Kamis, 25 Oktober 2018

PENGAIRAN PADI ORGANIK

PENGAIRAN PADI ORGANIK

Disusun Oleh : Abdul Rohman, SP



























BALAI PENYULUHAN PERTANIAN KECAMATAN SUKOLILO

DINAS PERTANIAN KABUPATEN PATI
TAHUN 2018














PENGAIRAN PADI ORGANIK

I.         DEFINISI
Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan dan saluran-saluran untuk ke sawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi, setelah air itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya.


II.      TUJUAN
Setelah berlatih peserta terampilmengatur pengairan pada petakan budidaya padi pada setiap fase.

III.   MANFAAT
Mendapatkan hasil produksi beras yang sehat dan ramah lingkungan

IV.   METODE
Ceramah, diskusi, praktek
V.      ALAT DAN BAHAN
1.    HP
2.    Benih padi
3.    Baskom
4.    Telur
5.    Garam
6.    Air

VI.   TEMPAT
Lahan sawa

VII.LANGKAH KERJA

No
Tahapan
Uraian Kegiatan
Alat Bantu
1
Memasang pralon berlubang di petakan sawah
·       Pilih lokasi pemasangan pralon: tidak boleh terlalu dekat dengan pematang dan tidak boleh terlalu dekan dengan saluran air.
·       Pasanglah paralon berlubang sesuai gambar alat bantu
·       Benamkan secara vertical 9 (ditandai dengan permukaan pralon rata air-menggunakan water pass) pralon sampai kedalaman 20 cm dari permukaan tanah.
·       Keluarkan lumpur dari dalam pralon sampai kedasar bawah pralon.

DSCN0752a

DSC06762

2
Mengamati tinggi air dalam pralon
·       Lakukan pengukuran setiap pagi
·       Ukur tinggi air di dalam pralon
·       Ukur dari bibir atas pralon
field tube1 copy
3
Mengairi sawah
·       Airi sawah setinggi 2-5 cm
·       Airi kembali sawah jika tinggi air sawah susut sampai 15 cm dari permukaan tanah.
·       Penggenagan awal dapat dilakukan 7 hari setelah tanam.
·       Genangi sawah 7 hari sebelum sampai 7 hari setelah pembungaan setinggi 5 cm untuk menghindari stress (umur 60-75 HST).
·       Setelah fase pembuangaan genangi lahan sampai air permukaan tanah turun 15 cm dibawah permukaan lalu airi lagi,
·       Lakukan sampai 10 hari
·       Jangan airi sawah menjelang panen sawah



4
Mencatat pola pemberian air
·        Setiap kali dilakukan pemberian air, petani harus mencatatnya (yaitu pada usia berapa saja air diberikan) dan secara keseluruhan satu musim, pemberian air dicatat berapa kali. Informasi ini berguna untuk pola pemberian air musim tanam berikutnya.




VIII.       INFORMASI POKOK
Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan dan saluran-saluran untuk ke sawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi, setelah air itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Atau dapat juga Pengairan mengandung arti memanfaatkan dan menambah sumber air dalam tingkat tersedia bagi kehidupan tanaman. Apabila air terdapat berlebihan dalam tanah maka perlu dilakukan pembuangan (drainase), agar tidak mengganggu kehidupan tanaman.
Pengairan pada tanaman dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: (1) Pengairan di atas tanah; (2) Pengairan di dalam tanah (sub irrigation); (3) Pengairan dengan penyemprotan (sprinkler irrigation); dan (4) Pengairan tetes (drip irrigation). Untuk tanaman padi teknik pengairan yang digunakan adalah pengairan di atas tanah.
Pemberian air pada padi sawah dalam jaringan irigasi, terdapat 3 sistem, yaitu : sistem irigasi terus menerus, sistem irigasi rotasi, dan sistem irigasi berselang. Kebanyakan jaringan irigasi yang ada di Indonesia, menerapkan sistem irigasi terus menerus (continous flow).
Sistem irigasi terus menerus (continuous flow) dilakukan dengan memberikan air kepada tanaman dan dibiarkan tergenang mulai beberapa hari setelah tanam hingga beberapa hari menjelang panen. Penggunaan sistem ini, dengan mempertimbangkan : penerimaan respon yang baik pada waktu pemupukan, menekan pertumbuhan gulma, dan menghemat tenaga untuk pengolahan tanah. Kebanyakan petani di Indonesia menerapkan sistem pengairan ini. Selain tidak efisien, cara ini juga berpotensi mengurangi (1) efisiensi serapan hara nitrogen, (2) meningkatkan emisi gas metan ke atmosfer, (3) dan menaikkan rembesan yang menyebabkan makin banyak air irigasi yang dibutuhkan.
Irigasi bergilir (rotational irrigation) merupakan teknik irigasi dimana pemberian air dilakukan pada suatu luasan tertentu untuk periode tertentu, sehingga areal tersebut menyimpan air yang dapat digunakan hingga periode irigasi berikutnya dilakukan.
Pengairan berselang(intermittent irrigation) adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian. Kondisi seperti itu ditujukan antara lain untuk :
·        Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas
·       Memberi kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih dalam
·       Mengurangi timbulnya keracunan besi
·       Mengurangi penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan akar
·        Mengaktifkan jasad renik mikroba yang menghambat
·       Mengurangi kerebahan
·       Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah)
·       Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
·       Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)
·       Memudahkanpengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus
Cara pengelolaan airpada sistem pengairan berselang adalah Lakukan teknik pergiliran pengairan dalam satu musim tanam. Bibit ditanam pada kondisi tanah jenuh air dan petakan sawah dialiri lagi setelah 3-4 hari. Pengelolaan air selanjutnya diatur sebagai berikut :
1.    Lakukan pergiliran air selang 3 hari. Tinggi genangan pada hari pertama lahan diairi sekitar 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air. Lahan sawah diairi lagi pada hari ke 4. Cara pengairan ini berlangsung sampai fase anakan maksimal. 
2.    Mulai dari fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi terus 
3.      Sekitar 10-15 hari sebelum tanaman dipanen, petakan sawah dikeringkan 
4.    Lakukan pengairan berdasar ketersediaan air. Perhatikan ketersediaan air selama musim tanam. Apabila sumber air tidak cukup menjamin selama satu musim, maka lakukan pengairan bergilir dengan periode lebih lama sampai selang 5 hari.
5.    Lakukan pengairan dengan mempertimbangkan sifat fisik tanah. Pada tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek.
Dari ketiga sistem di atas, sistem irigasi berselang merupakan sistem yang dapat diandalkan. Irigasi berselang dapat meningkat hasil padi sebesar 7%, dibanding hasil pada lahan yang digenangi terus menerus, sementara hasil padi dengan irigasi bergilir meningkat 2%. Kebutuhan air irigasi untuk sistem penggenangan terus-menerus mencapai 725 mm, sedangkan untuk irigasi bergilir dan berselang masing-masing 659 mm dan 563 mm.
Produktifitas lahan pada irigasi berselang lebih tinggi 6,73 % dibandingkan penggenangan, dan dengan sistem tersebut penggunaan air irigasi dapat dihemat hingga 21 % lebih tinggi dari sistem penggenangan. Efisiensi irigasi dengan sistem irigasi berselang mencapai 77%, lebih tinggi dibanding pada sistem penggenangan terus menerus (52%) dan sistem irigasi bergilir (68%).
Pengaturan pengairan padi juga dilakukan pada saat persemaian. Pengairan pada saat persemaian padi dapat dilakukan secara basah ataupun kering. Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai berikut : 
·       Bedengan digenangi air selama 24 jam  
·       Setelah genangan itu berlangsung  selama 24 jam, kemudian air  dikurangi hingga keadakan macak-macak (nyemek-nyemek), kemudian benih mulai bisa disebar. Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi macak-macak ini dimaksudkan agar benih  yang disebar dapat merata dan mudah melekat ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah, benih tidak busuk akibat genangan air, memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga proses perkecambahan lebih cepat, benih mendapat sinar matahari secara langsung.
Sedangkan pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara mengalirkan air keselokan yang berada diantara bedengan, agar terjadi perembesan sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal ini sering kali ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman  pengganggu / rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air  dan kedalamannya merupakan faktor yang memperngaruhi perkembangan semai, terutama pada pesemaian yang dilakukan secara basah.  
Agar benih dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus diatur sesuai dengan keadaan, misalnya : bila akan terjadi hujan maka bedengan perlu digenangi air, agar benih tidak hanyut. Penggenangan air dilakukan lagi pada saat menjelang pemindahan bibit dari pesemaian kelahan pertanaman, untuk memudahkan pencabutan. 
Ketersediaan air irigasi untuk budidaya padi sawah makin terbatas karena :
·       Bertambahnya penggunaan air untuk sektor industri dan rumah tangga
·       Durasi curah hujan makin pendek akibat perubahan iklim
·       Cadangan sumber air lokal juga berkurang dan,
·       Terjadinya pendangkalan waduk.

Irigasi akan mempengaruhi sifat-sifat fisik tanah, dan perkembangan rumput-rumput liar, maka teknik harus disesuaikan dengan tuntutan irigasi, hendaklah dipilih jenis-jenis tanaman yang paling cocok dengan adanya irigasi itu. Sebab tujuan dari irigasi adalah untuk membuat unsur hara mudah diserap tanaman padi itu.
Area persawahan yang memperoleh irigasi dari irigasi setengah teknis, sama halnya dengan pengairan teknis, namun dalam hal ini PU hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan tidak dikuasai oleh PU. Ciri-ciri irigasi setengah teknis, air dapat diatur seluruh sistem, tetapi yang dapat diukur hanya sebagian (primer/sekunder). Sebagian dari bangunan irigasi masih belum permanen (sekunder/tersier),sedangkan bangunan primer sudah permanen.
Bangunan bendungan irigasi dan saluran primer pada umumnya sudah permanen dan dibangun oleh pemerintah melalui Dinas Pekerjaan Umum dari Pusat atau daerah setempat. Sedangkan saluran sekunder dan tersier umumnya belum permanen dan yang membangun serta memlihara adalah pemerintah daerah atau masyarakat/petani setempat.
Dalam pemeliharaan saluran sekunder dan tertier pada irigasi setengah teknis tentunya peran serta dan partisipasi masyarakat/petani setempat sangat dibutuhkan baik dari segi tenaga maupun iuran pembiayaan pemeliharaan saluran tersebut. Karena jika tidak dipelihara dengan baik saluran sekunder dan tertier maka air yang ada sebagian akan terbuang akibat perembesan air di saluran yang rusak.
Pemberian air dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada minggu pertama diairi setinggi 2,5 cm dari permukaan tanah, pada minggu kedua sampai dengan minggu kedelapan air ditambah hingga 5 cm dari permukaan tanah. pada awal minggu kesembilan sampai dengan dua minggu sebelum panen tinggi air berkisar 7,5 cm dari permukaan tanah. Dua minggu sebelum panen air dikeringkan sama sekali.



DAFTAR PUSTAKA

1. Erman Mawardi, DRS, Dipl, AIT, Prof. 2007. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi, Alfabeta, Bandung
2. Hasan Basri Jumin, MSc, Dr, Prof. 2005. Dasar Dasar Agronomi, Rajagrafindo Persada, Jakarta, Indonesia.

3. Sarwono Hardjowigeno, Ir. MSc, Dr, Prof dan Luthfi Rayes, Ir, MSc, Dr. Tanah Sawah : Karakteristik, Kondisi, dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang, Indonesia.

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI PADI





TUJUAN PEMBELAJARAN



A.    TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah Mengikuti Latihan / Training Peserta Mampu Menjelaskan Tentang Strategi Peningkatan Produksi Tanaman Tanaman Padi.


B.     TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah Mengikuti Latihan / Trainin G Peserta Dapat Menjelaskan Tentang :
1.      Peningkatan Produktivitas
2.      Perluasan Areal Tanam
3.      Pengamanan Produksi
4.      Penguatan Kelembagaan Dan Manajemen




STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI PADI



1. Peningkatan Produktivitas
Peningkatan produktivitas dilakukan melalui peningkatan penggunaan benih varietas unggul bermutu produktivitas tinggi termasuk benih padi hibrida, peningkatan jumlah populasi tanaman dengan sistem tanam jajar legowo, pemupukan sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta berimbang dengan pemakaian pupuk organik serta pupuk biohayati, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya lainnya disertai dengan peningkatan pengawalan, pendampingan, pemantauan dan koordinasi. Strategi ini terutama dilaksanakan di wilayah dimana perluasan areal sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi diharapkan masih dapat ditingkatkan produktivitasnya.

2. Perluasan Areal Tanam
Perluasan areal dilakukan melalui upaya optimalisasi lahan (peningkatan indeks pertanaman) melalui upaya perbaikan jaringan irigasi seperti JITUT, JIDES, dan Tata Air Mikro, pompanisasi dan pemanfaatan lahan sawah, disertai konservasi lahan yang berkelanjutan serta penanaman tumpang sari di lahan perkebunan, kehutanan dan lahan terlantar.

3. Pengamanan Produksi
Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi dampak perubahan iklim seperti kebanjiran dan kekeringan, gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), serta pengamanan kualitas produksi dari residu pestisida. Selain itu dilakukan dengan pula peningkatan penggunaan alat dan mesin pertanian dalam rangka mengurangi kehilangan hasil pada saat penanganan panen dan pasca panen yang masih cukup besar.

4.   Penguatan Kelembagaan dan Manajemen
Manajemen yang telah ada dan berjalan saat ini perlu lebih disempurnakan agar pelaksanaan program dapat berjalan sesuai rencana. Penyempurnaan manajemen tersebut berupa dukungan kebijakan dan regulasi, penyempurnaan manajemen teknis serta penyempurnaan data dan informasi.
Dengan kegiatan penyempurnaan diharapkan pelaksanaan peningkatan produksi tanaman pangan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan pada akhirnya dapat mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2015.(SUBBAG PI)
sumber : Pedoman Teknis GP PTT Padi Tahun 2015


Rabu, 24 Oktober 2018

Sederhana dalam Ibadah itu Lebih Baik

عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ دَخَلْتُ أَنَا وَيَحْيَى بْنُ جَعْدَةَ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ مِنْ أَصْحَابِ الرَّسُولِ قَالَ ذَكَرُوا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَوْلاَةً لِبَنِى عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ إِنَّهَا قَامَتِ اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ. قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَكِنِّى أَنَا أَنَامُ وَأُصَلِّى وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ فَمَنِ اقْتَدَى بِى فَهُوَ مِنِّى وَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً ثُمَّ فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى بِدْعَةٍ فَقَدْ ضَلَّ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّةٍ فَقَدِ اهْتَدَى»


Dari Mujahid, ia berkata, aku dan Yahya bin Ja’dah pernah menemui salah seorang Anshar yang merupakan sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, para sahabat Rasul membicarakan bekas budak milik Bani ‘Abdul Muthallib. Ia berkata bahwa ia biasa shalat malam (tanpa tidur) dan biasa berpuasa (setiap hari tanpa ada waktu luang untuk tidak puasa). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Akan tetapi aku tidur dan aku shalat malam. Aku pun puasa, namun ada waktu bagiku untuk tidak berpuasa. Siapa yang mencontohiku, maka ia termasuk golonganku. Siapa yang benci terhadap ajaranku, maka ia bukan termasuk golonganku. Setiap amal itu ada masa semangat dan ada masa malasnya. Siapa yang rasa malasnya malah menjerumuskan pada bid’ah, maka ia sungguh telah sesat. Namun siapa yang rasa malasnya masih di atas ajaran Rasul, maka dialah yang mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad, 5:409. Syaikh Muqbil Al-Wadi’i dalam Shahih Al-
Musnad menyatakan bahwa hadits ini shahih).



عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّهُ تَزَوَّجَ امْرَأَةً مِنْ قُرَيْشٍ فَكَانَ لاَ يَأْتِيهَا كَانَ يَشْغَلُهُ الصَّوْمُ وَالصَّلاَةُ فَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « صُمْ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ ». قَالَ إِنِّى أُطِيقُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ فَمَا زَالَ بِهِ حَتَّى قَالَ لَهُ « صُمْ يَوْماً وَأَفْطِرْ يَوْماً ». وَقَالَ لَهُ « اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِى كُلِّ شَهْرٍ ». قَالَ إِنِّى أُطِيقُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ « اقْرَأْهُ فِى كُلِّ خَمْسَ عَشْرَةَ ». قَالَ إِنِّى أُطِيقُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ « اقْرَأْهُ فِى كُلِّ سَبْعٍ ». حَتَّى قَالَ « اقْرَأْهُ فِى كُلِّ ثَلاَثٍ ». وَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَةً وَلِكُلِّ شِرَةٍ فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ شِرَتُهُ إِلَى سُنَّتِى فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ»


Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia telah menikahi wanita dari Quraisy, namun ia tidaklah mendatanginya (menyetubuhinya) karena sibuk puasa dan shalat (malam). Lalu ia menceritakan hal ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau bersabda, “Berpuasalah setiap bulannya selama tiga hari.” “Aku mampu lebih daripada itu”, jawabnya. Lalu ia terus menjawab yang sama sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan padanya, “Puasalah sehari dan tidak berpuasa sehari.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berkata padanya, “Khatamkanlah Al-Qur’an dalam sebulan sekali.” “Aku mampu lebih daripada itu”, jawabnya. Kalau begitu kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Khatamkanlah Al-Qur’an setiap 15 hari.” “Aku mampu lebih daripada itu”, jawabnya. Kalau begitu kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Khatamkanlah Al-Qur’an setiap 7 hari.” Lalu ia terus menjawab yang sama sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Khatamkanlah setiap 3 hari.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Ingatlah setiap amalan itu ada masa semangatnya. Siapa yang semangatnya dalam koridor ajaranku, maka ia sungguh beruntung. Namun siapa yang sampai futur (malas) hingga keluar dari ajaranku, maka dialah yang binasa.” (HR. Ahmad, 2:188. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, demikian kata Syaikh Syu’aib Al-Arnauth)

CONTOH SOAL TRY OUT UJIKOM JENJANG MADYA

  CONTOH SOAL TRY OUT UJIKOM JENJANG MADYA     1.     Lembaran kertas yang berisi pesan penyuluhan pertanian yang dapat ...