PENGAIRAN PADI
ORGANIK
Disusun Oleh : Abdul Rohman, SP
BALAI PENYULUHAN
PERTANIAN KECAMATAN SUKOLILO
DINAS PERTANIAN
KABUPATEN PATI
TAHUN 2018
PENGAIRAN PADI ORGANIK
I.
DEFINISI
Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha mendatangkan air dengan membuat
bangunan dan saluran-saluran untuk ke sawah-sawah atau ladang-ladang dengan
cara teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi, setelah air itu
dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
II.
TUJUAN
Setelah
berlatih peserta terampilmengatur pengairan pada petakan budidaya padi pada
setiap fase.
III.
MANFAAT
Mendapatkan hasil produksi beras yang sehat dan ramah lingkungan
IV.
METODE
Ceramah, diskusi, praktek
V.
ALAT DAN BAHAN
1. HP
2. Benih padi
3. Baskom
4. Telur
5. Garam
6. Air
VI.
TEMPAT
Lahan sawa
VII.LANGKAH
KERJA
No
|
Tahapan
|
Uraian Kegiatan
|
Alat Bantu
|
1
|
Memasang pralon
berlubang di petakan sawah
|
· Pilih lokasi pemasangan pralon: tidak boleh terlalu dekat dengan
pematang dan tidak boleh terlalu dekan dengan saluran air.
· Pasanglah paralon berlubang sesuai gambar alat bantu
· Benamkan secara vertical
9 (ditandai dengan permukaan pralon rata air-menggunakan water pass) pralon
sampai kedalaman 20 cm dari permukaan tanah.
· Keluarkan lumpur dari
dalam pralon sampai kedasar bawah pralon.
|
|
2
|
Mengamati tinggi
air dalam pralon
|
· Lakukan pengukuran setiap
pagi
· Ukur tinggi air di dalam
pralon
· Ukur dari bibir atas
pralon
|
|
3
|
Mengairi sawah
|
· Airi sawah setinggi 2-5 cm
· Airi kembali sawah jika tinggi air sawah
susut sampai 15 cm dari permukaan tanah.
· Penggenagan awal dapat dilakukan 7 hari setelah tanam.
· Genangi sawah 7 hari
sebelum sampai 7 hari setelah pembungaan setinggi 5 cm untuk menghindari stress (umur 60-75 HST).
· Setelah fase pembuangaan genangi lahan sampai air permukaan tanah turun 15 cm
dibawah permukaan lalu airi lagi,
· Lakukan sampai 10 hari
· Jangan airi sawah menjelang
panen sawah
|
|
4
|
Mencatat pola
pemberian air
|
·
Setiap kali dilakukan pemberian air, petani
harus mencatatnya (yaitu pada usia berapa saja air diberikan) dan secara
keseluruhan satu musim, pemberian air dicatat berapa kali. Informasi ini
berguna untuk pola pemberian air musim tanam berikutnya.
|
VIII.
INFORMASI POKOK
Irigasi atau pengairan
adalah suatu usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan dan saluran-saluran
untuk ke sawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara teratur dan membuang air
yang tidak diperlukan lagi, setelah air itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Atau dapat juga Pengairan mengandung arti memanfaatkan dan menambah sumber air dalam
tingkat tersedia bagi kehidupan tanaman. Apabila air terdapat berlebihan dalam
tanah maka perlu dilakukan pembuangan (drainase), agar tidak mengganggu kehidupan
tanaman.
Pengairan
pada tanaman dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: (1) Pengairan di atas tanah; (2) Pengairan di
dalam tanah (sub irrigation); (3) Pengairan dengan penyemprotan (sprinkler irrigation); dan (4)
Pengairan tetes (drip irrigation). Untuk tanaman padi teknik pengairan yang digunakan adalah pengairan di
atas tanah.
Pemberian air pada padi
sawah dalam jaringan irigasi, terdapat 3 sistem, yaitu : sistem irigasi terus
menerus, sistem irigasi rotasi, dan sistem irigasi berselang. Kebanyakan
jaringan irigasi yang ada di Indonesia, menerapkan sistem irigasi terus menerus
(continous flow).
