Senin, 10 Juli 2023

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)

 

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)

(Paddy Soil Test Kit)

 

Pemupukan berimbang merupakan salah satu faktor kunci untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di daerah tropik basah dimana pada umumnya tingkat kesuburan tanahnya rendah karena tingkat pelapukan dan pencucian hara yang tinggi. Pembatas pertumbuhan tanaman yang umum dijumpai adalah rendahnya kandungan hara di dalam tanah terutama hara makro N, P dan K.

Untuk mengatasi hal tersebut, perlu ditambahkan pupuk dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah (uji tanah). Penetapan dosis pupuk berdasar uji tanah membutuhkan data status N,P, dan K tanah yang ditetapkan sebelum mulai tanam. Dengan diketahuinya status hara tanah, maka dapat dihitung jumlah pupuk yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai produksi optimal.

Namun yang harus kita hindari adalah Pemupukan berimbang tidak harus memberikan semua unsur makro/mikro yang dibutuhkan, tetapi memberikan unsur yang jumlahnya tidak cukup tersedia untuk tanaman. Penambahan hara yang sudah cukup tersedia justru menyebabkan masalah pencemaran lingkungan (tanah dan perairan), terlebih bila status hara tanah sudah sangat tinggi. Sebagai contoh pemupukan P terus menerus pada sawah intensifikasi menyebabkan kejenuhan P dan ketidakseimbangan hara di dalam tanah. Pemupukan P tidak lagi memberikan peningkatan hasil                             tanaman yang nyata. Efisiensi pemupukan menjadi rendah, dan kemungkinan unsur hara lain seperti Zn menjadi tidak tersedia.


Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)

 

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) adalah suatu alat untuk analisis kadar hara tanah secara langsung di lapangan dengan relatif cepat, mudah, murah dan cukup akurat. PUTS ini dirancang untuk mengukur kadar N, P, K dan pH tanah. Hasil pengukuran kadar hara N, P, dan K tanah dengan PUTS dikatagorikan menjadi tiga kelas status hara mengacu pada hasil penelitian uji tanah, yaitu : status rendah (R), sedang (S) dan tinggi (T). PUTS ini merupakan penyederhanaan dari pekerjaan analisa tanah di laboratorium yang didasarkan pada hasil penelitian uji tanah.

Satu Unit Perangkat Uji Tanah Sawah terdiri dari: (1) satu paket bahan kimia dan alat untuk ekstraksi kadar N, P, K dan pH, (2) bagan warna untuk penetapan kadar pH, N, P, dan K, (3) Buku Petunjuk Penggunaan serta Rekomendasi Pupuk untuk padi sawah,

(4) Bagan Warna Daun (BWD). Rekomendasi pemupukan pada berbagai kelas status hara tanah yang diberikan mengacu pada hasil kalibrasi uji tanah.

PUTS ini dapat digunakan untuk analisa contoh tanah sebanyak ± 50 sampel. Jika dirawat dan ditutup rapat segera setelah dipergunakan maka masa kadaluarsa bahan kimia yang ada dalam PUTS ini berkisar 1 - 1,5 tahun dari pertama kali kemasan dibuka.

 

Prinsip Kerja PUTS

 

Prinsip yang digunakan untuk menyusun PUTS ini adalah dapat mengukur hara N, P, dan K tanah dengan metode kolorimetri (pewarnaan). Bentuk hara tersedia menggambarkan suatu indeks ketersediaan hara yang terdapat dalam larutantanah dan dapat dengan mudah diambil/diserap oleh tanaman. Bentuk hara inilah


yang diukur di laboratorium maupun dengan PUTS. Kadar hara dalam tanah ditentukan dengan cara mengekstrak hara tersedia dari tanah dan kemudian mengukur kadar hara yang terekstrak tersebut.

Oleh karena itu, pereaksi atau bahan kimia yang digunakan dalam alat uji tanah pada umumnya terdiri atas larutan pengekstrak dan pembangkit warna. Bentuk hara yang diekstrak dengan PUTS untuk nitrogen adalah N-NO3- dan N-NH4+, untuk fosfat bentuk orthophosphate yaitu PO43-, HPO42-, dan H2PO4- dan untuk kalium adalah K+.

PUTS ini telah diuji dengan menggunakan contoh tanah mineral dari lahan sawah yang mempunyai sifat dan karakteristik kandungan P dan K serta pH tanah yang bervariasi dari rendah hingga tinggi. Uji validasi PUTS telah dilaksanakan pada tanah Inceptisol,  Ultisol,  Entisol,  dan  Vertisol  yang  tersebar  di  146  lokasi lahan sawah di Pulau Jawa. Namun demikian, untuk lebih memantapkan hasil penetapan atau pengukuran N, P, K dan pH serta rekomendasinya pada jenis tanah yang lebih beragam, pada tahun 2005 tetap akan dilakukan pengujian atau validasi PUTS.

 

Manfaat PUTS

Secara umum PUTS ini dapat digunakan untuk penilaian status kesuburan tanah sawah secara cepat. Tanah sawah yang mempunyai kandungan hara N, P, dan K tinggi dinyatakan sebagai tanah-tanah sawah yang subur sehingga upaya pelestarian produktivitas lahannya sedikit lebih ringan dibandingkan tanah- tanah sawah yang berstatus hara rendah. Manfaat secara khusus adalah pemberian rekomendasi pupuk N, P, dan K untuk padi sawah dapat lebih tepat dan efisien sehingga diperoleh penghematan pupuk. Jumlah pupuk yang diberikan untuk masing-

masing kelas status hara tanah berbeda sesuai kebutuhan tanaman.


Implikasi penggunaan PUTS

 

Adanya PUTS yang dapat dioperasikan oleh penyuluh pertanian atau petani terlatih, dosis pupuk untuk padi sawah lebih tepat dan efisien dan penerapannya dapat menjangkau wilayah yang luas. Bagi petani, penggunaan PUTS ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan menambah keuntungan secara ekonomi. Dari sisi lingkungan, pemakaian pupuk yang tepat dan efisien dapat menekan pencemaran lingkungan dari badan air (nitrat) dan dalam tanah (logam berat dari pupuk). Penerapan pemupukan berimbang berdasar uji tanah dengan PUTS dapat menghemat pemakaian pupuk secara nasional dan devisa negara.

 

Komponen PUTS

 

a.

Pereaksi

 

1.

Pereaksi P-1         :

250 ml

2.

Pereaksi P-2         :

2 g

3.

Pereaksi K-1         :

120 ml

4.

Pereaksi K-2         :

15 ml

5.

Pereaksi K-3         :

15 ml

6.

Pereaksi pH-1       :

250 ml

7.

Pereaksi pH-2       :

25 ml

8.

Air destilata         :

250 ml

b.

Bagan warna

 

 

1.     Bagan warna N tanah

2.     Bagan warna P tanah

3.     Bagan warna K tanah

4.     Bagan warna pH tanah


 

c. Peralatan

1.     Tabung reaksi volume 10 ml         : 6 buah

2.     Sendok stainless                       : 1 buah

3.     Pengaduk dari kaca                 : 1 buah

4.     Rak tabung reaksi                      : 1 buah

5.     Kertas tissue pengering              : 1 buah

6.     Syringe 2 ml                            : 1 buah

7.   Sikat pembersih tabung reaksi      : 1 buah

 

Cara Pengambilan Contoh Tanah

 

Sebelum contoh tanah diambil, perlu diperhatikan keseragaman areal/hamparan dan intensitas pengelo-laan lahan yang akan dimintakan rekomendasinya, isalnya keadaan kemiringan lahan, tekstur dan warna tanah, drainase, dan kondisi tanaman. Berdasarkan pengamatan di lapangan daninformasi yang diperoleh, ditentukan satu hamparan lahan yang kurang lebih seragam (homogen) seluas 3-5 ha mewakili 1 contoh tanah komposit. Contoh tanah komposit (campuran 5-8 anak contoh tunggal) diambil dari kedalaman 0 - 20 cm dari permukaan tanah.

Alat yang digunakan

     1.   Bor tanah (auger) atau bisa dengan cangkul, sekop dan pisau,

2.       Ember plastik tempat mengaduk kumpulan contoh tanah tunggal.

Cara pengambilan contoh tanah komposit

 

1.    contoh tanah komposit diambil setelah panen atau menjelang pengolahan tanah pertama, sekali dalam satu tahun.

2.   Tentukan cara pengambilan contoh tanah tunggal    dengan


salah satu dari 4 yaitu diagonal,zig zag sistematik dan cara acak

3.       Rumput-rumput, batu-batuan atau kerikil, sisa-sisa tanaman atau bahan organik segar/serasah yang terdapat di permukaan tanah disisihkan.

4.                       Pada saat pengambilan contoh, sebaiknya tanah dalam kondisi lembab, tidak terlalu basah atau terlalu kering.

4.       Contoh tanah tunggal diambil menggunakan bor tanah, cangkul, atau sekopdari tanah lapisan olah (0-20 cm).

5.       Contoh tanah tunggal yang diambil dengan cangkul atau sekop diusahakansama banyak (kedalaman dan ketebalannya) antara satu titik dengan titiklain nya, misalnya sekitar setengah kg dari masing-masing titik .

7.       Contoh-contoh tanah tunggal dari masing-masing titik dicampur dan diaduksampai merata dalam ember plastik, jika ada sisa tanaman, akar, atau kerikil dibuang.

6.       Dari campuran contoh tanah tersebut lalu diambil kurang lebih

½ kg dandisimpan di plastik bening dan diberi keterangan lokasi, waktu dan pengambilan

7.       Contoh tanah uji siap dianalisa.

Hal yang perlu diperhatikan pengambilan contoh tanah

 

1.       Jangan mengambil contoh tanah dari pinggir jalan, pematang/ galengan, selokan, tanah sekitar rumah, bekas pembakaran sampah/sisa tanaman jerami, tempat penggembalaan ternak yang banyak kotoran ternak, bekas timbunan pupuk dan kapur.

2.       Hasil pengukuran kadar hara dengan perangkat uji tanah ini tidak dapat digunakan untuk pembuatan Peta Status Hara P dan K Tanah Sawah, karena dalam pembuatan peta status hara P dan K memerlukan angka kuantitatif untuk penarikan garis batas (delineasi) kelas pada peta.    Ketepatan hasil analisa tanah ini sangat ditentukan oleh pengambilan contoh tanah yang tepat dan mewakili.

4.       Pada tanah dengan kandungan liat berat, seperti tanah Vertisols di Ngawi dan Madiun, maka contoh tanah yang digunakan untuk analisa dengan PUTS dikurangi ¼ nya (dari 0,5 ml dengan syringe menjadi 0,3 ml).

5.       Dalam rangka monitoring produktivitas tanah di wilayah binaan yang sangat berguna bagi pemilik lahan serta penyuluh pertanian, maka sangat dianjurkan untuk mencatat hasil pengukuran kadar hara N, P, K, dan pH tanah dari waktu ke waktu.

 

Cara Penetapan Status N Tanah Sawah dengan PUTS dan Rekomendasi Pemupukannya

 

A.     Kadar N di dalam tanah

Nitrogen (N) di dalam tanah berasal dari bahan organik, hasil pengikatan N dari udara oleh mikroba, pupuk, dan air hujan. Nitrogen yang dikandung tanah pada umumnya rendah, sehingga harus selalu ditambahkan dalam bentuk pupuk atau sumber lainnya pada setiap awal pertanaman. Selain kadarnya rendah, N di dalam tanah mempunyai sifat yang dinamis (mudah berubah dari satu bentuk ke bentuk lain seperti NH4 menjadi NO3, NO, N2O dan N2) dan mudah hilang menguap dan tercuci bersama air drainase. Untuk meningkatkan efisiensi   penggunaannya, pupuk   N dalam bentuk urea atau ZA harus diberikan 2-3 kali untuk satu musim tanam, serta dimonitor tingkat kecukupannya dengan Bagan Warna Daun (Balitpa-IRRI). Namun bila pupuk N yang digunakan adalah pupuk     yang   zat     haranya        tersedia             lambat seperti             urea tablet/briket/granul, maka pemberiannya cukup satu kali untuk satu

musim tanam.


Tanaman yang kekurangan Nakan tumbuh kerdil, daunnya berwarna kuning dan mudah gugur, pembungaan terlambat, dan pertumbuhan akar terbatas sehingga produksi rendah. Kekurangan N dapat diperbaiki dengan pemupukan N dalam berbagai bentuk seperti Urea, ZA, DAP, pupuk majemuk NPK, dan pupuk organik seperti kompos, azolla, pupuk hijau, dan kotoran ternak. Pemberian pupuk N yang tepat jenis, jumlah, waktu, cara dan tempat, dapat meningkatkan efisiensi biaya dan efisiensi pupuk sehingga tanaman akan tumbuh secara optimal. Dengan pemberian N yang tepat (tidak berlebihan) diharapkan pula tidak terjadi pencemaran lingkungan tanah dan air.

 

 

B.     Penetapan status N tanah

 

1.        Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji atau 0,5 cm tanah yang diambil dengan syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak garis 0.5 ml yang tertera pada tabung reaksi,

2.      Tambahkan 2 ml Pereaksi N-1, kemudian diaduk rata sampai homogen dengan pengaduk kaca,

3.      Tambahkan 2 ml Pereaksi N-2, dikocok sampai rata,

4.      Tambahkan 3 tetes Pereaksi N-3, dikocok sampai rata,

5.      Tambahkan 5-10 butir Pereaksi N-4, dikocok sampai rata, Diamkan + 10 menit,

6.      Bandingkan warna yang muncul pada larutan jernih di permukaan tanah dengan bagan warna N tanah dan baca status hara N tanah.


 

            

C.      Rekomendasi Pemupukan N

 

 

Rekomendasi pupuk Urea untuk tanaman padi varitas setara IR-64 atau mempunyai potensi hasil 5-7 t GKG/ha pada status N tanah Rendah, Sedang atau Tinggi untuk tanah berliat atau berpasir dalam tabel berikut ini :

 

 

 

Tekstur Tanah

 

 

Target Hasil (T/Ha)

 

Rekomendasi (Kg/Ha) Pada Tanah Status N***

 

R

 

S

 

T

 

Berliat (Liat 20 40 %)*

 

5

 

250

 

200

 

200

 

6

 

300

 

250

 

250

 

Berpasir (Liat < 20%)**

 

5

 

300

 

250

 

200

 

6

 

350

 

250

 

250


*         Diberikan 2 kali (masing - masing 1/3 pada 1-2 minggu setelah tanam (MST), dan 2/3bagian 6-7 MST).

** Diberikan 3 kali (masing - masing 1/3 bagian pada 1-2 MST, 3-5 MST, dan 6-7 MST).

*** Untuk optimalisasi pemupukan N, tingkat kecukupan N dimonitor dengan BWD atau LCC setelah   tanaman berumur > 3 MST dalam periode 7-10 hari sekali sampai fase primordia.

Jika yang ditanam adalah padi hibrida atau VUTB dengan potensi hasil sebesar >7 t GKG per ha maka dosis rekomendasi pupuk urea harus dikalikan dengan faktor koreksi sebesar 1,2 (dengan asumsi potensi hasil padi hibrida atau VUTB 20% lebih tinggi dari VUB). Pada tanah sawah bereaksi alkalin, disarankan untuk menggunakan pupuk ZA yang dosisnya setara pupuk Urea.

 

D.       Cara pemberian pupuk N

Sumber pupuk N yang banyak digunakan petani adalah Urea. Cara pemupukan yang umum dilakukan petani adalah menebar pupuk di permukaan tanah yang macak-macak. Cara demikian kurang efisien karena menyebabkan kehilangan N melalui penguapan (volatilisasi) ke udara dapat mencapai 60% dari pupuk yang diberikan. Pupuk Urea/ZA setelah disebar harus dibenamkan dengan cara diinjak-injak.

 

Cara Penetapan Hara P Tanah Sawah dengan PUTS dan Rekomendasi Pemupukannya

A.     Kadar P dalam Tanah

 

Fosfor (P) dalam tanah terdiri dari P-anorganik dan P-organik yang berasal dari bahan organik dan mineral yang mengandung P


(apatit). Unsur P dalam tanah ketersediaannya (availability) bagi tanaman rendah karena P terikat oleh liat, bahan organik, serta oksida Fe dan Al pada tanah yang pH-nya rendah (tanah masam dengan pH 4-5,5) dan oleh Ca dan Mg pada tanah yang pH-nya tinggi (tanah netral dan alkalin dengan pH 7-8). Tanah mineral yang disawahkan pada umumnya mempunyai pH netral antara 5,5-6,5 kecuali untuk tanah sawah bukan baru, sehingga ketersediaan P tidak menjadi masalah.

Akibat pemupukan P dalam jumlah banyak dan kontinyu di tanah sawah intensifikasi selama bertahun-tahun, telah terjadi penimbunan (akumulasi) P di dalam tanah. P tanah yang terakumulasi ini dapat digunakan kembali oleh tanaman berikutnya apabila reaksi tanah mencapai kondisi optimal untuk pelepasan P tersebut.

Fosfor berperan penting dalam sintesa protein, pembentukkan bunga, buah dan biji serta mempercepat pemasakan. Kekurangan P dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, anakan sedikit, pemasakan terlambat dan produksi tanaman rendah. Kebutuhan tanaman akan hara P dapat dipenuhi dari berbagai sumber, antara lain: TSP, SP-36, DAP, P-alam, NPK yang pada umumnya diberikan sekaligus pada awal tanam. Agar pupuk yang diberikan efisien, pupuk P harus diberikan dengan jumlah, jenis, cara, waktu, serta tempat.

B.     Penetapan status P tanah

 

1.        Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji atau 0,5 cm tanah yang diambil dengan syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak garis 0.5 ml yang tertera pada tabung reaksi.

2.           Tambahkan 3 ml Pereaksi P-1, kemudian diaduk sampai merata

dengan pengaduk kaca,


3.       Tambahkan 5-10 butir atau seujung spatula Pereaksi P-2, dikocok

1 menit, Diamkan selama + 10 menit, Bandingkan warna biru yang muncul dari larutan jernih di permukaan tanah dengan bagan warna P tanah

 

   

C.      Rekomendasi Pemupukan P

Rekomendasi pupuk fosfat (dalam bentuk SP-36) untuk padi sawah varietas setara IR-64 atau yang mempunyai potensi hasil 5-7 t GKG/ha pada status P tanah Rendah, Sedang, dan Tinggi ditetapkan menurut tabel berikut:

 

 

 

Tekstur Tanah

 

 

Target Hasil (T/Ha)

 

Rekomendasi Fosfat (SP- 36 Kg/Ha) Pada Tanah Status P*

 

R

 

S

 

T

 

Berliat (Liat 20 40 %)

 

5

 

100

 

75

 

50

 

Berpasir (Liat < 20%)

 

6

 

125

 

100

 

75

*   diberikan 1 kali pada saat tanam

 

Jika yang ditanam adalah padi hibrida atau Varietas Unggul


Tipe Baru (VUTB) dengan potensi hasil sebesar > 7 t GKG/ha maka rekomendasi pupuk SP-36 harus dikalikan dengan faktor koreksi 1,2 dengan asumsi potensi hasil padi hibrida atau VUTB 20% lebih tinggi dari Varietas Unggul Biasa /VUB (Sumber : Balitpa, BP2TP, dan IRRI, 2004).

 

Cara Penetapan Hara K Tanah Sawah dengan PUTS dan Rekomendasi Pemupukannya

 

A.     Kadar K dalam Tanah

Kalium (K) dalam tanah bersumber dari mineral tanah (feldspar, mika, vermikulit, biotit, dll), dan bahan organik sisa tanaman. K dalam tanah mempunyai sifat yang mobile (mudah bergerak) sehingga mudah hilang melalui proses pencucian atau terbawa arus pergerakan air. Berdasarkan sifat tersebut, efisiensi pupuk K biasanya rendah, namun dapat ditingkatkan dengan carapemberian 2-3 kali dalam satu musim tanam.

Kalium dalam tanaman berfungsi mengendalikan proses fisiologis dan metabolisme sel, serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak),proses pengangkutan hara, pernafasan, dan fotosintesis terganggu, yang pada akhirnya mengurangi produksi.

Pada tanaman padi, sebagian hara K dari pupuk dapat digantikan oleh jerami padi yang dikembalikan sebagai pupuk organik. Kadar K dalam jerami umumnya sekitar 1% sehingga dalam 5 ton jerami terdapat sekitar 50 kg K setara (K -> K2O -> KCl) dengan pemupukan 50 kg KCl/ha. Pengembalian jerami dalam bentuk segar maupun dikomposkan di lahansawah harus digalakkan

kembali, karena selain mengandung unsure K, jerami    juga


mengandung unsur hara lain seperti N, P, Ca, Mg dan unsur mikro, hormon pengatur tumbuh serta asam-asam organik yang sangat berguna bagi tanaman.

Selain itu penambahan jerami dan bahan organik lain dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah yang secara tidak langsung dapat meningkatkan dan mengefisienkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman.

B.     Penetapan status K tanah

 

1.       Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula atau 0,5 cm yang diambildengan syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak garis 0,5 ml yang tertera pada tabung reaksi,

2.       Tambahkan 2 ml Pereaksi K-1, kemudian diaduk hingga merata denganpengaduk kaca,

3.       Tambahkan 1 tetes Pereaksi K-2, lalu dikocok selama 1 menit,

4.       Tambahkan 1 tetes Pereaksi K-3, lalu dikocok sampai merata, Diamkan selama + 10 menit, Bandingkan warna kuning yang muncul pada larutan jernih di permukaann tanah dengan bagan warna K tanah.

 

 







C.      Rekomendasi Pemupukan K

Rekomendasi pupuk kalium (dalam bentuk KCl) untuk padi sawah varietas setara IR-64 atau yang mempunyai potensi hasil 5-7 t GKG/ha pada status K tanah Rendah, Sedang, dan Tinggi ditetapkan menurut tabel berikut

 

 

 

Tekstur Tanah

 

 

Target Hasil (T/Ha)

 

Rekomendasi Kalium (KCl Kg/Ha) Pada Tanah Status K*

 

R

 

S

 

T

 

 

-Jerami

 

5

 

100

 

50

 

50

 

6

 

125

 

75

 

75

 

 

+Jerami**

 

5

 

50

 

0

 

0

 

6

 

75

 

0

 

0

 

* Diberikan 2 kali (masing-masing 1/2 bagian 1-2 MST, dan 1/2 bagian saat tanamanberumur 3-5 mst).

** Takaran jerami 5 t/ha

 

Jika yang ditanam adalah padi hibrida atau VUTB dengan potensi hasil sebesar > 7 t GKG/ha maka rekomendasi pupuk KCl harus dikalikan dengan faktor koreksi 1,2 dengan asumsi potensi hasil padi hibrida atau VUTB 20% lebih tinggi dari VUB (Sumber :

Balitpa, BP2TP, dan IRRI, 2004).


Penggunaan Pupuk Majemuk

 

Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung unsur hara utama lebih dari satu jenis unsur hara utama. Jenis unsur hara dapat berupa unsure hara makro ataupun mikro dengan kadar dan formula yang bervariasi sesuai ketentuan yang berlaku (SNI 02-28038- 92). Pupuk majemuk yang beredar saat ini pada umumnya berupa pupuk majemuk NPK yang proses pembuatannya dilakukan secara kimia (chemical blending) atau secara fisik (physical blending atau mechanical blending).

Bervariasinya jenis dan formula pupuk majemuk yang ada menyebabkan pengguna harus berhati-hati dalam memilih dan memanfaatkan pupuk majemuk. Penerapan pemupukan berimbang dapat menggunakan pupuk tunggal ataupun pupuk majemuk, dimana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Penggunaan pupuk majemuk yang tidak tepat dosis menyebabkan kelebihan atau kekurangan unsur tertentu (N, P atau K). Oleh karena itu, aplikasi pupuk majemuk tetap memerlukan tambahan pupuk tunggal, khususnya N. Untuk mempermudah pengguna menyetarakan dosis pupuk sesuai dengan status hara P dan K tanah, maka berikut ini disajikan contoh perhitungan dosis anjuran pupuk majemuk NPK 15:15:15 dan NPK 20:10:10 untuk padi sawah varietas setara IR-64 atau Ciherang pada berbagai status hara P dan K tanah sawah serta anjuran waktu dan cara pemupukan untuk pupuk tunggal dan majemuk.


Tabel 1.*Rekomendasi pupuk tunggal dan pupuk majemuk pada berbagai status hara P dan K anah

 

 

 

Kelas Status Hara Tanah

 

 

Rekomendasi pupuk tunggal & Majemuk (Kg/Ha)

 

 

 

 

P

 

 

 

 

K

 

NPK 15-15-15

 

Tambahan Pupuk Tunggal

 

NPK 20-10-10

 

Tambahan Pupuk Tunggal

 

 

Urea

 

KCl

 

 

Urea

 

KCl

 

 

Rendah

 

R S T

 

250

250

250

 

170

170

170

 

40

-

-

 

400

400

400

 

100

100

100

 

30

-

-

 

 

Sedang

 

R S T

 

200

250

250

 

180

180

180

 

50

-

-

 

300

300

300

 

150

150

150

 

50

-

-

 

 

Tinggi

 

R S T

 

150

150

150

 

200

200

200

 

60

10

10

 

200

200

200

 

180

180

180

 

70

-

-

 

Agar pupuk yang diberikan ke dalam tanah lebih efektif dan efisien digunakan tanaman maka cara, waktu dan jumlah pupuk yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman.


Tabel 2. Cara dan Waktu Pemupukan Pupuk Tunggal dan Majemuk

 

 

Jenis Pupuk

Pupuk Dasar/ 1-

2 MST

Pupuk Susulan I

(3 5 MST)

Pupuk Susulan II

(6 7 MST)

Tunggal Urea

SP-36

KCl

 

1/3 dosis Urea Semua dosis SP-36

½ dosis KCl

 

1/3 Urea

-

½ dosis KCl

 

1/3 Urea

-

-

 

Majemuk

 

NPK 15 – 15 -15

 

Semua dosis NPK 15-15-15

 

½ dosis Urea

 

Semua KCl Tambahan

 

½ Dosis Urea Tambahan

 

Majemuk

NPK 20 –10 10

 

Semua dosis NPK 20-10-10

 

½ dosis Urea Semua KCl Tambahan

 

½    Dosis       urea Tambahan

 

Pengelolaan Bahan Organik

 

Jerami merupakan sumber bahan organik utama yang kaya unsur kalium (K) di lahan sawah. Sumber bahan organik lain adalah pupuk hijau yang ditanam di pematang/galengan seperti orok-orok, turi, sesbania yang merupakan tanaman legum, sisa tanaman serta pupuk kandang (ayam, kambing, sapi).

Penggunaan pupuk organik di lahan sawah harus digalakkan kembali, karena di areal lahan sawah intensifikasi telah dibuktikan mengandung kadar karbon organik (C-organik) tanah rendah (<2%) yang berimplikasi pada menurunnya kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan. Pemberian bahan organik dari jerami, pupuk hijau, Dan  sisa  tanaman  ada  dua  cara:  (1)  bahan  organik  dipotong-


potong terlebih dahulu lalu dibenamkandan diaduk bersamaan dengan pengolahan tanah pertama, (2) bahan organic dikomposkan terlebih dahulu di pematang/galengan atau disebar merata di permukaan lahan sawah pada waktu bera. Untuk mempercepat proses pengomposan dapat ditambahkan dekomposer yang berisi bakteri selulolitik dengan dosis sesuai anjuran.

