Rabu, 21 Desember 2022

Budidaya Tanaman Jagung


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal.

Jagung atau biasa disebut dengan Maize adalah makanan serta pakan terpenting di belahan bumi bagian barat. Jagung dapat tumbuh di berbagai kondisi iklim. Sejak zaman prasejarah, jagung telah menjadi makanan pokok bangsa Meksiko dan Amerika Latin. Dalam perdagang global, kata maize lebih sering digunakan dari pada jagung. Meksiko merupakan negara tempat jagung berasal. Meksiko memiliki banyak varietas jagung yaitu sebanyak 65. Tanaman jagung merupakan tanaman biji-bijian yang jumlah produksi setiap tahunnya terbesar dibanding tanaman biji-bijian yang lain (Malti et al., 2011).

Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem, pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar.

Jagung adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap perubahan iklim dan memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat tumbuh hingga ketinggian 3 meter. Jagung memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti tanaman biji-bijian lain, tanamn jagung merupakan satu satunya tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah (Belfield dan Brown, 2008).

Jagung dapat menghasilkan hasil panen melimpah dengan curah hujan 300 mm perbulan. Jika kurang dari 300 mm perbulan akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman jagung, namun demikian, faktor dari kelembapan tanah juga berdampak pada berkurangnya hasil panen (Belfield dan Brown, 2008).

Jagung manis (sweet corn) adalah varietas yang secara genetis tinggi akan gula dan rendah akan zat tepung dan sering dimakan pada saat kondisinya belum matang. Beberapa varietas jagung telah dikembangbiakkan menjadi berbagai macam penambahan fase pada pertumbuhan bunga betina, yang sekarang kita kenal sebagai baby corn. Zat tepung atau starch dari tanaman jagung juga dapat dibentuk menjadi plastik, bahan perekat, dan berbagai macam produk kimia lainnya (Malti et al., 2011).

Jagung merupakan sumber thiamin (vitamin B1) yang sangat penting bagi kesehatan sel otak dan fungsi kognitif sebab thiamin dibutuhkan untuk membentuk acetylcholine yang berfungsi memaksimalkan komunikasi antar sel otak dalam proses berpikir dan konsentrasi jika kadar zat ini menurun maka akan menyebabkan pikun dan penyakit Alzheimer. Jagung juga mengandung asam pentotenat (vitamin B5) yang berperan dalam proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak untuk diubah menjadi energi.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang tanaman jagung, perlu adanya pemahaman morfologi, anatomi, dan hal-hal yang berkaitan dengan tanaman jagung, mulai dari kondisi iklim, lahan tanam, cara penanaman, pertumbuhannya serta organisme pengganggu tanaman pada tanaman jagung (Zea mays L.).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu apa saja organism pengganggu utama pada tanaman jagung dan bagaimana serangannya.

C. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis organisme pengganggu pada tanaman jagung (Zea mays L.) dan gejala yang ditimbulkannya.

Manfaat dari praktikum ini adalah dapat digunakan sebagai bahan rujukan, referensi sekaligus sebagai sumber informasi kepada seluruh pembaca yang ingin mengetahui beberapa jenis pengganggu pada tanaman jagung (Zea mays L.).

 

 

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Tanaman Jagung

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas: Commelinidae

Ordo: Poales

Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)

Genus: Zea

Spesies: Zea mays L. (Rukmana, 1997).

B. Morfologi Tanaman Jagung

1. Akar

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal.  Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air. Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan (Nuning Argo Subekti,dkk. 2012).

Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal, dan akar udara. Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih ditanam. Pertumbuhan akar melambat ketika batang mulai muncul keluar tanah dan kemudian berhenti ketika tanaman jagung telah memiliki 3 daun. Pertumbuhan akar kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan akar adventif yang berkembang pada ruas pertama tanaman jagung. Akar adventif yang tidak tumbuh dari radikula tersebut kemudian melebar dan menebal. Akar adventif kemudian berperan penting sebagai penegak tanaman dan penyerap unsur hara. Akar adventif juga ditemukan tumbuh pada bagian ruas ke 2 dan ke 3 batang, namun fungsi utamanya belum diketahui secara pasti (Belfield dan Brown, 2008).

2. Batang

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).

Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Teknik Produksi dan Pengembangan lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi dibawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler (Paliwal 2000).

Jagung berbentuk ruas. Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada batang jagung. Pada tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin berkurang. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun dan sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh bernama  xilem  dan  floem. Floem bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas. Floem membawa sukrose menuju seluruh bagian tanaman dengan bentuk cairan. (Belfield dan Brown, 2008).

3. Daun.

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, merupakan bangun pita (ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer), Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).

Anatomi dari daun tanaman jagung adalah berkarakter sama dengan rerumputan yang hidup didaerah iklim sedang (mesophytic grass). Jaringan paling luar disebut epidermis yang memiliki kutikula sehingga bersifat kasar. Bentuk selnya adalah batang. Jaringan epidermis selalu berada di luar. Silika kristal terdapat pada beberapa tipe daun yang bervarietas berbeda. Silika kristal bersebelahan dengan jaringan epidermis yang berfungsi sebagai pengikat. Pada tanaman monokotil seperti jagung, daun tidak memiliki jaringan palisade. Setiap sistem vaskular, dikelilingi oleh jaringan parenkim yang keras namun tipis. Sistem vaskular dikelilingi bundle sheath. Jagung adalah tipe tanaman C4. Tanaman C4 memiliki sel kloroplas yang besar dan tersebar secara kaku. Kloroplas terletak didaerah mesofil daun yang terletak pada bagian tengah jaringan daun. (Malti et al., 2011).

4. Bunga.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).

Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan (Paliwal 2000).

Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan stigma. Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan organ bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah satu (Sudjana, Rifin dan Sudjadi, 1991).

5. Buah

Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).

C. Syarat Tumbuh

 

1. Tanah

Tanah merupakan media tanam tanaman jagung. Akar tanaman berpengang kuat pada tanah serta mendapatkan air dan unsur hara dari tanah. Perubahan tubuh tanaman secara kimi, fisik dan biologi akan berpegaruhi fungsi dan kekuatan akar dalam menopang pertumbuhan serta produktifitas tanaman. Pemberian pupuk, akan memberikan dan menambah kesuburan tanah sehingga pertumbuhan dan produktifitas tanaman jagung dapat di penenuhi dengan seimbang ( Purwono, 2005 ).

Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.

Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, sawah dan pasang surut asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol, Latosol, dan Grumosol. Tanah bertekstur lempung atau liat berdebu (Latosol) merupakan jenis tanah yang terbaik untuk pertumbuhan jagung. Tanaman jagung akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, gembur dan kaya humus. Pada tanah berpasir, tanaman jagung manis hibrida bisa tumbuh dengan baik dengan syarat kandungan unsur hara tersedia dan mencukupi. Pada tanah berat atau sangat berat, misalnya tanah grumosol, jagung manis hibrida masih dapat tumbuh dengan baik dengan syarat tata air (drainase) dan tata udara (aerasi) diperhatikan. Adapun tanah yang paling baik untuk ditanami jagung manis hibrida adalah tanah lempung berdebu, lempung berpasir atau lempung (Warisno, 1998).

2. Iklim

Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang hingga beriklim subtropik/tropis basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 500LU – 400LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan selama masa pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari yang penting dalam masa pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 270- 320 C (Purwono dan Hartono, 2005).

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C.

Tanaman akan tumbuh normal pada curah hujan yang berkisar 250-500 mm pertahun. Curah hujan kurang atau lebih dari angka yang di atas akan menurunkan produksi. Air banyak dibutuhkan pada waktu perkecambahan dan setelah berbunga. Tanaman membutuhkan air lebih sedikit pada pertumbuhan vegetatif dibanding dengan pertumbuhan generatif. Setelah tongkol mulai kuning, air tidak diperlukan lagi. Idealnya tanaman jagung manis membutuhkan curah hujan 100-125 mm perbulan dengan distribusi merata (Tobing, dkk, 1995).

D. Organisme Pengganggu Tanaman

1. Hama

a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)

Gejala adalah daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab yaitu lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendaliannya yaitu penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman, tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan, sanitasi kebun, semprot dengan PESTONA.

b. Ulat Pemotong

Gejalanya yaitu tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebabnya yaitu beberapa jenis ulat pemoton Agrotis ipsilon, Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalianya yaitu tanam serentak atau pergiliran tanaman, cari dan bunuh ulat-ulat tersebut, semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI, (Abror Yudi Prabowo, 2010).

 

2. Penyakit

a. Penyakit bulai (Downy mildew)

Penyebabnya yaitu cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejalanya yaitu umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian dengan cara penanaman menjelang atau awal musim penghujan, pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan cabut tanaman terserang dan musnahkan, preventif diawal tanam dengan GLIO.

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)

Penyebab yaitu cendawan Helminthosporium turcicum. Gejalanya pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian dengan cara pergiliran tanaman, mengatur kondisi lahan tidak lembab, prenventif diawal dengan GLIO.

c. Penyakit karat (Rust)

Penyebabnya cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala yang ditimbulkan yaitu pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendaliannya mengatur kelembaban, menanam varietas tahan terhadap penyakit, sanitasi kebun, semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)

Penyebabnya cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala yaitu masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian dengan cara mengatur kelembaban, memotong bagian tanaman dan dibakar, benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA. e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji

Penyebabnya cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala yaitu dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian dengan cara menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; GLIO di awal tanam. (Abror Yudi Prabowo, 2010).

3. Gulma

Gulma biasanya dinamakan “tumbuhan pengganggu”, tetapi bagi gulma lebih populer disebut rumput-rumputan. Menurut para ahli, gulma terdiri atas 3 golongan utama yaitu golongan rumput, golongan teki, golongan tumbuhan berdaun lebar. Gulma yang paling banyak mengganggu tanaman ialah golongan rumput, golongan berdaun lebar, dan yang paling sedikit golongan teki. Meskipun begitu, golongan teki ini yang banyak merusak. Golongan rumput yaitu Echinochloa crus galli (jawan, jajagoan), Echinochloa colonum (tuton, jajagoan leutik), Panicum repens (suket balungan, jajahean). Golongan teki yaitu Cyperus difformis (sunduk welut, jukut papayungan), Cyperus iria (jakeng). Golongan berdaun lebar yaitu Marsilea crenata (semanggen, semanggi), Salvinia molesta (janji, jukut cai), Sagittaria guayanensi (eceng), Limnocharis flava (genjer), Monochoria vaginalis (wewehan, eceng lembut). Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan gulma yaitu penyiangan dengan tangan dengan mencabut gulma, penyiangan dengan landak/alat mekanis/bajak kecil, mematikan rumput dengan perendaman, pengendalian dengan herbisida/bahan kimia untuk mengendalikan gulma, pengendalian dengan cara tumpang sari, misalnya dengan tanaman kacang-kacangan bisa menambah unsur nitrogen.

 

 

III.                  METODOLOGI PRAKTIKUM

1.                  Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan dari bulan September 2012 sampai selesai setiap hari Senin pada pukul 15.30 17.00 WITA. Bertempat di Kebun Percobaan Lahan Kering Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari.

2.                   Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini  yaitu parang, pacul, meteran , tali rapia, patok, ember, kamera dan alat tulis menulis. 

Bahan yang digunakan yaitu benih jagung (Zea mays L.), air dan pupuk NPK.

3.                  Metode Pelaksanaan

Kegiatan pelaksanaan praktikum pada tanaman jagung ada beberapa tahap yaitu:

1.                  Persiapan lahan

Dilakukan untuk menghilangkan gulma-gulma yang ada pada lahan sebelum lahan ditanami kembali dengan menggunakan alat parang. Setelah itu dibuat petakan dengan ukuran  4 m x 2 m dengan menggunakan patok dan tali rapiah agar ukuran petakan rata, dengan jarak antara bedengan 50 cm. kemudian dilakukan 2 kali pencangkulan. Pertama dibiarkan bongkahan terangin-angin 5 - 7 hari, setelah itu dilakukan pencangkulan ke 2 sekaligus meratakan, menggemburkan dan membersihkan tanah dari sisa - sisa akar. Jarak antara waktu pengolahan tanah dengan waktu penanaman sekitar 3 minggu.

2.                  Pemupukan

Sebelum dilakukan penanaman pemupukan telah dilakukan terlebih dahulu dengan pupuk NPK sebanyak 250 gram dan ditaburkan pada sore hari setelah lahan selesai diolah.

3.                  Penanaman

Pada kegiatan praktikum ini penanaman dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2012. Benih ditanam dengan cara tugal sedalam 2 cm – 3 cm, dengan jarak tanam 40 cm x 80 cm, tiap lubang diisi 2 benih jagung. Setelah selesai penanaman dilakukan penyiraman.

4.                  Pemeliharaan

Jagung mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak semua biji yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat tidak seragam. Untuk menjaga agar produksi tetap baik, benih jagung yang tidak tumbuh sebaiknya segera penyulaman atau diganti dengan biji-biji yang baru. Hal ini perlu dilakukan apabila jumlah benih yang tidak tumbuh mencapai lebih dari 10 %. Waktu penyulaman yang terbaik adalah sore hari.

Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu. Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan atau kuret.

Pembumbunan digunakan untuk memperkuat berdirinya tanaman. Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.

Jagung menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam sampai pengisian polong. Sehingga penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari jika tidak terjadi hujan.

5.                  Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan pada praktikum ini yaitu dengan melihat adanya organisme pengganggu tanaman pada tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

1.                  Hama, 2 MST

Pengamatan dilakukan setelah terdapat gejala serangan hama pada tanaman jagung yaitu 2 Minggu setelah tanam.

2.      Penyakit, 2 MST

Pengamatan dilakukan setelah terdapat gejala penyakit pada tanaman jagung yaitu 2 Minggu setelah tanam.

3.   Gulma, 3 MST

Pengamatan dilakukan apabila terdapat tumbuhan yang tumbuh disekitar  tanaman jagung yang kehadirannya tidak diinginkan yaitu 2 minggu setelah tanam.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Abror Yudi Prabowo, 2010. Teknis Budidaya. Yogyakarta. http://www.teknisbudidaya.com.

Anonim, 2005, Citrus. http://www.biochemj.org. http://www.syarat-tumbuh-tanaman-jagung.com

Anonim.  Budidaya Jagung. http://www.deptan.go.id.

Anonim. Caisin. http://www.agrisci.ugm.ac.id/vol12_1/8_caisin_endang.pdf.

Anonim. Teknologi produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan sumberdaya dan tanaman terpadu. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id.

Belfield, Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual. Maize (A Guide to Upland Production in Cambodia). Canberra

Malti, Ghosh, Kaushik, Ramasamy, Rajkumar, Vidyasagar. 2011. Comparative Anatomy of Maize and its Application.Intrnational Journal of Bio-resorces and Stress Management.

Nuning Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti. 2012, Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung, Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Pramono Bambang R. Jagung. http://www.benss.co.cc.

Putu Budi Adnyana, Ida Bagus Putu Arnyana, 2000, Morfologi Tumbuhan, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Singaraja.

Setyamidjaya, Djoehana. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Persiapan. Kanisius. Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, Gembong, 1985, Morfologi Tumbuhan, 81-82, 126, 236-237, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Widyastuti, Yustina E. dan Adisarwanto T. 2002. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah, dan Pasang Surut. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

 

Tidak ada komentar: