Minggu, 14 November 2021

BUDIDAYA ALPUKAT ( PART 2 ) , SYARAT TUMBUH

 III. SYARAT TUMBUH

Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di

dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m di atas

permukaan laut. Tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil

yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk

tanaman alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam

pada ketinggian 1000-2000 m dpl., sedangkan ras Hindia Barat

pada ketinggian 5-1000 m dpl. Curah hujan minimum untuk

pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. Untuk daerah dengan

curah hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bln kering),

tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah

maksimal 2 m.

Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara

12,8-28,3 °C. Mengingat tanaman alpukat dapat tumbuh di

dataran rendah sampai tinggi, tanaman alpukat dapat mentolelir

suhu udara antara 15-30 °C. Kebutuhan cahaya matahari untuk

pertumbuhan alpukat berkisar 40-80%. Angin diperlukan

tanaman alpukat, terutama untuk proses penyerbukan. Namun

demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6 km/jam dapat

mematahkan ranting dan percabangan tanaman alpukat yang

tergolong lunak, rapuh dan mudah patah.

Tanaman alpukat untuk dapat tumbuh optimal

memerlukan tanah gembur, tidak mudah tergenang air, subur

 

dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang baik

untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir

(sandy loam), lempung liat (clay loam), dan lempung endapan

(aluvial loam). Keasaman tanah (pH) berkisar 5,6-6,4. Bila pH di

bawah 5,5, maka tanaman akan menderita keracunan karena

unsur Al, Mg dan Fe larut dalam jumlah cukup banyak.

IV. PERSIAPAN BIBIT

Tersedianya bibit alpukat bermutu dalam jumlah banyak,

waktu singkat dan harga terjangkau merupakan langkah awal

dan faktor penting dalam menunjang keberhasilan budidaya

alpukat. Bibit merupakan input awal yang sangat menentukan

mutu dan hasil buah yang akan dipanen. Oleh karena itu

penggunaan bibit yang benar mutlak diperlukan baik dalam hal

kesehatan maupun ketepatan varietas yang akan ditanam.

4.1. Pemilihan pohon induk

Syarat utama yang harus dipenuhi untuk membuat bibit

adalah tersedianya pohon induk, yaitu tanaman yang memiliki

persyaratan tertentu untuk dijadikan sebagai sumber bahan

perbanyakan (biji, entris, mata tempel dll.).

Persyaratan yang dimaksud antara lain sebagai berikut :

1. Berproduksi tinggi dan mantap hasilnya

2. Kualitas buah yang dihasilkan cukup baik

3. Sudah beberapa kali berbuah

4. Pertumbuhannya normal, sehat, dan tidak terserang

hama dan penyakit

5. Sudah dilepas sebagai varietas unggul oleh Menteri

Pertanian

Alpukat varietas Ijo Panjang, Ijo Bundar, Merah Panjang,

Merah Bundar, Mega Gegauan, Mega Paninggahan, dan Mega

Murapi dapat digunakan sebagai pohon induk untuk batang atas.




NANTIKAN PART BERIKUTNYA>>>>>>>

Sabtu, 13 November 2021

BUDIAYA ALPUKAT (PART 1)

 I. PENDAHULUAN


Alpukat berasal dari Amerika Tengah, yaitu Mexico, Peru

dan Venezuela, dan telah menyebar luas ke berbagai negara

sampai ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ada 3 kelompok

besar species alpukat yaitu kelompok Mexico, Indian Barat dan

Guatemala. Ketiganya mempunyai perbedaan dalam ukuran

buah, tekstur kulit buah, rasa, kandungan lemak, ketahanan

terhadap penyakit dan penyimpanannya, serta daya adaptasinya

terhadap lingkungan.

Berbagai tipe alpukat di atas telah menyebar ke berbagai

wilayah di Indonesia. Alpukat kelompok Mexico meragakan buah

ukuran kecil dengan bobot 85-350 g, kulit tipis, halus mengkilap,

serta daging buah mengandung kadar minyak tinggi antara 10-

30%. Alpukat kelompok Indian Barat berukuran sedang dengan

kulit halus lentur, daging buah mengandung kadar minyak antara

3-10%, toleran terhadap kadar garam tinggi dalam tanah.

Alpukat kelompok Guatemala berukuran besar dengan bobot

buah ≥ 405 g, kulit tebal dan kasar, kandungan minyak daging

buah antara 10-30%.

Wilayah Indonesia yang sesuai untuk alpukat dan total

produksi di setiap propinsi disajikan pada Tabel 1.


Buah alpukat segar mempunyai nilai gizi yang tinggi.

Kandungan gizi buah alpukat setiap 100 g daging buah yaitu

kalori sekitar 136-150, protein 0,9 g, lemak 6,2 g, karbohidrat

10,5 g, kalsium 3,6-20,4 mg, fosfor 20,7-64,1 mg, serat 1,0-2,1

g, besi 0,38-1,28 mg, abu 0,46-1,68 g, vitamin C 13 mg, vitamin

B1 0,05 mg, vitamin B2 0,06 mg, ascorbic acid 4,5-21,3 mg,

Nitrogen 0,130-0,382 g, kadar air 65,7-87,7 g, dan vitamin A 70

RE. Jumlah vitamin A tergantung pada warna buahnya. Daging

buah dengan warna kuning lebih banyak vitamin A-nya daripada

daging buah yang berwarna pucat. Buah alpukat juga

mengandung lemak tak jenuh, sekitar 78%, termasuk asam oleik

dan linoleik yang mudah dicerna dan berguna untuk

memfungsikan organ-organ tubuh secara baik. Mengkonsumsi

buah alpukat juga berfungsi sebagai obat penghalus kulit

(Morton, 1987)



`II. JENIS-JENIS ALPUKAT

Berbagai tipe alpukat telah menyebar ke berbagai wilayah

di Indonesia. Penyebaran itu termasuk keturunannya, baik

keturunan dari hasil persarian sendiri maupun persarian silang

alamiah antar tiga kelompok. Sampai tahun 2003 telah dilepas 7

varietas alpukat, sebagai berikut :

1. Alpukat Ijo Bundar

Alpukat ini berasal dari kebun Koleksi Tlekung, Batu,

Malang. Varietas ini berbuah terus menerus, tergantung lokasi

dan kesuburan tanah. Selain itu gugur buah sedikit. Berat buah

mencapai 300-400 g/buah, diameternya 7,5 cm dengan panjang

buah 9 cm. Permukaan kulit buah licin, berbintik kuning dengan

tebal 1 mm. Bentuk buah lonjong atau oblong, berujung bulat

dan pangkal buah tumpul. Buah muda kulitnya hijau muda yang

berangsur tua saat matang. Daging buah tebal, berwarna kuning

hijau, citarasa enak, gurih, dan kering. Bentuk biji jorong dengan

ukuran 4 cm x 5,5 cm. Dilepas pada tahun 1987 oleh Mentan

dengan SK No. 15/Kpts/TP.240/I/1987.

2. Alpukat Ijo Panjang

Varietas ini bentuk buahnya menyerupai buah pir. Ujung

buah tumpul sedangkan pangkal buahnya runcing. Buah

berbobot antara 300-500 g/buah. Kulit buah berwarna hijau,

permukaannya licin berbintik kuning dan tebalnya 1,5 mm. Saat

muda kulit buahnya hijau muda dan setelah matang menjadi

hijau tua merah. Diameter buah 6,5-10 cm dan panjang 11,5-18

cm. Daging tebal berwarna kuning, rasanya enak, gurih, serta

agak lunak. Bijinya berbentuk jorong dan berukuran 4 cm x 5,5

cm. Dilepas pada tahun 1987 oleh Menteri Pertanian dengan SK

No. 16/Kpts/TP.240/1987.

3. Alpukat Merah Bundar

Varietas ini berbuah terus menerus, tergantung lokasi dan

kesuburan tanah. Selain itu gugur buah sedikit. Berat buah

mencapai 0,3-0,4 kg/butir, diameter buah 7,5 cm, dan panjang

buah 9 cm. Permukaan kulit buah licin, berbintik kuning dengan

tebal 1 mm. Bentuk buah lanjong atau oblong, berujung bulat

dan pangkal buah tumpul. Buah muda kulitnya merah coklat.

Daging buah tebal, berwarna kuning hijau, citarasa enak, gurih,

dan agak kering. Bentuk biji jorong dengan ukuran 4 cm x 5,5

cm.

4. Alpukat Merah Panjang

Varietas ini bentuk buahnya menyerupai buah pir. Ujung

buah tumpul sedangkan pangkal buahnya runcing. Bobot buah

antara 300-500 g/buah dengan kulit hijau, permukaannya licin

berbintik kuning dan tebalnya 1,5 mm. Saat muda, kulit buahnya

hijau merah coklat dan setelah matang menjadi merah hitam.

Diameter buah 6,5-10 cm dan panjang 11,5-18 cm, dengan

daging buah tebal, berwarna kuning, rasa enak, gurih, serta agak

lunak. Biji berukuran 4 cm x 5,5 cm.

5. Alpukat Mega Gagauan

Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika pada tahun

2003 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor

521/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat Mega Gagauan memiliki

keunggulan produksi tinggi, bentuk buah bulat, ukuran buah

besar, daging buah tebal berwarna kuning, agak pulen,

permukaan agak halus, kulit buah kemerahan, dan berpotensi

untuk mengangkat serta memperkenalkan buah unggul daerah

kepada khalayak yang lebih luas. Selain itu, alpukat Mega

Gagauan mempunyai ciri berbuah terus menerus, berat buah

mencapai 600-800 g/buah, warna daging buah kuning. Bentuk

buah agak bulat (pangkal dan ujung agak membulat). Panjang

buah 12,5-17,5 cm, diameter buah 11,5-15,5 cm, tebal kulit

buah 1 mm dengan tebal daging buah 1,9-2,1 cm. Daging buah

rasanya manis pulen, kadar protein 1,49%, dan kadar lemak

6,41%. Produksi buah/pohon 220-230 buah (140-175 kg)/tahun.

6. Alpukat Mega Murapi

Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika tahun 2003

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor

519/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat Mega Murapi memiliki

keunggulan produksi tinggi, bentuk buah bulat lonjong, ukuran

buah besar, daging buah tebal berwarna mentega, pulen,

permukaan kulit kasar, warna kulit buah hijau tua, berpotensi

untuk diperkenalkan dan diangkat sebagai buah unggul daerah

kepada khalayak yang lebih luas. Selain itu, alpukat Mega Murapi

mempunyai ciri berbuah terus menerus, berat buah mencapai

400-600 g/buah, warna daging buah kuning mentega. Bentuk

buah agak bulat (pangkal dan ujung agak membulat). Panjang

buah 13-17 cm, diameter buah 10-14 cm, tebal kulit buah 1 mm

dan tebal daging buah 1,9-2,1 cm. Daging buah rasanya manis

pulen, kadar protein 1,37%, dan kadar lemak 7,58%. Produksi

bisa mencapai 350-450 buah /pohon (180-225 kg)/tahun.

7. Alpukat Mega Paninggahan

Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika pada tahun

2003 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor

520/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat Mega Paninggahan memiliki

keunggulan produksi tinggi, bentuk buah bulat lonjong, ukuran

sendang, daging buah tebal berwarna kuning mentega, pulen,

 

permukaan kulit halus, warna kulit buah merah maron, berbuah

terus menerus, berat buah mencapai 250-400 g/buah, warna

daging buah kuning mentega. Bentuk buah lonjong. Panjang

buah 13,5-18 cm, diameter buah 7,5-9 cm, tebal kulit buah 1

mm dengan tebal daging buah 1,8-2,1 cm. Daging buah rasanya

manis pulen, kadar protein 1,16%, dan kadar lemak 7,95%.

Produksi bisa mencapai 880-1000 buah/pohon (300-350

kg)/tahun. 


Selasa, 09 November 2021

PENGENDALIAN OPT JAGUNG

PENGENDALIAN OPT JAGUNG

 

 

 

 

APA ITU PHT ?

     PHT adalah suatu cara pendekatan atau cara berfikir ttg pengendalian OPT yg didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dlm rangka pengelolaan agroekosistem yg berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

MENGAPA HARUS PHT ?

             Sejarah

             Pengendalian OPT tidak bisa hanya mengandalkan pada satu cara pengendalian

             Timbulnya OPT terkait erat dengan sistem budidaya tanaman

             Persaratan pasar global/permintaan pasar

                 Pengetahuan bioekologi OPT (identifikasi morfologi,  dan perilakunya)

                 Pengetahuan tentang musuh alami  yang efektif

                 Mekanisme pengendalian alamiah (oleh faktor makanan, musuh alami / agens  antagonis)

                 Pengetahuan tentang ambang ekonomi/ kapan saat mulai mengendalikan OPT

                 Pengamatan dan pengambilan contoh.

SEGITIGA PENYAKIT

3 komponen penyakit

Tumbuhan (= T), Patogen  (= P) dan Lingkungan (= L)

PIRAMIDA PENYAKIT

M  Umumnya jagung ditanam pada  musim  kemarau
Terdapat beda suhu yg tajam
M        Cuaca panas lembab  - pacu        populasi    hama meningkat
M        Keragaman waktu tanam
M        Laju pertumbuhan OPT tinggi
M        Keragaman ekosistem,  dataran rendah,     kesuburan rendah, cuaca kering, kurang air, lahan sempit, secondary crop
M        Keragaman cara pengendalian OPT

EKOSISTEM PERTANAMAN JAGUNG

Serangga/binatang yg berasosiasi pada tanaman jagung    

Serangga berpotensi hama    

Predator     

Parasitoid  

Serangga yg tidak berpotensi hama      

Penyakit-penyakit penting tanaman jagung

 

 

Non parasitik (kekurangan unsur,mekanis) ètidak menular

Penyakit parasitik (penyebab jamur, virus dan bakteri) è menular


IDENTIFIKASI OPT PENTING PADA TANAMAN JAGUNG

IDENTIFIKASI OPT PENTING PADA JAGUNG

 

 

ULAT TANAH, Agrotis sp.
(Lepidoptera : Noctuidae)

ULAT GRAYAK, Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae)

PENGGEREK BATANG JAGUNG,
 Ostrinia nubilalis (Lepidoptera : Noctuidae)
Sesamia inferens (Lepidoptera : Nocyuidae)

PENGGEREK TONGKOL JAGUNG,
 Heliothis armigera (Lepidoptera : Noctuidae)


KUTU  DAUN, Aphis spp

Hama Uret

Belalang
( Valanga sp )

PENYAKIT JAGUNG

SEGITIGA PENYAKIT

 

                    

 

IDENTIFIKASI PENYAKIT

METODE IDENTIFIKASI :

Ø   Berdasarkan pengamatan gejala visual bagian tanaman yang terserang penyakit

Ø   Berdasarkan pengamatan/ pengujian lab.

                          Pengamatan Gejala Visual

Ø   Serangan penyakit yang muncul pada tanaman dapat terjadi pada bagian : akar, batang, cabang/ranting, daun, pucuk maupun buah.

Ø   Gejala yang muncul dapat berupa : perubahan bentuk, warna dan kerusakan tertentu dibagian tanaman.

PENAMPAKAN GEJALA SERANGAN PENYAKIT

                          Pengamatan/ Pengujian Laboratorium

Ø   Bakteri :

              Ekstraksi bakteri : tanaman/ bagian tanaman yang menunjukan gejala.

              Isolasi dan pemurnian

              Identifikasi isolat bakteri

Ø   Cendawan :

Menginkubasikan bagian tanaman terserang.

Penempelan bagian tanaman terserang, pada media agar.

Identifikasi isolat cendawan

 


PENYAKIT  BULAI, Peronosclerospora maydis javanica/philippines

PENGENDALIAN BULAI

Benih sehat, krn bulai terbawa benih (perlakuan benih : perendaman air hangat, yg terapung dibuang; atau fungisida berbahan aktif metalaksil)

Varietas tahan : Bima 3, Parikesit, Kalingga, Arjuna, Wiyasa, Bromo, Hibr C1

Tanam serentak pd awal-akhir musim kemarau

Pemusnahan tanamana terserang dg mengubur/membakar ; sanitasi


PENYAKIT  HAWAR DAUN JAGUNG, Helminthosporium turcicum

                      Hawar Daun

 

Penyebabnya : Helminthosporium sp

 

Gejala : bercak coklat kehijauan dengan bentuk elip. Gejala lanjut menyebabkan daun menjadi kemerah-merahan. Jika gejala terus berlanjut, daun menjadi kering (keabu-abuan).

Penyakit Gosong (Smut)

Penyebabnya : Ustilago maydis

 

Gejala : sangat khas, adanya benjolan yang bentuknya tidak beraturan.

            Benjolan ini dapat terjadi pada daun, batang, tongkol dan bunga. Benjolan yang baru berwarna putih dan seperti spon. Benjolan yang sudah lanjut, berwarna coklat dan berisi spora yang berwarna gelap.

 

                      Busuk tongkol

                      Penyebabnya : Aspergillus flavus

                   Gejala : adanya jamur yang berwarna hijau kekuningan, ketika tumbuh pada buah jagung.  Jamur tumbuh seperti biasa dialam, tetapi populasinya meningkat selama cuaca panas kering. Pada musim kemarau, cuaca panas, serangga, nematoda dan pemupukan yang tidak tepat (waktu & komposisi), merupakan hal yang mendatangkan jamur A. flavus meningkat.

                   Pengendaliannya : drainase baik, pengendalian serangga dengan baik,waktu pemupukan yang tepat dan imbang, pengeringan benih sampai kadar air 13-15%

             Fusarium

 

Penyebab : Fusarium moniliforme

Gejala : warna dari miselia F. moniliforme, putih salmon (pink), meski warna ini tidak     nampak jelas pada biji                jagung yang terinfeksi.                Pada biji jagung, gejala                dari F. moniliforme,                seperti “starburst” atau                garis putih.

Stewart's wilt

Pathogen: Bacterium- Erwinia stewartii.

Gejala : adanya garis yang berwarna hijau pucat sampai kuning atau coklat. Pinggiran daun bergelombang
atau tidak beraturan. Timbulnya penyakit ini dapat melalui serangga

                      Busuk Batang

Penyebabnya : Fusarium sp

Gejala : Warna batang bawah gelap, jika dibelah dan diinkubasikan, akan muncul miselia berwarna merah          muda. Dapat menyerang biji. Biji terserang menjadi           keriput.

 

                      Hawar Pelepah Daun

Penyebabnya : Rhizoctonia sp

Gejala : pada permukaan pelepah daun yang terinfeksi terlihat bercak berwarna kemerah-merahan, kemudian menjadi abu-abu. Bercak meluas menjadi hawar dan sering terjadi sklerotia.

 

BERCAK DAUN

                  Karat

 

Penyebabnya : Puccinia sp

 

Gejala : munculnya pustul (bercak yang timbul) kecil-kecil, warnanya terang, kemerah-merahan atau coklat keemasan.

 

                      Antraknosa

 

Penyebabnya : Colletotricum graminicola

 

Gejala : adanya bercak oval atau tidak beraturan, seringkali terjadi pada daun bawah.  Bercak ini berwarna coklat, yang dikelilingi oleh klorotik.  Bercak-bercak ini akan berkembang, yang menjadikan antara bercak satu dengan lainnya bergabung. Sehingga menambah luasan jaringan daun yang mati.

                      Bercak Cercospora

Penyebabnya : Cercospora zeae- maydis.

Gejala : bercak panjang dan                sempit (seperti                      luka), dibatasi vena. Conidia dari C. zeae- maydis,                       berwarna putih                      atau silver.

 

 

 

                      Bercak Physoderma

Penyebab : Physoderma maydis.

Gejala : bercak kecil berwarna kuning, bergerombol, pada jaringan daun. Gejala lanjut menyebabkan warna menjadi coklat gelap.

 



STRATEGI TEKNOLOGI PHT

BUDIDAYA - TANAMAN SEHAT

MENGATUR WAKTU TANAM DENGAN TUJUAN MEMPERKECIL POPULASI AWAL

PENGGUNAAN VARIETAS TAHAN

PENDAYAGUNAAN MUSUH ALAMI

PEMANTAUAN POPULASI UNTUK MENGETAHUI POPULASI/ SERANGAN AMBANG KENDALI

PENGENDALIAN CARA MEKANIS

PENGGUNAAN INSEKTISIDA EFEKTIF BILA POPULASI MENCAPAI AMBANG KENDALI

Langkah operasional tiap fase

Perhatian setiap fase ( pratanam, tanam,  tanman muda - kurang dari 21 hari, fase vegetatif  21 – 54 hari, fase berbunga dan pembentukan tongkol 55-60 hari,  pertumbuhan tongkol 60-90 hari, pemasakan tongkol ± 100 hari-panen )

Prioritas perhatian :

    - Karakteristik ekosistem

     - Perencanaan budidaya dan pengelolaan ekosistem

     - Pengamatan, analisis ekosistem

     - Pengambilan keputusan

     - Operasional pengendalian

AMBANG PENGENDALIAN OPT JAGUNG

Lanjutan : AP

KUNCI KEBERHASILAN PENGENDALIAN DENGAN PESTISIDA

 MENGANUT AZAS LEGALITAS

 

INGAT BERPEDOMAN 6 TEPAT:

Tepat Jenis, Dosis, Konsentrasi, Sasaran, Cara, Waktu aplikasi

Gambar 1 dan 2. Tanda awal kekurangan nitrogen (N) pada jagung. Terlihat
daun bagian bawah mulai menguning yang kemudian akan mengering.
Bila kekurangan nitrogen berlanjut maka seluruh daun bagian bawah
menguning dan kering. Lihat Gambar berikutnya.

Gambar  3  Rumpun tanaman jagung muda yang kerdil karena menderita
kekurangan nitrogen. Beberapa tanaman terlihat kecil dan langsing. Pada
daun bagian bawah biasanya akan menguning dan kering.

Gambar 4. Gejala yang sangat khas kekurangan fosfor (P) yaitu daun-daun tanaman terutama yang bagian bawah berwarna hijau tua dengan bagian tepi dan ujung daun berwarna  keunguan. 

Gambar 5.  Bila kekurangan fosfor berlanjut, tepi dan ujung daun yang
mula-mula keunguan berubah menguning, coklat dan kering. Lihat serat-serat yang berwarna ungu masih tampak (lihat panah)



Gambar  6. Tanaman jagung  kekurangan kalium (K). Daun
sebelah bawah menguning (lihat panah) dan terdapat bercak-bercak
jaringan yang mati. Batang langsing. Daun-daun bagian bawah yang
menguning tidak seluruhnya sebagaimana bila kelaparan nitrogen.

 Gambar  7.  Kekurangan kalium berlanjut pada ujung dan tepi daun
jagung terlihat mengering dan mati (lihat panah).

 




( BUTUH MATERI HUB.ADMIN )