Sistem irigasi terus
menerus (continuous
flow) dilakukan dengan memberikan air kepada tanaman dan dibiarkan
tergenang mulai beberapa hari setelah tanam hingga beberapa hari menjelang
panen. Penggunaan sistem ini, dengan mempertimbangkan : penerimaan respon yang
baik pada waktu pemupukan, menekan pertumbuhan gulma, dan menghemat tenaga
untuk pengolahan tanah. Kebanyakan petani di Indonesia menerapkan sistem
pengairan ini. Selain tidak efisien, cara ini juga berpotensi mengurangi (1)
efisiensi serapan hara nitrogen, (2) meningkatkan emisi gas metan ke atmosfer,
(3) dan menaikkan rembesan yang menyebabkan makin banyak air irigasi yang
dibutuhkan.
Irigasi bergilir (rotational irrigation)
merupakan teknik irigasi dimana pemberian air dilakukan pada suatu luasan
tertentu untuk periode tertentu, sehingga areal tersebut menyimpan air yang
dapat digunakan hingga periode irigasi berikutnya
dilakukan.
Pengairan berselang(intermittent irrigation) adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara
bergantian. Kondisi seperti itu ditujukan antara lain untuk :
·
Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas
·
Memberi kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara sehingga dapat
berkembang lebih dalam
·
Mengurangi timbulnya keracunan besi
·
Mengurangi penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan
akar
·
Mengaktifkan jasad renik mikroba yang menghambat
·
Mengurangi kerebahan
·
Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan
gabah)
·
Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
·
Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)
·
Memudahkanpengendalian
hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng
coklat dan penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus
Cara pengelolaan airpada sistem pengairan berselang adalah Lakukan teknik pergiliran pengairan
dalam satu musim tanam. Bibit ditanam pada kondisi tanah jenuh air dan petakan
sawah dialiri lagi setelah 3-4 hari. Pengelolaan air selanjutnya diatur sebagai
berikut :
1. Lakukan pergiliran air selang 3
hari. Tinggi genangan pada hari pertama lahan diairi sekitar 3 cm dan selama 2
hari berikutnya tidak ada penambahan air. Lahan sawah diairi lagi pada hari ke
4. Cara pengairan ini berlangsung sampai fase anakan maksimal.
2. Mulai dari fase pembentukan malai
sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi terus
3. Sekitar 10-15 hari sebelum
tanaman dipanen, petakan sawah dikeringkan
4. Lakukan pengairan berdasar
ketersediaan air. Perhatikan ketersediaan air selama musim tanam. Apabila
sumber air tidak cukup menjamin selama satu musim, maka lakukan pengairan
bergilir dengan periode lebih lama sampai selang 5 hari.
5. Lakukan pengairan dengan
mempertimbangkan sifat fisik tanah. Pada tanah berpasir dan cepat menyerap air,
waktu pergiliran pengairan harus diperpendek.
Dari ketiga sistem di
atas, sistem irigasi berselang merupakan sistem yang dapat diandalkan. Irigasi berselang dapat meningkat
hasil padi sebesar 7%, dibanding hasil pada lahan yang digenangi terus menerus,
sementara hasil padi dengan irigasi bergilir meningkat 2%. Kebutuhan air
irigasi untuk sistem penggenangan terus-menerus mencapai 725 mm, sedangkan
untuk irigasi bergilir dan berselang masing-masing 659 mm dan 563 mm.
Produktifitas lahan pada irigasi
berselang lebih tinggi 6,73 % dibandingkan penggenangan, dan dengan sistem
tersebut penggunaan air irigasi dapat dihemat hingga 21 % lebih tinggi dari
sistem penggenangan. Efisiensi irigasi dengan sistem irigasi berselang mencapai
77%, lebih tinggi dibanding pada sistem penggenangan terus menerus (52%) dan
sistem irigasi bergilir (68%).
Pengaturan pengairan
padi juga dilakukan pada saat persemaian. Pengairan pada saat persemaian padi
dapat dilakukan secara basah ataupun kering. Pengairan pada pesemaian basah
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
·
Bedengan digenangi air selama 24 jam
·
Setelah genangan itu berlangsung selama 24 jam, kemudian air
dikurangi hingga keadakan macak-macak (nyemek-nyemek), kemudian benih mulai
bisa disebar. Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi
macak-macak ini dimaksudkan agar benih yang disebar dapat merata dan
mudah melekat ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah, benih tidak
busuk akibat genangan air, memudahkan benih
bernafas / mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga proses perkecambahan
lebih cepat, benih mendapat sinar matahari secara langsung.
Sedangkan pengairan pada
pesemaian kering dilakukan dengan cara mengalirkan air keselokan yang berada
diantara bedengan, agar terjadi perembesan sehingga pertumbuhan tanaman dapat
berlangsung, meskipun dalam hal ini sering kali ditumbuhi oleh tumbuhan
pengganggu atau rumput. Air berperan menghambat atau bahkan menghentikan
pertumbuhan tanaman pengganggu / rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya
air dan kedalamannya merupakan faktor yang memperngaruhi perkembangan
semai, terutama pada pesemaian yang dilakukan secara basah.
Agar benih dalam
bedengan tidak hanyut, maka air harus diatur sesuai dengan keadaan, misalnya :
bila akan terjadi hujan maka bedengan perlu digenangi air, agar benih tidak
hanyut. Penggenangan air dilakukan lagi pada saat menjelang pemindahan bibit
dari pesemaian kelahan pertanaman, untuk memudahkan pencabutan.
Ketersediaan air irigasi
untuk budidaya padi sawah makin terbatas karena :
·
Bertambahnya penggunaan air untuk sektor industri dan rumah tangga
·
Durasi curah hujan makin pendek akibat perubahan iklim
·
Cadangan sumber air lokal juga berkurang dan,
·
Terjadinya pendangkalan waduk.
Irigasi akan
mempengaruhi sifat-sifat fisik tanah, dan perkembangan rumput-rumput liar, maka
teknik harus disesuaikan dengan tuntutan irigasi, hendaklah dipilih jenis-jenis
tanaman yang paling cocok dengan adanya irigasi itu. Sebab tujuan dari irigasi
adalah untuk membuat unsur hara mudah diserap tanaman padi itu.
Area persawahan yang
memperoleh irigasi dari irigasi setengah teknis, sama halnya dengan pengairan
teknis, namun dalam hal ini PU hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat
mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak
diukur dan tidak dikuasai oleh PU. Ciri-ciri irigasi setengah teknis, air dapat
diatur seluruh sistem, tetapi yang dapat diukur hanya sebagian
(primer/sekunder). Sebagian dari bangunan irigasi masih belum permanen
(sekunder/tersier),sedangkan bangunan primer sudah permanen.
Bangunan bendungan
irigasi dan saluran primer pada umumnya sudah permanen dan dibangun oleh
pemerintah melalui Dinas Pekerjaan Umum dari Pusat atau daerah setempat.
Sedangkan saluran sekunder dan tersier umumnya belum permanen dan yang
membangun serta memlihara adalah pemerintah daerah atau masyarakat/petani
setempat.
Dalam pemeliharaan
saluran sekunder dan tertier pada irigasi setengah teknis tentunya peran serta
dan partisipasi masyarakat/petani setempat sangat dibutuhkan baik dari segi
tenaga maupun iuran pembiayaan pemeliharaan saluran tersebut. Karena jika tidak
dipelihara dengan baik saluran sekunder dan tertier maka air yang ada sebagian
akan terbuang akibat perembesan air di saluran yang rusak.
Pemberian air dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada minggu
pertama diairi setinggi 2,5 cm dari permukaan tanah, pada minggu kedua sampai
dengan minggu kedelapan air ditambah hingga 5 cm dari permukaan tanah. pada
awal minggu kesembilan sampai dengan dua minggu sebelum panen tinggi air
berkisar 7,5 cm dari permukaan tanah. Dua minggu sebelum panen air dikeringkan
sama sekali.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Erman
Mawardi, DRS, Dipl, AIT, Prof. 2007. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi,
Alfabeta, Bandung
2. Hasan
Basri Jumin, MSc, Dr, Prof. 2005. Dasar Dasar Agronomi, Rajagrafindo Persada,
Jakarta, Indonesia.
3. Sarwono
Hardjowigeno, Ir. MSc, Dr, Prof dan Luthfi Rayes, Ir, MSc, Dr. Tanah Sawah :
Karakteristik, Kondisi, dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia, Bayumedia
Publishing, Malang, Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar