Selasa, 06 Desember 2022

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2022

 

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No.656, 2022                             KEMENTAN.  Penetapan  Alokasi.  HET   Pupuk.

Pencabutan.

 

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2022

TENTANG

TATA CARA PENETAPAN ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN

 

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

 

Menimbang : a. bahwa  untuk  penyelenggaraan  pengelolaan  dan penyaluran pupuk bersubsidi pada sektor pertanian, telah ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41 Tahun 2021 tentang Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian;

b.        bahwa untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dilakukan perubahan kebijakan terhadap jenis, peruntukan dan penetapan alokasi pupuk bersubsidi;

c.        bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian;


 Mengingat : 1. Pasal  17   ayat   (3)   Undang-Undang Dasar   Republik Indonesia Tahun 1945;

2.        Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008  tentang Kementerian Negara  (Lembaran  Negara  Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166)

3.        UndangUndang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433);

4.        Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5.        UndangUndang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6412);

6.        Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi sebagai Barang dalam Pengawasan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi sebagai Barang dalam Pengawasan;

7.        Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 85);

8.        Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1647);




MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG TATA CARA PENETAPAN ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN.

 

BAB I KETENTUAN UMUM

 

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1.        Pupuk Bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari Pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program Pemerintah di sektor pertanian.

2.        Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang selanjutnya disingkat LP2B adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.

3.        Petani penerima Pupuk Bersubsidi yang selanjutnya disebut Petani adalah warga negara Indonesia perseorangan dan/atau beserta keluarganya yang melakukan Usaha Tani di bidang tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.

4.        Kelompok Tani adalah kumpulan petani yang dibentuk                   atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan sumberdaya, kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya.

5.        Sistem Manajemen Penyuluhan Pertanian yang selanjutnya disebut SIMLUHTAN adalah sistem informasi penyuluhan pertanian yang menyajikan database kelembagaan penyuluhan, ketenagaan penyuluhan, dan kelembagaan pelaku utama.

6.        Data Spasial Lahan Petani adalah data tentang lokasi geografis, dimensi, ukuran, dan/atau karakteristik lahan pertanian yang berada pada atau di  atas  permukaan bumi.

7.        Harga Eceran Tertinggi yang selanjutnya disingkat HET adalah harga Pupuk Bersubsidi yang ditetapkan oleh Menteri untuk dibeli oleh Petani atau Kelompok Tani secara tunai dalam kemasan tertentu di Penyalur Lini IV.

8.        Kartu Tani adalah sarana akses layanan Perbankan yang berbentuk fisik atau elektronik/digital yang berfungsi sebagai alat transaksi penebusan pupuk bersubsidi di pengecer resmi.

9.        Pengecer Resmi adalah penyalur di lini IV sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian.

10.        Realokasi adalah pengalokasian kembali sejumlah pupuk bersubsidi antar wilayah, waktu dan jenis pupuk.

11.        Direktur Jenderal adalah pejabat tinggi madya Kementerian Pertanian yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang pupuk.

12.        Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

 



BAB II

JENIS PUPUK BERSUBSIDI

 

Pasal 2

(1)    

(1)     (1)   Pupuk Bersubsidi dapat berasal dari produksi dalam negeri dan/atau luar negeri.

(2     (  2 )  Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:

a.        urea; dan

b.        Nitrogen, Phosphat, dan Kalium (NPK).

(3)       ( 3 )   Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diproduksi dan/atau diadakan oleh PT. Pupuk Indonesia (Persero).  

(1)      ( 4 )  PT. Pupuk Indonesia (Persero) sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menyalurkan Pupuk Bersubsidi sesuai dengan alokasi yang telah ditetapkan.

(2)         Dalam hal:

a.        anggaran subsidi pupuk masih tersedia setelah dialokasikan terhadap jenis Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2); dan

b.        dibutuhkan jenis pupuk lain untuk peningkatan kebutuhan produksi,

penyediaan Pupuk Bersubsidi dapat dialokasikan terhadap jenis pupuk lainnya.




                                                  BAB III 

PERUNTUKAN DAN PENETAPAN ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI

 

Bagian Kesatu Peruntukan




Pasal 3

                                            (1)         Pupuk      Bersubsidi     diperuntukan      bagi     Petani     yang

                                                        melakukan usaha tani subsektor:

a.        tanaman pangan;

b.        hortikultura; dan/atau

c.         perkebunan,

dengan lahan paling luas 2 (dua) hektare setiap musim tanam.

(2)         Usaha    tani    subsektor    tanaman    pangan    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a.        padi;

b.        jagung; dan

c.         kedelai.

                                               (3)         Usaha       tani       subsektor       hortikultura      

                                                   sebagaimana                                                                                                       dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a.        cabai;

b.        bawang merah; dan

c.         bawang putih. 

(4)         Usaha tani subsektor perkebunan sebagaimana dimaksud pada            ayat (1) huruf c terdiri atas:

a.        tebu rakyat;

b.        kakao; dan

c.         kopi.

                                             (5)     Petani sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus tergabung                                                         dalam Kelompok Tani dan terdaftar dalam SIMLUHTAN.



Bagian Kedua Penetapan Alokasi

 

Pasal 4

Penetapan alokasi pupuk bersubsidi terdiri atas:

a.        alokasi Pupuk Bersubsidi tingkat pusat;

b.        alokasi Pupuk Bersubsidi tingkat provinsi; dan

c.        alokasi Pupuk Bersubsidi tingkat kabupaten/kota.

Pasal 5

(1)         Penetapan alokasi Pupuk Bersubsidi tingkat pusat    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a dilakukan setelah pagu definitif anggaran subsidi pupuk ditetapkan.

(2)         Alokasi Pupuk Bersubsidi tingkat pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan Data Spasial Lahan Petani.

(3)         Selain Data Spasial Lahan Petani sebagaimana dimaksud pada ayat             (2) Penetapan alokasi Pupuk Bersubsidi tingkat pusat          

           mempertimbangkan:

a.        luas baku lahan sawah yang dilindungi dan penetapan LP2B;          dan/atau

b.        penyerapan Pupuk Bersubsidi tahun sebelumnya.

                                                (4)         Dalam hal belum tersedia Data Spasial Lahan Petani                                                                               sebagaimana dimaksud pada ayat (2)  digunakan  data luas lahan                                               dalam SIMLUHTAN.


Bersambun BROOOO

 

 





Tidak ada komentar: