I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jagung (Zea mays.
L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan.
Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai
bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga
merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di
Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat
konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk
Indonesia. Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun
tingkat produksi belum optimal.
Jagung atau biasa disebut dengan Maize adalah makanan serta
pakan terpenting di belahan bumi bagian barat. Jagung dapat tumbuh di berbagai
kondisi iklim. Sejak zaman prasejarah, jagung telah menjadi makanan pokok
bangsa Meksiko dan Amerika Latin. Dalam perdagang global, kata maize lebih
sering digunakan dari pada jagung. Meksiko merupakan negara tempat jagung
berasal. Meksiko memiliki banyak varietas jagung yaitu sebanyak 65. Tanaman
jagung merupakan tanaman biji-bijian yang jumlah produksi setiap tahunnya
terbesar dibanding tanaman biji-bijian yang lain (Malti et al., 2011).
Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi,
dari dataran rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai
tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan
kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan,
toleran terhadap kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian
subsistem, pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat
besar.
Jagung adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif
terhadap perubahan iklim dan memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat
tumbuh hingga ketinggian 3 meter. Jagung memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti tanaman
biji-bijian lain, tanamn jagung merupakan satu satunya tanaman yang bunga
jantan dan betinanya terpisah (Belfield dan Brown, 2008).
Jagung dapat menghasilkan hasil panen melimpah dengan curah
hujan 300 mm perbulan. Jika kurang dari 300 mm perbulan akan mengakibatkan
kerusakan pada tanaman jagung, namun demikian, faktor dari kelembapan tanah
juga berdampak pada berkurangnya hasil panen (Belfield dan Brown, 2008).
Jagung manis (sweet corn) adalah varietas yang secara
genetis tinggi akan gula dan rendah akan zat tepung dan sering dimakan pada
saat kondisinya belum matang. Beberapa varietas jagung telah dikembangbiakkan
menjadi berbagai macam penambahan fase pada pertumbuhan bunga betina, yang
sekarang kita kenal sebagai baby corn. Zat tepung atau starch dari tanaman
jagung juga dapat dibentuk menjadi plastik, bahan perekat, dan berbagai macam
produk kimia lainnya (Malti et al., 2011).
Jagung merupakan sumber thiamin (vitamin B1) yang sangat
penting bagi kesehatan sel otak dan fungsi kognitif sebab thiamin dibutuhkan
untuk membentuk acetylcholine yang berfungsi memaksimalkan komunikasi antar sel
otak dalam proses berpikir dan konsentrasi jika kadar zat ini menurun maka akan
menyebabkan pikun dan penyakit Alzheimer. Jagung juga mengandung asam
pentotenat (vitamin B5) yang berperan dalam proses metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak untuk diubah menjadi energi.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang tanaman jagung, perlu
adanya pemahaman morfologi, anatomi, dan hal-hal yang berkaitan dengan tanaman
jagung, mulai dari kondisi iklim, lahan tanam, cara penanaman, pertumbuhannya
serta organisme pengganggu tanaman pada tanaman jagung (Zea mays L.).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu apa saja organism
pengganggu utama pada tanaman jagung dan bagaimana serangannya.
C. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis
organisme pengganggu pada tanaman jagung (Zea
mays L.) dan gejala yang ditimbulkannya.
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat digunakan sebagai
bahan rujukan, referensi sekaligus sebagai sumber informasi kepada seluruh
pembaca yang ingin mengetahui beberapa jenis pengganggu pada tanaman jagung (Zea mays L.).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman Jagung
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150
hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh
kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Kingdom:
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan
biji)
Divisi:
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas:
Liliopsida (berkeping satu /
monokotil)
Sub
Kelas: Commelinidae
Ordo:
Poales
Famili:
Poaceae
(suku rumput-rumputan)
Genus:
Zea
Spesies:
Zea mays L. (Rukmana, 1997).
B. Morfologi Tanaman Jagung
1.
Akar
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman
yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah
yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Jagung mempunyai akar serabut dengan
tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau
penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio.
Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan
tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif
adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set
akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas
antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang
menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus
hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot
total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar
nodal. Akar kait atau penyangga adalah
akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah.
Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan
mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air.
Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada
varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan
pemupukan (Nuning Argo Subekti,dkk. 2012).
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar
seminal, koronal, dan akar udara. Akar utama muncul dan berkembang kedalam
tanah saat benih ditanam. Pertumbuhan akar melambat ketika batang mulai muncul
keluar tanah dan kemudian berhenti ketika tanaman jagung telah memiliki 3 daun.
Pertumbuhan akar kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan akar adventif yang
berkembang pada ruas pertama tanaman jagung. Akar adventif yang tidak tumbuh
dari radikula tersebut kemudian melebar dan menebal. Akar adventif kemudian
berperan penting sebagai penegak tanaman dan penyerap unsur hara. Akar adventif
juga ditemukan tumbuh pada bagian ruas ke 2 dan ke 3 batang, namun fungsi
utamanya belum diketahui secara pasti (Belfield dan Brown, 2008).
2.
Batang
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum
dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya
tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun
tidak banyak mengandung lignin. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang,
berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku
ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas
berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen
jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler),
dan pusat batang (pith). Teknik Produksi dan Pengembangan lingkaran konsentris
dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaran menuju perikarp dekat
epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu mendekati pusat batang.
Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi dibawah epidermis menyebabkan batang
tahan rebah. Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak
lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan
sekeliling bundles vaskuler (Paliwal 2000).
Jagung berbentuk ruas. Ruas-ruas berjajat secara vertikal
pada batang jagung. Pada tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin
berkurang. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman
jagung umumnya tidak bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat
daun dan sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh
bernama xilem dan
floem. Floem bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas.
Floem membawa sukrose menuju seluruh bagian tanaman dengan bentuk cairan.
(Belfield dan Brown, 2008).
3.
Daun.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang,
merupakan bangun pita (ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata
(integer), Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar
dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut.
Stomata pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae.
Setiap stomata dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan
penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. (Nuning
Argo Subekti, dkk. 2012).
Anatomi dari daun tanaman jagung adalah berkarakter sama
dengan rerumputan yang hidup didaerah iklim sedang (mesophytic grass). Jaringan
paling luar disebut epidermis yang memiliki kutikula sehingga bersifat kasar.
Bentuk selnya adalah batang. Jaringan epidermis selalu berada di luar. Silika
kristal terdapat pada beberapa tipe daun yang bervarietas berbeda. Silika
kristal bersebelahan dengan jaringan epidermis yang berfungsi sebagai pengikat.
Pada tanaman monokotil seperti jagung, daun tidak memiliki jaringan palisade.
Setiap sistem vaskular, dikelilingi oleh jaringan parenkim yang keras namun
tipis. Sistem vaskular dikelilingi bundle sheath. Jagung adalah tipe tanaman
C4. Tanaman C4 memiliki sel kloroplas yang besar dan tersebar secara kaku.
Kloroplas terletak didaerah mesofil daun yang terletak pada bagian tengah
jaringan daun. (Malti et al., 2011).
4.
Bunga.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah
(diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur
khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret
dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian
puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna
kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh
dari buku, di antara batang dan pelepah daun. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena
bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol,
muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik
tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia
bunga biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary
bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia
ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan (Paliwal
2000).
Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya
rambut atau tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan
stil dan stigma. Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur
bunganya tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate)
dan organ bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut
berumah satu (Sudjana, Rifin dan Sudjadi, 1991).
5.
Buah
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.
Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif
meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa varietas
unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut
sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan
2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). (Nuning Argo Subekti,
dkk. 2012).
Tanaman
jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung
diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas
umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada
bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya
selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp
menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung
terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang
tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air;
(b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang
mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c)
embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar
radikal, scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).
C. Syarat Tumbuh
1. Tanah
Tanah merupakan media tanam tanaman jagung. Akar tanaman
berpengang kuat pada tanah serta mendapatkan air dan unsur hara dari tanah.
Perubahan tubuh tanaman secara kimi, fisik dan biologi akan berpegaruhi fungsi
dan kekuatan akar dalam menopang pertumbuhan serta produktifitas tanaman.
Pemberian pupuk, akan memberikan dan menambah kesuburan tanah sehingga pertumbuhan
dan produktifitas tanaman jagung dapat di penenuhi dengan seimbang ( Purwono,
2005 ).
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun
tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah
antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari
8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan
pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian
optimum antara 50-600 m dpl.
Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan
kering, sawah dan pasang surut asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi.
Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol, Latosol, dan
Grumosol. Tanah bertekstur lempung atau liat berdebu (Latosol) merupakan jenis
tanah yang terbaik untuk pertumbuhan jagung. Tanaman jagung akan tumbuh dengan
baik pada tanah yang subur, gembur dan kaya humus. Pada tanah berpasir, tanaman
jagung manis hibrida bisa tumbuh dengan baik dengan syarat kandungan unsur hara
tersedia dan mencukupi. Pada tanah berat atau sangat berat, misalnya tanah
grumosol, jagung manis hibrida masih dapat tumbuh dengan baik dengan syarat
tata air (drainase) dan tata udara (aerasi) diperhatikan. Adapun tanah yang
paling baik untuk ditanami jagung manis hibrida adalah tanah lempung berdebu,
lempung berpasir atau lempung (Warisno, 1998).
2. Iklim
Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung
yaitu daerah beriklim sedang hingga beriklim subtropik/tropis basah. Jagung
dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 500LU – 400LS. Pada lahan yang
tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar
85-200 mm/bulan selama masa pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman jagung sangat
membutuhkan sinar matahari yang penting dalam masa pertumbuhan. Suhu yang
dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 270- 320 C
(Purwono dan Hartono, 2005).
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata.
Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya
ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar
matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan
hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C.
Tanaman akan tumbuh normal pada curah hujan yang berkisar
250-500 mm pertahun. Curah hujan kurang atau lebih dari angka yang di atas akan
menurunkan produksi. Air banyak dibutuhkan pada waktu perkecambahan dan setelah
berbunga. Tanaman membutuhkan air lebih sedikit pada pertumbuhan vegetatif
dibanding dengan pertumbuhan generatif. Setelah tongkol mulai kuning, air tidak
diperlukan lagi. Idealnya tanaman jagung manis membutuhkan curah hujan 100-125
mm perbulan dengan distribusi merata (Tobing, dkk, 1995).
D. Organisme Pengganggu Tanaman
1. Hama
a.
Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala adalah daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian
yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan
tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab yaitu lalat bibit dengan ciri-ciri
warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut
coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm.
Pengendaliannya yaitu penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman,
tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan, sanitasi kebun, semprot
dengan PESTONA.
b.
Ulat Pemotong
Gejalanya yaitu tanaman terpotong beberapa cm diatas
permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya
tanaman yang masih muda roboh. Penyebabnya yaitu beberapa jenis ulat pemoton
Agrotis ipsilon, Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia
furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalianya
yaitu tanam serentak atau pergiliran tanaman, cari dan bunuh ulat-ulat tersebut,
semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI, (Abror Yudi Prabowo, 2010).
2. Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebabnya yaitu cendawan Peronosclerospora maydis dan P.
javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta
keadaan udara lembab. Gejalanya yaitu umur 2-3 minggu daun runcing, kecil,
kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat
lapisan spora cendawan warna putih; umur 3-5 minggu mengalami gangguan
pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah
bentuk dan isi; pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun
tua. Pengendalian dengan cara penanaman menjelang atau awal musim penghujan,
pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan cabut tanaman
terserang dan musnahkan, preventif diawal tanam dengan GLIO.
b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab yaitu cendawan Helminthosporium turcicum. Gejalanya
pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi
warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal
daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat
kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh
permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian dengan cara pergiliran tanaman,
mengatur kondisi lahan tidak lembab, prenventif diawal dengan GLIO.
c. Penyakit karat (Rust)
Penyebabnya cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora
Underw. Gejala yang ditimbulkan yaitu pada tanaman dewasa, daun tua terdapat
titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk
berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang.
Pengendaliannya mengatur kelembaban, menanam varietas tahan terhadap penyakit,
sanitasi kebun, semprot dengan GLIO.
d. Penyakit gosong bengkak (Corn
smut/boil smut)
Penyebabnya cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae
(Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala yaitu masuknya cendawan
ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan
kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora
tersebar. Pengendalian dengan cara mengatur kelembaban, memotong bagian tanaman
dan dibakar, benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA. e. Penyakit
busuk tongkol dan busuk biji
Penyebabnya cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain
Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme.
Gejala yaitu dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung
berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna
coklat sawo matang. Pengendalian dengan cara menanam jagung varietas tahan,
pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; GLIO di awal tanam.
(Abror Yudi Prabowo, 2010).
3.
Gulma
Gulma biasanya dinamakan “tumbuhan
pengganggu”, tetapi bagi gulma lebih populer disebut rumput-rumputan. Menurut
para ahli, gulma terdiri atas 3 golongan utama yaitu golongan rumput, golongan
teki, golongan tumbuhan berdaun lebar. Gulma yang paling banyak mengganggu
tanaman ialah golongan rumput, golongan berdaun lebar, dan yang paling sedikit
golongan teki. Meskipun begitu, golongan teki ini yang banyak merusak. Golongan
rumput yaitu Echinochloa crus galli (jawan, jajagoan), Echinochloa colonum
(tuton, jajagoan leutik), Panicum repens (suket balungan, jajahean). Golongan
teki yaitu Cyperus difformis (sunduk welut, jukut papayungan), Cyperus iria
(jakeng). Golongan berdaun lebar yaitu Marsilea crenata (semanggen, semanggi),
Salvinia molesta (janji, jukut cai), Sagittaria guayanensi (eceng), Limnocharis
flava (genjer), Monochoria vaginalis (wewehan, eceng lembut). Beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mengendalikan gulma yaitu penyiangan dengan tangan
dengan mencabut gulma, penyiangan dengan landak/alat mekanis/bajak kecil,
mematikan rumput dengan perendaman, pengendalian dengan herbisida/bahan kimia
untuk mengendalikan gulma, pengendalian dengan cara tumpang sari, misalnya
dengan tanaman kacang-kacangan bisa menambah unsur nitrogen.
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
1.
Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan dari bulan September 2012 sampai
selesai setiap hari Senin pada pukul 15.30 – 17.00 WITA. Bertempat di Kebun Percobaan Lahan Kering Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari.
2.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum
ini yaitu parang, pacul, meteran , tali
rapia, patok, ember, kamera dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan yaitu benih
jagung (Zea mays L.),
air dan pupuk NPK.
3.
Metode
Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan praktikum pada tanaman jagung ada beberapa tahap
yaitu:
1.
Persiapan lahan
Dilakukan untuk
menghilangkan gulma-gulma yang ada pada lahan sebelum lahan ditanami kembali dengan
menggunakan alat parang. Setelah itu
dibuat petakan dengan ukuran 4 m x 2 m dengan
menggunakan patok dan tali rapiah agar ukuran petakan rata, dengan jarak
antara bedengan 50 cm. kemudian
dilakukan 2 kali pencangkulan. Pertama dibiarkan bongkahan terangin-angin 5 - 7
hari, setelah itu dilakukan pencangkulan ke 2 sekaligus meratakan,
menggemburkan dan membersihkan tanah dari sisa - sisa akar. Jarak antara waktu
pengolahan tanah dengan waktu penanaman sekitar 3 minggu.
2.
Pemupukan
Sebelum dilakukan penanaman
pemupukan telah dilakukan terlebih dahulu dengan pupuk NPK sebanyak 250 gram
dan ditaburkan pada sore hari setelah lahan selesai diolah.
3.
Penanaman
Pada kegiatan praktikum ini penanaman dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2012. Benih ditanam dengan cara tugal sedalam 2 cm – 3 cm, dengan jarak tanam 40 cm x 80 cm, tiap lubang diisi 2 benih jagung.
Setelah selesai penanaman dilakukan penyiraman.
4.
Pemeliharaan
Jagung mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak semua
biji yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat tidak
seragam. Untuk menjaga agar produksi tetap baik, benih jagung yang tidak tumbuh
sebaiknya segera penyulaman atau diganti dengan biji-biji yang baru. Hal ini
perlu dilakukan apabila jumlah benih yang tidak tumbuh mencapai lebih dari 10
%. Waktu penyulaman yang terbaik adalah sore hari.
Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu.
Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu
setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2
(pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma
yang tumbuh dengan tangan atau kuret.
Pembumbunan digunakan untuk
memperkuat berdirinya tanaman. Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak
terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi
tempat penyakit yang berbahaya.
Jagung menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi
seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam sampai pengisian polong. Sehingga
penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari jika tidak terjadi
hujan.
5.
Variabel Pengamatan
Variabel
pengamatan pada praktikum ini yaitu dengan melihat adanya organisme pengganggu
tanaman pada tanaman jagung yaitu sebagai berikut :
1.
Hama, 2 MST
Pengamatan dilakukan setelah terdapat gejala serangan hama
pada tanaman jagung yaitu 2 Minggu setelah tanam.
2.
Penyakit, 2 MST
Pengamatan dilakukan setelah terdapat gejala penyakit pada
tanaman jagung yaitu 2 Minggu setelah tanam.
3.
Gulma, 3 MST
Pengamatan dilakukan apabila terdapat tumbuhan yang tumbuh
disekitar tanaman jagung yang kehadirannya
tidak diinginkan yaitu 2 minggu setelah tanam.
DAFTAR PUSTAKA
Abror Yudi Prabowo, 2010. Teknis Budidaya. Yogyakarta. http://www.teknisbudidaya.com.
Anonim, 2005, Citrus. http://www.biochemj.org. http://www.syarat-tumbuh-tanaman-jagung.com
Anonim. Budidaya Jagung. http://www.deptan.go.id.
Anonim.
Caisin. http://www.agrisci.ugm.ac.id/vol12_1/8_caisin_endang.pdf.
Anonim.
Teknologi produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan sumberdaya dan tanaman
terpadu. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id.
Belfield,
Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual. Maize (A Guide to
Upland Production in Cambodia). Canberra
Malti,
Ghosh, Kaushik, Ramasamy, Rajkumar, Vidyasagar. 2011. Comparative Anatomy of
Maize and its Application.Intrnational Journal of Bio-resorces and Stress
Management.
Nuning
Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti. 2012, Morfologi Tanaman
dan Fase Pertumbuhan Jagung, Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
Pramono
Bambang R. Jagung. http://www.benss.co.cc.
Putu
Budi Adnyana, Ida Bagus Putu Arnyana, 2000, Morfologi Tumbuhan, Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Singaraja.
Setyamidjaya,
Djoehana. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Persiapan. Kanisius. Yogyakarta.
Tjitrosoepomo,
Gembong, 1985, Morfologi Tumbuhan, 81-82, 126, 236-237, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta
Widyastuti,
Yustina E. dan Adisarwanto T. 2002. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan
Kering, Sawah, dan Pasang Surut. PT. Penebar Swadaya. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar