Jumat, 16 November 2018

Berbisnis Tanpa modal

Ini saya Repost Dari mas ippho santoso
Bagi Pebisnis pemula jangan minder apalagi patah semangat untuk memulai berbisnis.

Mari kita simak yang mas ippho santosa wejangkan.

Pemula? Mau berbisnis? Sepertinya tulisan berikut pas sekali buat Anda.

Saran saya, nggak harus produk dan produksi sendiri. Setidaknya, untuk tahap awal. Kita bisa mulai dengan 'menjual' dan 'menjualkan'. Vendor dan produk bisa dari mana saja. Pilih yang terbaik. Cara ini relatif mudah dan cost-nya relatif rendah.

Itulah yang saya lakukan bersama mitra-mitra, alhamdulillah. Setahu saya, itu pula yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, yaitu 'menjual' dan 'menjualkan'. Berapa lama? Selama 25 tahun, bukan satu-dua tahun. Sangat mungkin beliau seorang reseller atau sejenisnya.

Setidaknya, ada empat fungsi dalam bisnis menurut Robert Kiyosaki. Produksi, keuangan, SDM, dan marketing. Sebagai pemula, Anda tidak harus menguasai semuanya. Tidak harus. Cukup salah satunya saja. Misal, marketing. Itu pun sudah cukup disebut pengusaha.

Produk sendiri? Produksi sendiri? Sekali lagi, tidak harus.

Kalau Anda menjadi dealer Yamaha atau buka showroom Suzuki, Anda tidak melakukan produksi apapun. Hanya marketing tho? Kurang-lebih begitu juga saat Anda menjadi reseller atau agent produk tertentu. Mungkin fashion. Mungkin suplemen. Atau yang lainnya.

Bisnis kadang rumit. Tapi tidak serumit yang kita bayangkan. Menurut saya yang terpenting adalah berani memulai dan mau belajar. Seiring perjalanan waktu, insya Allah diri kita dan bisnis kita akan lebih baik selalu. Praktek ya. Semoga berkah berlimpah.

(Sekian dari saya, Ippho Santosa.)

Rabu, 14 November 2018

Amati dan Nikmati Prosesnya

*Mengutip dari mas Ippo santosa*

"Amati prosesnya. Nikmati prosesnya," itulah pesan saya kepada mitra-mitra. Saking sederhananya pesan ini, banyak orang yang mengabaikannya.

Ustadz Abdul Somad di acara Hijrah Fest mengibaratkan orang yang sukses itu seperti 'kursi mahal' atau 'meja mahal'. Ini analogi yang menarik, menurut saya.

UAS menyebut, mayoritas orang tidak melihat bagaimana proses 'kursi mahal' atau 'meja mahal' itu, mulai dari pemilihan kayu, pemotongan, hingga pembuatan. Rumit prosesnya.

"Mayoritas orang tahunya kursi mahal saja, tapi mereka tidak tahu proses menjadi kursi mahal. Maka, mulai sekarang cobalah kita melihat proses, jangan hanya melihat hasil," ucap UAS.

Adapun pesan saya selanjutnya, "Para achiever harus siap berproses." Sekali lagi, siap berproses. Tidak pasif. Hati-hati, merasa nyaman (comfort) dan tidak mau berproses itu berbahaya.

The biggest trap, the biggest dungeon in life is isn't laziness or bad luck, it's comfort. Ini menurut Robert Kiyosaki, penulis buku #RichDad. Alhamdulillah, saya pribadi dua kali berjumpa dengan beliau.

Memang kita dianjurkan untuk bersyukur. Tapi di sisi lain, kita juga dianjurkan untuk bertumbuh. Dari waktu ke waktu. Mereka yang merasa nyaman sering enggan untuk belajar dan bertumbuh. Ini yang berbahaya.

Ingat. Belajar bukan di sekolah dan di kampus saja. Belajar itu di mana saja. Dengan siapa saja. Terutama bagi mereka yang ingin bertumbuh. Saya berharap Anda salah satunya.

Ada satu hal yang seru. Ketika saya mulai melirik dan tertarik dengan hal-hal lain, guru saya langsung mengingatkan, "Tetap fokus. Tetap serius. Dengan izin Allah, hasilnya pasti bagus."

Ketidakfokusan, ini salah satu godaan dalam berproses. Begitulah. Namanya berproses memang tidak mudah. Tapi percayalah, hasil akhirnya indah. Benar-benar indah.

Mudah-mudahan kelak kita semua bisa menjadi 'kursi mahal' atau 'meja mahal' seperti yang dianalogikan oleh UAS. Dan berkah berlimpah. Aamiin