan biji serta mempercepat pemasakan. Kekurangan
P dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman
menjadi kerdil, anakan sedikit,
pemasakan terlambat dan produksi
tanaman rendah. Kebutuhan tanaman akan hara P dapat dipenuhi
dari berbagai sumber, antara lain: TSP,
SP-36, DAP, P-alam, NPK yang
pada umumnya diberikan sekaligus pada awal tanam. Agar pupuk yang diberikan efisien, pupuk P harus diberikan dengan
jumlah, jenis, cara, waktu,
serta tempat.
B. Penetapan
status P tanah
1.
Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok
spatula contoh tanah uji atau 0,5 cm tanah yang diambil
dengan syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak garis 0.5 ml yang tertera pada tabung reaksi.
2.
Tambahkan 3 ml Pereaksi
P-1, kemudian diaduk sampai merata
dengan pengaduk kaca,
3. Tambahkan 5-10 butir atau seujung spatula Pereaksi P-2, dikocok
1 menit, Diamkan selama + 10 menit, Bandingkan warna biru yang muncul dari larutan jernih di
permukaan tanah dengan bagan warna
P tanah
C. Rekomendasi
Pemupukan P
Rekomendasi pupuk fosfat (dalam bentuk
SP-36) untuk padi sawah varietas setara
IR-64 atau yang mempunyai potensi
hasil 5-7 t GKG/ha pada status P tanah Rendah,
Sedang, dan Tinggi ditetapkan menurut tabel
berikut:
Tekstur Tanah |
Target Hasil (T/Ha) |
Rekomendasi Fosfat (SP- 36 Kg/Ha) Pada Tanah
Status P* |
||
R |
S |
T |
||
Berliat
(Liat 20 – 40 %) |
5 |
100 |
75 |
50 |
Berpasir (Liat < 20%) |
6 |
125 |
100 |
75 |
*
diberikan 1
kali pada
saat tanam
Jika yang ditanam adalah
padi hibrida atau Varietas Unggul
Tipe Baru (VUTB) dengan potensi
hasil sebesar > 7 t GKG/ha maka rekomendasi pupuk SP-36 harus dikalikan
dengan faktor koreksi 1,2 dengan
asumsi potensi hasil padi hibrida atau VUTB 20% lebih tinggi dari Varietas Unggul Biasa /VUB (Sumber :
Balitpa, BP2TP, dan IRRI, 2004).
Cara
Penetapan Hara K Tanah Sawah dengan PUTS dan Rekomendasi Pemupukannya
A. Kadar K dalam
Tanah
Kalium (K) dalam tanah bersumber
dari mineral tanah
(feldspar, mika, vermikulit, biotit, dll), dan bahan organik sisa tanaman. K dalam tanah mempunyai sifat
yang mobile (mudah bergerak) sehingga
mudah hilang melalui proses pencucian atau terbawa arus pergerakan air. Berdasarkan
sifat tersebut, efisiensi pupuk K biasanya rendah,
namun dapat ditingkatkan dengan carapemberian 2-3 kali dalam satu musim tanam.
Kalium dalam tanaman berfungsi mengendalikan proses fisiologis dan metabolisme sel, serta
meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.
Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak),proses
pengangkutan hara, pernafasan, dan fotosintesis terganggu, yang pada akhirnya
mengurangi produksi.
Pada tanaman padi, sebagian hara K dari pupuk dapat digantikan oleh jerami padi yang dikembalikan sebagai pupuk organik.
Kadar K dalam jerami umumnya sekitar 1% sehingga dalam 5 ton jerami terdapat
sekitar 50 kg K setara (K -> K2O -> KCl) dengan pemupukan 50 kg KCl/ha. Pengembalian jerami dalam bentuk segar maupun dikomposkan di lahansawah harus digalakkan
kembali, karena
selain mengandung unsure
K, jerami juga
mengandung unsur hara lain seperti
N, P, Ca, Mg dan unsur mikro,
hormon pengatur tumbuh serta asam-asam organik yang sangat berguna
bagi tanaman.
Selain itu penambahan jerami dan bahan
organik lain dapat
memperbaiki sifat fisik dan biologi
tanah yang secara tidak langsung dapat
meningkatkan dan mengefisienkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
B. Penetapan status
K
tanah
1.
Contoh tanah uji sebanyak
½ sendok spatula
atau 0,5 cm yang
diambildengan syringe (spet)
dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
atau jumlah tanah sebanyak garis 0,5 ml yang tertera pada tabung reaksi,
2.
Tambahkan 2 ml Pereaksi
K-1, kemudian diaduk hingga merata
denganpengaduk kaca,
3. Tambahkan 1 tetes Pereaksi
K-2, lalu dikocok
selama 1 menit,
4.
Tambahkan 1 tetes Pereaksi K-3,
lalu dikocok sampai merata, Diamkan
selama + 10 menit, Bandingkan warna kuning yang muncul pada larutan
jernih di permukaann tanah dengan bagan
warna K tanah.
C.
Rekomendasi Pemupukan K
Rekomendasi pupuk kalium (dalam bentuk
KCl) untuk padi sawah varietas setara
IR-64 atau yang mempunyai potensi
hasil 5-7 t GKG/ha pada status K tanah Rendah,
Sedang, dan Tinggi ditetapkan menurut tabel berikut
Tekstur Tanah |
Target Hasil (T/Ha) |
Rekomendasi Kalium (KCl Kg/Ha) Pada
Tanah Status K* |
||
R |
S |
T |
||
-Jerami |
5 |
100 |
50 |
50 |
6 |
125 |
75 |
75 |
|
+Jerami** |
5 |
50 |
0 |
0 |
6 |
75 |
0 |
0 |
* Diberikan 2 kali (masing-masing 1/2 bagian 1-2 MST, dan 1/2 bagian saat tanamanberumur 3-5 mst).
** Takaran jerami 5 t/ha
Jika yang
ditanam adalah padi hibrida atau VUTB dengan
potensi hasil sebesar
> 7 t GKG/ha maka rekomendasi pupuk KCl harus dikalikan dengan faktor koreksi 1,2
dengan asumsi potensi hasil padi hibrida
atau VUTB 20% lebih tinggi
dari VUB (Sumber
:
Balitpa, BP2TP, dan IRRI, 2004).
Penggunaan Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung
unsur hara utama lebih dari satu jenis unsur hara utama. Jenis unsur hara dapat berupa unsure hara makro ataupun
mikro dengan kadar dan formula
yang bervariasi sesuai ketentuan yang berlaku (SNI 02-28038- 92). Pupuk majemuk yang beredar saat ini pada umumnya berupa
pupuk majemuk NPK yang proses
pembuatannya dilakukan secara
kimia (chemical blending)
atau secara fisik
(physical blending atau mechanical blending).
Bervariasinya jenis dan formula pupuk
majemuk yang ada menyebabkan pengguna
harus berhati-hati dalam memilih dan memanfaatkan pupuk majemuk. Penerapan
pemupukan berimbang dapat
menggunakan pupuk tunggal ataupun
pupuk majemuk, dimana masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Penggunaan pupuk majemuk yang tidak tepat dosis menyebabkan kelebihan atau kekurangan unsur tertentu (N, P atau K). Oleh
karena itu, aplikasi pupuk majemuk tetap memerlukan tambahan pupuk tunggal,
khususnya N. Untuk mempermudah pengguna menyetarakan dosis pupuk sesuai dengan status hara
P dan K tanah, maka berikut
ini disajikan contoh perhitungan dosis anjuran pupuk majemuk NPK 15:15:15 dan NPK 20:10:10
untuk padi sawah varietas
setara IR-64 atau Ciherang pada
berbagai status hara P dan K tanah sawah serta anjuran
waktu dan cara pemupukan untuk pupuk tunggal dan majemuk.
Tabel 1.*Rekomendasi pupuk tunggal dan pupuk majemuk pada berbagai status hara P dan K anah
Kelas Status Hara Tanah |
Rekomendasi pupuk tunggal
& Majemuk (Kg/Ha) |
||||||
P |
K |
NPK 15-15-15 |
Tambahan Pupuk Tunggal |
NPK 20-10-10 |
Tambahan Pupuk Tunggal |
||
|
Urea |
KCl |
|
Urea |
KCl |
||
Rendah |
R S T |
250 250 250 |
170 170 170 |
40 - - |
400 400 400 |
100 100 100 |
30 - - |
Sedang |
R S T |
200 250 250 |
180 180 180 |
50 - - |
300 300 300 |
150 150 150 |
50 - - |
Tinggi |
R S T |
150 150 150 |
200 200 200 |
60 10 10 |
200 200 200 |
180 180 180 |
70 - - |
Agar pupuk yang diberikan ke dalam tanah lebih efektif
dan efisien digunakan
tanaman maka cara, waktu dan jumlah pupuk yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan tanaman.
Tabel 2. Cara dan Waktu Pemupukan Pupuk Tunggal dan Majemuk
Jenis Pupuk |
Pupuk Dasar/ 1- 2 MST |
Pupuk Susulan I (3 – 5 MST) |
Pupuk Susulan II (6 – 7 MST) |
Tunggal Urea SP-36 KCl |
1/3 dosis Urea Semua dosis
SP-36 ½ dosis KCl |
1/3 Urea - ½ dosis KCl |
1/3 Urea - - |
Majemuk
NPK 15 – 15 -15 |
Semua dosis NPK 15-15-15 |
½ dosis Urea
Semua KCl Tambahan |
½ Dosis Urea Tambahan |
Majemuk NPK 20 –10
– 10 |
Semua dosis NPK 20-10-10 |
½ dosis Urea Semua KCl Tambahan |
½ Dosis urea
Tambahan |
Pengelolaan Bahan
Organik
Jerami
merupakan sumber bahan
organik utama yang kaya unsur
kalium (K) di lahan sawah. Sumber bahan organik lain adalah pupuk hijau yang ditanam di
pematang/galengan seperti orok-orok, turi, sesbania
yang merupakan tanaman legum, sisa tanaman serta pupuk kandang
(ayam, kambing, sapi).
Penggunaan pupuk organik di lahan sawah harus digalakkan kembali, karena di areal lahan
sawah intensifikasi telah dibuktikan mengandung
kadar karbon organik (C-organik) tanah rendah (<2%) yang berimplikasi pada menurunnya kesuburan
tanah dan efisiensi pemupukan. Pemberian bahan organik
dari jerami, pupuk hijau, Dan sisa tanaman ada dua cara: (1) bahan organik dipotong-
potong terlebih
dahulu lalu dibenamkandan diaduk bersamaan dengan pengolahan tanah pertama, (2) bahan organic
dikomposkan terlebih dahulu di pematang/galengan atau disebar merata di permukaan
lahan sawah pada waktu bera. Untuk mempercepat proses pengomposan dapat ditambahkan dekomposer yang berisi bakteri selulolitik
dengan dosis sesuai anjuran.
Bahan organik yang telah dikomposkan ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat
kimia, fisika dan biologi tanah serta sumber
nutrisi tanaman. Secara umum
kandungan nutrisi hara dalam pupuk organik tergolong
rendah, sehingga diperlukan dalam jumlah
cukup banyak.
Bahan organik yang telah dikomposkan dapat menyediakan hara dalam waktu yang lebih cepat
dibandingkan dalam bentuk segar,
karena selama proses pengomposan telah terjadi proses dekomposisi atau
pemecahan bahan organic yang dilakukan oleh
beberapa macam mikroba
baik dalam kondisi
aerob maupun anaerob.
Cara Penetapan pH Tanah Sawah dan Rekomendasi Pengelolaannya
A. pH (reaksi) tanah
Reaksi tanah, yang dinyatakan dengan nilai pH,
menunjukkan tingkat kemasaman tanah. Tanah sawah umumnya mempunyai
pH
tanah netral yaitu sekitar 6-7. Jika tanah mineral
disawahkan (digenangi), maka pH tanah akan mengarah
ke netral, atau dengan kata lain tanah awal yang masam pH-nya
akan meningkat, sebaliknya tanah awal yang alkalin, pH-nya
akan turun menuju
pH netral.
Perubahan pH tanah menuju netral mempunyai
manfaat terhadap tingkat
ketersedian hara tanah. Pada tanah sawah ber-pH netral
ketersediaan hara dalam kondisi optimal
dan unsur tertentu
yang dapat meracuni tanaman
mengendap.
Pada tanah masam (pH < 4,5), ketersediaan beberapa hara lebih rendah dari pada tanah netral,
serta kemungkinan besar muncul keracunan besi (Fe++) akibat kondisi tanah
menjadi reduktif. Ciri tanah yang banyak mengandung besi umumnya pada permukaan
air genangan tertutup lapisan seperti karat/minyak, berbau menyengat, dan pada daun padi terdapat bintik karat. Pada kondisi terjadi keracunan Fe,
disarankan untuk menerapkan system drainase berselang
(intermittent drainage) dengan tujuan untuk membuang
larutan tanah yang mengandung (Fe) tinggi dan memberi peluang kondisi tanah bersifat oksidatif. Cara lain adalah dengan
menambahkan bahan amelioran ke dalam tanah, seperti kapur. Kapur dapat meningkatkan
pH tanah sehingga aktivitas Fe++ menurun.
Selanjutnya pada tanah basa atau alkalin, ketersediaan haranya juga rendah dan terdapat
kemungkinan kelebihan Na sehingga dapat meracuni tanaman.
Salah satu cara untuk mengurangi keracunan Na adalah melakukan
pencucian tanah dengan air ber-pH
netral. Ciri tanah yang kelebihan Na adalah permukaan tanah pada saat kering akan ditutupi
lapisan kristal putih (garam),
tanaman tumbuh tidak normal, akar tanaman berwarna kehitaman sehingga produksi gabah sangat rendah.
B.
Nilai pH
Kategori
Rekomendasi pengelolaan
<4
Sangat masam
-
Sistem drainase terputus
-
Kapur 1-2
t/ha
-
Pupuk N dalam bentuk Urea
4 – 5
Masam
5 – 6
Agak Masam
-
Sistem drainase konvensional
- Pupuk N dalam bentuk
Urea
6 - 7
Netral
7 - 8
Agak Basa
-
Sistem drainase konvensional
- Pupuk N dalam bentuk ZA
> 8
Basa
-
Pupuk N
dalam bentuk ZA
- Pencucian garam
Penetapan pH Tanah
|
Rekomendasi
Pengelolaan Tanah
Rekomendasi pengelolaan tanah yang dianjurkan
berkaitan dengan nilai pH tanah adalah sebagai berikut
:
Catatan :
pH tanah yang rendah atau tinggi pada
umumnya hanya terdapat pada sawah
bukaan baru atau sawah dengan drainase buruk.
Pada sawah bukaan lama (sesudah >5 tahun disawahkan) pH tanah sawah mendekati
netral (pH antara
5,5 sampai 6,5).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar