Selasa, 24 November 2015

CONTOH LAPORAN EVALUASI DAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN

CONTOH LAPORAN EVALUASI DAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN


Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh...
Kali ini saya bahas tentang Evaluasi dampak dari kegiatan penyuluhan pertanian, tulisan ini saya tunjukan kepada teman-teman penyuluh pertanian kabupaten Pati wabil khusus kepada rekan-rekan saya senasib seperjuangan THL-TBPP (TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUHAN PERTANIAN) Di Kabupaten Pati Jawa Tengah, Semoga bermanfaat sehingga menjadi catatan amalan Sholih Amiin
TERUS BERJUANG KAWAN THL-TBPP 
INGAT SEMUA PASTI ADA HIKMAHNYA 
 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pengertian Evaluasi menurut Raudabaugh dalam Yayasan Pengembangan Sinar Tani (2001), mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut; merumuskan tujuan, mengidentifikasi kriteria yang cocok untuk mengukur keberhasilan dan untuk menentukan dan menjelaskan tingkat keberhasilan.
Sedangkan Frutchey (1973) dalam Mardikanto (2008), menjelaskan pengertian evaluasi adalah kegiatan lumrah yang biasa kita lakukan sehari-hari. Dalam semua kegiatan evaluasi terdapat tiga unsur,yaitu sebagai berikut :
1)      Observasi (pengamatan)
2)      Membanding-bandingkan antara hasil pengamatan dengan pedoman yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
3)      Membuat kesimpulan atau pengambilan keputusan
Menurut PUSLUH DEPTAN (1995) evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian adalah upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator, melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas, efisiensi pencapaian hasil kegiatan, atau untuk perencanaan dan pengembangan selanjutnya dari suatu kegiatan. Sedangkan menurut Padmowihardjo (1996) evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauhmana program tujuan program penyuluhan pertanian disuatu wilayah dapat dicapai sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan.
Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan  seberapa jauh suatu hal itu berharga, bermutu dan bernilai. Jadi dalam evaluasi  ada dua unsur  utama yaitu menilai dan mengukur (Thomas,2005).
Evaluasi Dampak penyuluhan pertanian adalah upaya penilaian terhadap suatu kegiatan, melalui pengumpulan dan penganalisisan informasi dan fakta-fakta secara sistematis mengenai perencanaan, pelaksanaan hasil dan dampak kegiatan tersebut, untuk menilai hasil relevansi, efektivitas dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pengolahan dan analisis data dilakukan oleh petugas penyuluh yang bertugas diwilayah   yang bersangkutan.
Prinsip-prinsip evaluasi yang merupakan acuan dasar dalam melaksanakan evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut:
1)            Evaluasi harus berdasarkan fakta
2)     Evaluasi penyuluhan merupakan bagian integral dari proses kegiatan atau program penyuluhan
3)     Evaluasi hanya dapat dilakukan dalam hubungannya dengan tujuan dari program penyuluhan bersangkutan
4)     Evaluasi penyuluhan pertanian harus menggunakan alat ukur yang berbeda, untuk  mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula.
5)     Evaluasi penyuluhan pertanian perlu dilakukan terhadap hasil-hasil kuantitatif dan kualitatif.
6)     Evaluasi penyuluhan pertanian harus dilakukan terhadap metode penyuluhan yang digunakan.
7)     Evaluasi perlu di pertimbangkan dengan teliti
8)     Evaluasi harus dijiwai dengan prinsip mencari kebenaran

Kegiatan penyuluhan pertanian dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Pengembangan sumberdaya manusia sangat ditentukan oleh faktor internal dan faktor ekternal. Faktor-faktor tersebut akan menyebabkan perbedaan antara rencana yang akan dicapai dengan hasil sangat nyata, sesuai kondisi yang mempengaruhinya.Untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan penyuluhan berdasarkan parameter tertentu yang disusun secara sistimatis dalam bentuk suatu kajian. Parameter tersebut meliputi :
  1. Perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
  2. Efektifitas alat bantu dan metode penyuluhan pertanian
  3. Ketepatan materi penyuluhan pertanian.
  4. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian
Kegunaan dari evaluasi ini adalah untuk memberikan informasi tentang efektifitas pelaksanaan dan metode penyuluhan pertanian  kepada petani, sehingga dapat menjadi acuan dan perbaikan dalam penentuan kebijakan di masa yang akan datang, Evaluasi yang dilakukan dilakukan pada tiga aspek yaitu: Evaluasi input yang mencakup Ketepatan kelompok sasaran, kegiatan penyuluhan pertanian.. Evalusi yang ke dua  adalah Evaluasi Dampak yang terdiri dari dampak langsung dan dampak tidak langsung. Pada dampak langsung mencakup penguatan modal, penerapan tekhnologi (pupuk dan bibit), pendapatan petani, air irigasi, kegiatan penyuluhan, pengembangan usaha, perilaku kolektif, dan ketersediaan kredit. Sedangkan pada dampak tidak langsung mencakup mekanisme pemasaran, surplus pangan, dan kemitraan usaha.
Adapun beberapa hal yang ditemukan dalam evaluasi yang dilakukan, secara umum dapat digambarkan bahwa dengan sebuah input yang baik akan menimbulkan dampak yang positif. Pemilihan kelompok sangat penting dalam menentukan keberhasilan program ini, karena kelompok tani adalah instrumen utama yang melaksanakan program ini. Kelompok tani yang tepat dengan manajemen yang teratur dan tenaga pemberdaya yang bekerja dengan baik akan memiliki dampak yang baik dalam pelaksanaan program. Proses pengelolaan dana pada saat dana mulai masuk di rekening kelompok, baik penggunaan maupun perputaran dana yang dilakukan juga sangat berpengaruh pada dampak yang ditimbulkan nantinya
B.       Masalah
Evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di wilayah Bapeluh Kabupaten Blora diperlukan untuk menelaah setiap hasil kegiatan yang tercantum dalam Programa Penyuluhan Pertanian  Tahun 2010. Meskipun secara umum kegiatan pernyuluhan pertanian memberikan dampak yang baik ,tetapi masih belum tercapai secara optimal. Khusunya untuk metode penyuluhan pertanian temu karya, temu usaha dan sekolah lapang

C.    Tujuan
Tujuan Evaluasi Dampak Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian di wilayah Bapeluh  Kabupaten Blora  Tahun 2010 adalah sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui dampak  pelaksanaan metode, alat bantu, penyelenggaraan dan perubahan perilaku sasaran.
  2. Mengurangi resiko kegagalan kegiatan tahun berikutnya.
  3. Mengetahui mutu Programa penyulah yang telah dilaksanakan.
  4. Mengembangkan rasa tanggungjawab penyuluh pertanian.
  5. Memuat kerangka pedoman atau tindakan untuk memecahkan masalah yang menyebabkan kegagalan kegiatan penyuluhan pertanian.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


Tinjauan Pustaka Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua tujuan utama yang diharapkannya. Untuk jangka pendek adalah menciptakan perubahan perilaku termasuk di dalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan, serta untuk jangka panjang adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan jalan meningkatkan taraf hidup mereka (Sastraadmadja, 1993). Tujuan penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku (behavior) petani dan anggota keluarganya yaitu mengubah pengetahuan, sikap, serta keterampilannya. Perubahan pengetahuan, sikap, serta keterampilannya. Perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilani ini akan merupakan “pintu gerbang” terjadinya penghayatan (Characterization, habitually) dan penerapan (adopsi) dari inovasi (pembaharuan) pertanian yang disuluhkan atau yang menjadi misinya. Tanpa terjadi perubahan perilaku ini tidak akan terjadi proses penghayatan atau penerapan dalam diri petani dan anggota keluarganya. Adapun misi atau pesan penyuluh pertanian adalah bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better business), hidup lebih sejahtera (better living) dan membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera (better community) (Padmowiharjdjo. S, 2001).
Sasaran penyuluhan pertanian dapat berupa individu, kelompok, maupun organisasi. Sasaran individu atau perorangan dalam penyuluhan pertanian dapat dicapai dengan menggunakan metode khusus yaitu melakukan pendekatan secara individu. Sasaran kelompok dalam penyuluhan pertanian dapat dicapai dengan melakukan pendekatan secara kelompok, sedangkan untuk mencapai sasaran dalam organisasi yang lebih besar dapat dilakukan dengan pendekatan massal. Penggunaan metode ini selain didasarkan pada jumlah sasaran yang ingin dicapai, perlu juga mempertimbangkan situasi dan kondisi sasaran penyuluhan pertanian. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan pendekatan massal agar lebih efisien. Untuk mengubah sikap, pendekatan kelompok dapat memberikan motivasi yang kuat bagi para petani untuk melaksanakan suatu inovasi, sedangkan untuk meningkatkan keterampilan, pendekatan perorangan akan lebih efektif (Mardikanto, 1993). Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian (pengkomunikasian) hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting karena itu penyuluh menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu disain secara terperinci dan spesifik, yang menggambarkan hal-hal pokok sebagai berikut :
1.      Masalah yang dihadapi?
2.      Siapa yang akan disuluh?
3.      Apa tujuan yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan?
4.      Apa pendekatan yang dipakai?
5.      Metode atau saluran apa yang dipakai?
6.      Sistem evaluasi apa yang ada di dalam rencana keseluruhan kegiatan yang dimaksud? (Nasution. Z, 1990).
Penyuluhan pertanian di Indonesia telah mempunyai sejarah yang cukup panjang, yang dimulai sejak awal abad 20 di masa penjajahan. Penyuluhan bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian, baik untuk kepentingan penjajah maupun untuk mencukupi kebutuhan pribumi. Penyuluhan dilandadi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan yang cukup jauh antara praktek-praktek yang dilakukan para petani di satu pihak dan adanya teknolog-teknologi yang lebih maju dilain pihak. Kebutuhan peningkatan produksi pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi-teknologi maju yang ditemukan oleh para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai produsen primer (Margono. S, 2003).
Secara umum, peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metoda dan teknik-teknik tertentu sampai sasaran penyuluhan itu dengan kesadaran dan kemampuannya sendiri mengadopsi inovasi yang disampaikan. Akan tetapi, dalam pengembangannya, peran penyuluh tidak hanya terbatas pada fungsi menyampaikan iinovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhannya, akan tetapi, ia harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakat sasaran, maupun untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah/lembaga penyuluhan yang bersangkutan. Sebab, hanya dengan menempatkan diri pada kedudukan atau posisi seperti itulah ia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik (Mardikanto. T, 1993).
Dengan adanya jalinan keterkaitan antara penyuluh pertanian dengan petani maka pada suatu saat nanti didalam menghadapi masala-masalah penyuluhan tidak tergantung kepada program dari pemerintah semata-mata tetapi merupakan kemandirian petani itu sendiri. Dengan adanya suatu program yang direncanakan oleh petani dan terjaminnya dukungan operasional dari aparatur-aparatur penyuluhan pertanian, penyediaan sarana produksi, pemasaran, pengolahan hasil, permodalan maka dengan demikian produktivitas usaha tani terus menerus meningkat dan permintaan pasar terpenuhi dengan kata lain mampu memanfaatkan setiap peluang ekonomi yang melintas dihadapannya (Suryadi. A, 1995). Ada tiga model penyuluhan pertanian yang dapat digunakan untuk lesson learned yang pernah dilaksanakan di indonesia yaitu sebagai berikut:
1. Sistem kerja LAKUSUSI (Latihan Kunjungan dan Supervisi)
2. Sekolah Lapangan, dan
3. FMA (Farmers Manage Activities)

Ada berbagai masalah penyuluhan pertanian yang kita jumpai sampai saat ini yaitu adalah:
1. Kelembagaan
2. Ketenagaan
3. Kompetisi Penyuluhan
4. Kesadaran penyuluh terhadap perubahan budaya petani
5. Kebiasaan (habit) penyuluh
6. Penyusunan program
7. Sarana

8. Sikap petani
9. Kepemimpinan petani
10.Kelembagaan petani
11. Pembiayaan
12. Intensitas kegiatan
13. Perubahan keterkaitan penelitian dan penyuluhan
14. Inovasi
15.Kerjasama SDM

(Soedijanto, 2004). Program penyuluhan yang baik sebaiknya dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat yang ada di daerah tersebut (sistem bottom up). Pemerintah harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat lalu kemudian menentukan program apa yang cocok dilakukan di daerah tersebut. Untuk mengetahui keberhasilan program penyuluhan, maka diperlukan penelitian secara ilmiah. Ada beberapa kegunaan evaluasi dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu sebagai berikut:
1.      Kegunaan bagi kegiatan penyuluhan itu sendiri, yakni:
a.       Untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang telah dicapai.
b.      Untuk mencari bukti apakah sekuruh kegiatan telah dilaksanakan seperti yang direncanakan.
c.       Untuk mengetahui segala masalah yang muncul/dijumpai yang berkaitan dengan tujuan yang diinginkan
d.      Untuk mengukur efektifitas dan efesiensi sistem kerja dan metoda-metoda penyuluhan yang telah dilaksanakan.
e.       Untuk menarik simpati aparat dan warga masyarakat bahwa program tersebut memang mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sehingga diharapkan mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan berikutnya.

2.      Kegunaan bagi aparat penyuluhan, yakni meliputi:
a.       Penyuluh merasa diperhatikan dan tidak dilupakan, sehingga memberikan kepuasan psikologis yang akan mendorong aktivitas penyuluhannya di masa mendatang.
b.      Melalui evaluasi, seringkali juga digunakan untuk melakukan penilaian terhadap aktivitas atau mutu kegiatan penyuluhan itu sendiri, sehingga berpengaruh dalam menentukan masa depan bagi pengenbangan karier penyuluh yang bersangkutan.
c.       Dengan adanya evaluasi maka penyuluh akan selalu mawas diri dan berusaha agar kegiatannya berjalan dengan baik sehingga membiasak diri untuk selalu rajin, tekun dan bertanggung jawab.

3.      Kegunaan bagi pelaksana evaluasi, yakni meliputi:
a.       Kebiasaan untuk mengemukakan pendapat berdasarkan data atau fakta dan bukan didasarkan kepada asumsi atau praduga semata.
b.      Kebiasaan bekerja sistematis, sesuai dengan prosedur dan pedoman yang telah ditetapkan.
c.       Memperolah peningkatan pengetahuan dan keterampilan. (Mardikanto.T, 1993).
Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur. Program dapat dihasilkan melalui proses perencanaan program yang diorganisasikan secara sadar dan terus menerus, untuk memilih kriteria yang terbaik dalam mencapai tujuan. Rencana kerja adalah pernyataan tertulis yang memuat secara lengkap tentang apa, mengapa, bagiamana, siapa, bilamana, dimana, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. (Mardikanto dan Sutarni, 1990). Efektifitas suatu program penyuluhan pertanian harus memenuhi beberapa persyaratan, persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Peyuluhan pertanian haruslah diberikan di tempat petani berada.
b.      Materi penyuluhan bersifat khusus sesuai dengan perhatian dan kebutuhan petani, contohnya adalah bagaimana menaikkan produksi, bagaimana memperbesar selisih antara biaya dan penerimaan, bagaimana meningkatkan taraf hidup keluarganya dan sebagainya.
c.       Mempertimbangkan kenyataan bahwa petani adalah orang dewasa, sehingga penyuluhan pertanian harus menggunakan metode yang khusus untuk orang dewasa.
d.      Setiap teknologi baru yang disampaikan haruslah memungkinkan secara teknis untuk dilakukan didalam usaha taninya dan secara ekonomi layak untuk diterapkan serta secara sosial dapat diterima oleh masyarakat setempat (Sinar Tani, 2001).
Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Pertanian adalah upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan untuk pengembangan selanjutnya. Tujuan evaluasi pertanian adalah untuk menentukan arah penyempuranaan kegiatan penyuluhan, memberikan gambaran kemajuan pencapaian tujuan, perbaikan program dan rencana kerja, mengukur efektifitas metode penyuluhan yang digunakan. Bagian-bagian program dan rencana kerja yang dapat dievaluasi yaitu :
a.       Penetapan Program yang meliputi pengumpulan data situasi, perumusan kebutuhan, perumusan masalah, perumusan tujuan, penetapan prioritas alternatif pencapaian tujuan dan partisipasi petani/kontak tani.
b.      Pelaksanaan Program yaitu meliputi metode dan proses belajar-mengajar, proses pembinaan sasaran, informasi dan rekomendasi yang diberikan penyuluh, proses dan kualitas pelaporan serta respon dan partisipasi sasaran penyuluhan.
c.       Hasil Program yang meliputi kualitas perubahan perilaku yang diharapkan, yakni: pengetahuan, keterampilan, sikap, penerapan inovasi, dan peningkatan kesejahteraan petani. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data evaluasi adalah wawancara langsung menggunakan kuesioner terstruktur untuk data kuantitatif dan atau menggunakan kuesioner terbuka untuk data kualitatif, angket (diisi oleh petani sendiri), observasi (pengamatan langsung) untuk mengukur pembentukan kebiasaan atau keterampilan (Ban dan Hawkins, 1999).
Evaluasi dan penelitian merupakan tindakan yang dilakukan untuk menentukan apakah program telah mencapai sasarannya, dan apakah sasaran tersebut dapat dicapai lebih efektif dengan menggunakan cara lain. Hal ini memungkinkan semua yang terlibat dalam program penyuluhan dapat berjalan lebih efektif dari pengalaman dengan melakukan pengamatan yang sistematis serta analisis terhadap pengalamannya (Ban dan Hawkins, 1999). Sesungguhnya yang menjadi titik berat dalam kegiatan evaluasi adalah mengetahui apakah jenis kegiatan penyuluhan telah memberi perubahan baru yang positif pada pengelolaan usaha tani atau tidak perubahan yang positif dalam pengelolaan usaha tani meliputi perubahan yang mengarah ke arah perbaikan cara bercocok tanam, cara pemungutan hasil, termasuk perubahan sarana pertanian yang telah atau sedang dipakai oleh petani (Kartasapoetra, 1994). Menurt Stephen Isaac dan William B. Michael seperti yang dikutip oleh Lababa (2008), model-model evaluasi dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu :
1.      Goal Oriented Evaluation
Dalam model ini, seorang evaluator secara terus-menerus melakukan pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian yang terus-menerus ini menilai kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta program serta efektifitas temuan-temuan yang dicapai oleh sebuah program. Salah satu model yang bisa mewakili model ini adalah discrepancy model yang dikembangkan oleh Provus. Model ini melihat lebih jauh tentang ada kesenjangan ( Discrepancy) yang ada dalam setiap komponen yakni apa yang seharusnya dan apa yang secara riil telah dicapai.
2.      Decision Oriented Evaluationram.
Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan program. Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu contoh model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu model yang paling sering dipakai oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process dan Product.
3.      Transactional Evaluation
Dalam model ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah program dan pandangan tentang nilai dari orang-orang yang terlibat dalam program tersebut.
4.      Evaluation Research
Sebagaimana disebutkan diatas, penelitian evaluasi memfokuskan kegiatannya pada penjelasan dampak-dampak pendidikan serta mencari solusi-solusi terkait engan strategi instruksional.


5.      Goal Free Evaluation
Model yang dikembangkan oleh Micheal Scriven ini yakni Goal Free Evaluation Model justru tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana model Goal Oriented Evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program, dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi salama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negatif.
6.      Adversary Evaluation
Model ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hukum. Dalam prakteknya, model adversary terdiri atas empat tahapan yaitu :
a.       Mengungkapkan rentangan isu yang luas dengan cara melakukan survey berbagai kelompok yang terlibat dalam satu program untuk menentukan kepercayaan itu sebagai isu yang relevan.   
b.      Mengurangi jumlah isu yang dapat diukur
c.       Membentuk dua tim evaluasi yang berlawanan dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berargumen.
d.      Melakukan sebuah dengar pendapat yang formal. Tim evaluasi ini kemudian mengemukakan argumen-argumen dan bukti sebelum mengambil keputusan.
Salah satu contoh Model Evaluasi Decision Oriented Evaluation adalah Model CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Model ini melihat kepada empat dimensi yaitu Dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses, dan dimensi Produk. Keuniakan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan, proses dan produk.
Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan. Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu kesenjangan (discrepancy view) kondisi nyata (reality) dengan kondisi yang diharapkan (ideality). Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan on going. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang. Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan sumber-sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program yang efektif dan efisien.
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktek implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalah prosedur baik tata laksana kejadian dan aktivitas. Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian penting karena berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan tidak lanjut penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program ketika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan.
Tujuan utama evaluasi proses seperti yang dikemukakan oleh Worthen dan Sanders, yaitu :
1.      Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahanka    
2.      Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan
3.      Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi dilaksanakan Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan judgement outcomes dalam hubungannya dengan konteks, input, proses kemudian diinterpretasikan harga dan jasa yang diberikan. Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan dan aktualisasi. Aktivitas evaluasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Pengukuran dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai standar kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi kegiatan penetapan tujuan operasional program, kriteria-kriteria pengukuran yang telah dicapai, membandingkannya antara kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan, dan menyusun penafsiran secara rasional.
4.      Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan dalam rancangan dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai berupa skor tes, presentase, data observasi, diagram data, sosiometri dll, yang dapat ditelesuri kaitannya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu. Keputusan-keputusan yang diambil dari penilaian-penilaian implementasi pada setiap tahapan evaluasi program diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu rendah, moderat dan tinggi. Model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan.



Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu:
a.       Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu membantu merencanakan pilihan                keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai dan merumuskan tujuan program.              
b.  Evaluasi masukan (input) untuk keputusan strukturiasi yaitu menolong mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud.              
c.       Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan.
d.      Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan.   (Isaac and Michael, 1981).




BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN

Tujuan dari penyuluhan pertanian adalah melakukan perubahan pada petani dan keluarganya yaitu perubahan sikap serta prilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial ekonomi diantaranya berusaha tani yang lebih baik (better farming), usaha tani yang lebih menguntungkan (better business), kehidupan keluarga yang lebih layak (better living), masyarakat tani yang lebih sejahtera (better community) dan lingkungan yang lebih mendukung (better environment). Program penyuluhan pertanian dibuat dan disusun berdasarkan kepentingan petani, karena petani memiliki gambaran mengenai program yang mereka inginkan disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi mereka (sistem bottom up). Program penyuluhan pertanian juga dibuat dengan melihat potensi desa ada. Petani tergabung dalam kelompok tani yang merupakan suatu kelembagaan yang dibentuk berdasarkan kepentingan dan kesepakatan bersama guna mencapai tujuan bersama. Penyuluh dalam menjalankan tugasnya haruslah memiliki acuan yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugasnya di lapangan. Acuan yang menjadi pedoman ini disusun secara sistematis dan memiliki tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang yang akan dicapai setiap pelaksanaan tugasnya. Acuan sistematis yang dijadikan pedoman inilah yang selanjutnya disebut dengan program penyuluhan pertanian. Dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh petani maupun PPL sendiri sehingga diperlukan upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani maupun PPL tersebut. Untuk melihat apakah sebuah program yang telah disusun tersebut masih efektif dilakukan dan sesuai dengan kondisi daerah, maka diperlukan kegiatan evaluasi dampak terhadap suatu program tersebut.
Evaluasi ini sangat diperlukan untuk menilai apakah program tersebut perlu penambahan, sehingga program yang disusun selanjutnya benar-benar efektif dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan baik. Evaluasi juga diperlukan untuk menentukan apakah program penyuluhan pertanian berhasil atau tidak berhasil dalam pelaksanaannya.








BAB IV
HASIL PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN

A.    Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Ketrampilan
No
Topik Kegiatan
Pengetahuan
Sikap
Ketrampilan
R
S
T
R
S
T
R
S
T
1.
Sistem tanam jajar legowo

v


v


v

2.
Budidaya padi hibrida

v


v


v

3.
Penggunaan pestisida organik


v

v



v
4.
Penerapan PHT dalam budidaya cabe

v


v


v

5
Penggunaan pupuk organik / Bokashi


v

v



v
6
Pengolahan hasil pertanian oleh KWT

v


v


v

7
Pengendalian hama wangwung pada tanaman kelapa

v


v


v

8.
Penanaman empon-empon di lahan pekarangan


v

v



v
9
Penanaman rumput jenis unggul


v

v



v
10
Pembuatan fermentasi jerami


v


v


v

11
Pembuatan Urea Molases Block (UMB)

v

v


v


12
Pembuatan kandang panggung untuk ternak kambing


v

v


v

13
Kolam ikan pekarangan

v

v


v


14
Pembuatan AD/ART Poktan/Gapoktan

v


v

v


15
Pembuatan lumbung desa
v


v


v


Jumlah
1
9
5
3
12
-
4
7
4


B.     Efektifitas Alat Bantu dan Metode Penyuluhan Pertanian
No
Topik Kegiatan
Alat Bantu
Metode Penyuluhan
R
S
T
R
S
T
1.
Sistem tanam jajar legowo


v


v
2.
Budidaya padi hibrida

v



v
3.
Penggunaan pestisida organik


v

v

4.
Penerapan PHT dalam budidaya cabe

v


v

5
Penggunaan pupuk organik / Bokashi


v


v
6
Pengolahan hasil pertanian oleh KWT

v


v

7
Pengendalian hama wangwung pada tanaman kelapa

v


v

8.
Penanaman empon-empon di lahan pekarangan

v


v

9
Penanaman rumput jenis unggul


v


v
10
Pembuatan fermentasi jerami


v


v
11
Pembuatan Urea Molases Block (UMB)

v



v
12
Pembuatan kandang panggung untuk ternak kambing

v


v

13
Kolam ikan pekarangan

v


v

14
Pembuatan AD/ART Poktan/Gapoktan


v


v
15
Pembuatan lumbung desa
v


v


Jumlah
1
8
6
1
7
7

Keterangan  :
R =Rendah   S = Sedang    T = Tinggi


.Ketepatan Materi Penyuluhan Pertanian
No
Topik Kegiatan
Materi Penyuluhan
R
S
T
1
Sistem tanam jajar legowo


v
2
Budidaya padi hibrida

v

3
Penggunaan pestisida organik


v
4
Penerapan PHT dalam budidaya cabe

v

5
Penggunaan pupuk organik / Bokashi


v
6
Pengolahan hasil pertanian oleh KWT

v

7
Pengendalian hama wangwung pada tanaman kelapa

v

8
Penanaman empon-empon di lahan pekarangan

v

9
Penanaman rumput jenis unggul


v
10
Pembuatan fermentasi jerami


v
11
Pembuatan Urea Molases Block (UMB)

v

12
Pembuatan kandang panggung untuk ternak kambing

v

13
Kolam ikan pekarangan

v

14
Pembuatan AD/ART Poktan/Gapoktan

v

15
Pembuatan lumbung desa

v

Jumlah
-
10
5

Keterangan.    
R = Rendah             S = Sedang       T = Tinggi.










D.Penyelenggaraan Penyuluhan

No.

Topik Kegiatan

Metode
Penyelenggaraan
(kali/unit)
Penca
paian
(%)
Rencana 
Realisasi
1.
Sistem tanam jajar legowo pada tanaman padi
PTT

16 unit
  16  unit
100
2.
Budidaya padi hibrida
PTT
 5  unit
   5  unit
100
3.
Penggunaan pestisida organik
Ceramah, diskusi
Demcara
 6  unit
  6  unit
100
4.
Penerapan PHT dalam budidaya cabe
Demplot
PHT
 3  unit
 3 unit
100
5
Penggunaan pupuk organik / Bokashi
Dem cara
28  unit
16  unit
88,89
6
Pengolahan hasil pertanian oleh KWT
Ceramah, diskusi
Demcara
4   unit
2  unit
50
7
Pengendalian hama wangwung pada tanaman kelapa
Ceramah, diskusi
3 unit
2  unit
66,67
8.
Penanaman empon-empon di lahan pekarangan
Ceramah, diskusi
Demplot
2 unit
2  unit
100
9
Penanaman rumput jenis unggul
Demplot
Gerakan tan am rumput
8 unit
6 unit
75
10
Pembuatan fermentasi jerami
Diskusi, ceramah
Demcara
5 unit
5 un it
100
11
Pembuatan Urea Molases Block (UMB)
Ceramah, diskusi, Demcara
2 unit
2 unit
100
12
Pembuatan kandang panggung untuk ternak kambing
Ceramah, diskusi; Demplot
2 unit
2 unit
100
13
Kolam ikan pekarangan
Dem plot
5 unit
3 unit
60
14
Pembuatan AD/ART Poktan/Gapoktan
Ceramah, Kunjungan, Pelatihan
26 unit
20 unit
76,92
15
Pembuatan lumbung desa
Demplot
2 unit
1 unit
50













BAB V
PENYAMPAIAN TEKNOLOGI PENYULUHAN DILUAR PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN

No
Judul Materi
Bentuk Materi
Metode
Volume        (kali)
1.
Pengendalian hama tikus
Liptan/CD
Kunjungan
17
2.
Panen dan pasca panen padi
Liptan
Kunjungan
14
3.
Pengeloaan pesemaian
Liptan
Kunjungan
17
4
Tanam sistem Legowo
Liptan
Kunjungan
17
5
Pemupukan N Berdasarkan Bagan warna daun
Liptan
Kunjungan
16
6
Penendalian OPT Ssesuai prinsip PHT
Liptan
Kunjungan
17
7
Sistem Pengairan Berselang
brosur
Kunjungan
17
8.
Persyaratan teknis kandang Kambing/Domba
Liptan
Kunjungan
4
9.
Pemupukan Spesifik Lokasi
modul
Kunjungan
14
10
Pengendalian Hama dengan musuh alami
Liptan
Kunjungan
15
11
Medayagunakan musuh alami
Liptan
Kunjungan
17
12
Antisifikasi Iklim ektrim
Liptan
Kunjungan
17
13
Pendugaan Populasi hama
Liptan
Kunjungan
17
14
Kemitraan dalam penjualan gabah
Liputan
Kunjungan
5
15
Pembuatan pupuk organik
Liptan
Kunjungan
17
16
Penggunaan disinfektan
Liptan
Kunjungan
17
17
Penyusunan Rencana Keja Kelompoktani/Gapoktan
modul
Kunjungan
21
18
Penumbuhan LKMA
modul
Kunjungan
21
19
Pembukuan Keuangan dan non Keuangan Gapoktan
modul
Kunjungan
21


BAB VI
PEMBAHASAN
A.    Dampak Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Ketrampilan
1.      Pengetahuan
Perubahan pengetahuan petani secara umum dari 15 kegiatan masuk katagori sedang sebanyak 9  kegiatan atau 60 %
2.      Sikap
Perubahan sikap petani secara umum dari 15 kegiatan masuk katagori sedang sebanyak 12  kegiatan atau 80 %
3.      Ketrampilan
Perubahan Ketrampilan petani secara umum dari 33 kegiatan masuk katagori sedang sebanyak 7  Kegiatan atau 46,66 %
B.     Dampak Efektifitas Alat bantu dan Metode Penyuluhan Pertanian
1.      Efektifitas Alat Bantu.
Efektifitas alat bantu penyuluhan pertanian secara umum dari 15  kegiatan termasuk dalam katagori sedang sebanyak 8 kegiatan atau 53 %. Dan masuk katagori tinggi sebanyak 6 kegiatan atau 40 % Alat bantu berupa Buku Budidaya ( pertanian dan peternakan), Liflet, Liptan, Brosur, BWD, PUTS dan lain-lain.
2.      Efektifitas Penyuluhan
Efektifias metode penyuluhan pertanian secara umum dari 15 kegiatan termasuk katagori sedang sebanyak7 kegiatan atau 46,66 %.dan masuk katagori tinggi sebanyak 7 kegiatan atau 46,66 %Metode penyuluhan yang paling banyak digunakan berupa kunjungan, tatap muka kepada petani dan tatap muka kepada kelompoktani

C.    Dampak Ketepatan Materi Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan bentuk dan sifat materi disesuaikan dengan topik kegiatan. Secara umum dari 15 kegiatan masuk katagori sedang sebanyak 10 kegiatan atau 66,66 %. Bentuk materi penyuluhan yang terbanyak berupa lembar informasi Pertanian.  Komposisi judul penyuluhan pertanian antara sub sektor pertanian tanaman pangan,sub sektar tanaman Hortikultura, Sub sektor Peternakan dan sub sektor Perikanan.
D.    Dampak penyelenggaraan Penyuluhan  Pertanian
Berdasarkan aspek penyelenggaraan penyuluhan pertanian berjumlah 115 kali tercapai 91 kali atau 79,13 % . Adapun jika diperinci berdasarkan metode penyuluhan diperoleh data sebagai berikut :
1.      Kunjungan                              : 115 kali
2.      Demplot                                  : 22 unit
3.      Demcara                                  : 46 Kali
4.      Sekolah lapang                        :  21 unit
5.      Pelatihan                                 :       Orang
6.      Temu Karya /usaha                 :









BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Setelah dikaji berdasarkan kreteria evaluasi hasil kegiatan penyuluhan pertanian diwilayah Bapeluh Kabupaten Blora dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.      Pelaksanaan penyuluhan pertanian berdasarkan Programa penyuluhan Pertanian tahun 2010 dapat dijalankan dengan baik
2.      Dengan memperhatikan penyelenggaraan penyuluhan pertanian dengan    5 metode penyuluhan yang bisa dilaksanakan dan 1  metode penyuluhan pertanian belum bisa dilaksanakan .
3.      Ada kegiatan yang tidak direncanakan dalam programa penyuluhan pertanian tapi dapat dilaksanakan dengan baik
4.      Dukungan aparat Pemerintahan Desa belum kuat,terutama masalah dana atau biaya.

B.     Saran
Dengan memperhatikan aspek penyelenggaraan penyuluhan pertanian terlihat sebagian besar metode penyuluhan pertanian belum dengan efektif, dan efisien. Untuk itu diperlukan :
  1. Pelatihan atau kursus bagi pemuda tani dengan topik dan kegunaan relevan sesuai sesuai kebutuhan.
  2. Metode  Temu Usaha ,Temu Karya ,Sekolah lapang, Kursus tani harus dikembangkan dan didukung dana /anggaran dari APBN maupun APBD
  3. Metode Demplot, Demfarm, Demcara Area, Demcara harus makin dikembangkan dan didukung anggaran APBN maupun APBD
  4. Fasilitas dari Stake Holdel ( Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Perikanan) untuk program yang berhubungan dengan kemitraan(perusahaan dan perbankan).