Bahan organik yang telah dikomposkan ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika dan biologi tanah serta sumber nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi hara dalam pupuk organik tergolong rendah, sehingga diperlukan dalam jumlah cukup banyak.

Bahan organik yang telah dikomposkan dapat menyediakan hara dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dalam bentuk segar, karena selama proses pengomposan telah terjadi proses dekomposisi atau pemecahan bahan organic yang dilakukan oleh beberapa macam mikroba baik dalam kondisi aerob maupun anaerob.


Cara Penetapan pH Tanah Sawah dan Rekomendasi Pengelolaannya

 

A.     pH (reaksi) tanah

 

Reaksi tanah, yang dinyatakan dengan nilai pH, menunjukkan tingkat kemasaman tanah. Tanah sawah umumnya mempunyai pH


tanah netral yaitu sekitar 6-7. Jika tanah mineral disawahkan (digenangi), maka pH tanah akan mengarah ke netral, atau dengan kata lain tanah awal yang masam pH-nya akan meningkat, sebaliknya tanah awal yang alkalin, pH-nya akan turun menuju pH netral.

Perubahan pH tanah menuju netral mempunyai manfaat terhadap tingkat ketersedian hara tanah. Pada tanah sawah ber-pH netral ketersediaan hara dalam kondisi optimal dan unsur tertentu yang dapat meracuni tanaman

mengendap.

Pada tanah masam (pH < 4,5), ketersediaan beberapa hara lebih rendah dari pada tanah netral, serta kemungkinan besar muncul keracunan besi (Fe++) akibat kondisi tanah menjadi reduktif. Ciri tanah yang banyak mengandung besi umumnya pada permukaan air genangan tertutup lapisan seperti karat/minyak, berbau menyengat, dan pada daun padi terdapat bintik karat. Pada kondisi terjadi keracunan Fe, disarankan untuk menerapkan system drainase berselang (intermittent drainage) dengan tujuan untuk membuang larutan tanah yang mengandung (Fe) tinggi dan memberi peluang kondisi tanah bersifat oksidatif. Cara lain adalah dengan menambahkan bahan amelioran ke dalam tanah, seperti kapur. Kapur dapat meningkatkan pH tanah sehingga aktivitas Fe++ menurun.

Selanjutnya pada tanah basa atau alkalin, ketersediaan haranya juga rendah dan terdapat kemungkinan kelebihan Na sehingga dapat meracuni tanaman. Salah satu cara untuk mengurangi keracunan Na adalah melakukan pencucian tanah dengan air ber-pH netral. Ciri tanah yang kelebihan Na adalah permukaan tanah pada saat kering akan ditutupi lapisan kristal putih (garam), tanaman tumbuh tidak normal, akar tanaman berwarna kehitaman sehingga produksi gabah sangat rendah.


B.    

Nilai pH

Kategori

Rekomendasi pengelolaan

 

<4

 

Sangat masam

 

-  Sistem drainase terputus

-  Kapur 1-2 t/ha

-  Pupuk N dalam bentuk Urea

 

4 5

 

Masam

 

5 6

 

Agak Masam

-  Sistem drainase konvensional

-  Pupuk N dalam bentuk

Urea

 

6 - 7

 

Netral

 

7 - 8

 

Agak Basa

-  Sistem drainase konvensional

-  Pupuk N dalam bentuk ZA

 

> 8

 

Basa

-  Pupuk N dalam bentuk ZA

-  Pencucian garam

 

 
Penetapan pH Tanah

            hub.admin

 

 

 

 

 

 


 

 



Rekomendasi Pengelolaan Tanah

 

Rekomendasi pengelolaan tanah yang dianjurkan berkaitan dengan nilai pH tanah adalah sebagai berikut :


Catatan :

 

pH tanah yang rendah atau tinggi pada umumnya hanya terdapat pada sawah bukaan baru atau sawah dengan drainase buruk. Pada sawah bukaan lama (sesudah >5 tahun disawahkan) pH tanah sawah mendekati netral (pH antara 5,5 sampai 6,5).


 


 

 


Tidak ada komentar: